Chapter Six : Scarlett Bow and Crimson Arrow

1.9K 125 0
                                    

Tepat seperti dugaan, Landon sedang duduk di bawah pohon menungguku. "Scars.." ucapnya. "Aku tak mengerti. Dexter tahu siapa ayahku tetapi aku? Tidak sama sekali!" geramku. "Siapa Dexter?" tanya Landon. "Saat aku pulang ke rumah tadi, ada lelaki bertubuh besar berwajah seram bernama Dexter ada di depan rumah berbicara dengan ibuku. Ia berkata bahwa aku mirip dengan ayahku berarti bukankah ia pernah melihat ayahku langsung? Kenapa ibu tidak memberi tahuku? Aku tidak mengerti!" terangku.

Landon menarik nafas lalu membuangnya perlahan. "Kita harus mencari tahu," tekad Landon. Landon memelukku. Pelukannya terasa hangat dan tulus. Aku merasakan kehangatan lebih dari pelukan ibuku. Air mataku tiba-tiba berhenti. "Sudah, jangan menangis lagi. Aku akan membantumu. Kita akan membantu raja. Kau tahu? Membantu orang itu akan membuat perasaan kita lebih tenang dan senang," ucap Landon menenangkanku.

Suaranya lembut sekali. Landon melepas pelukanku. "Aku tahu kau lapar. Aku sudah menyiapkan sepotong roti untukmu. Makan," Landon memberikan sepotong roti padaku. "Bagaimana kau tahu?" tanyaku sambil menerima roti dari Landon. "Perutmu bunyi tadi," jawab Landon sambil tertawa. Aku merengut kesal ia mengetahui aku lapar. Dengan sangat lahap, aku menyantap roti itu. Walaupun hanya sepotong, tetapi cukup membuatku kenyang. "Terima kasih," ucapku pada Landon.

Landon hanya tersenyum padaku. "Kau tak mau kembali ke rumah?"tanya Landon."Entahlah. Untuk apa aku kembali sekarang? Lagi pula aku juga tidak bisa tidur," jawabku pelan. "Di mana rumahmu?" tanya Landon lagi. "Rumah ibuku maksudmu. Dari sini tinggal jalan ke kanan lalu lurus sampai..sampai.. ketemu rumah ber-cat pu—tih," jawabku terbata. Mataku terpejam. "Selamat malam, Scars," ucap Landon sambil tersenyum. "Besok, raja akan mengirim beberapa orang untuk menemukan pangeran,"

Ia lalu menggendongku pulang ke rumah. Aku masih bisa mendengarkan suaranya samar-samar. Ia meletakkan-ku di atas kasur melalui jendela kamarku. Ia juga mengusapkan tangannya pada kepalaku lalu pergi meninggalkanku yang tertidur.

Aku membuka kedua mataku dengan perlahan. Yang hanya bisa kulihat adalah lampu kamar yang menyala. "Sudah pukul sembilan masih tidur," kata ibuku. Langsung saja aku bangun mengangkat tubuhku lalu pergi membersihkan diriku dan berpakaian. "Ibu tidak bekerja lagi?" tanyaku. "Ibu akan berangkat sekarang. Ibu juga kesiangan. Sampai bertemu nanti sore lagi, sayang," pamit ibuku. Aku hanya mengangguk sambil menyantap sarapan pagi ini.

Seperti biasa, setelah sarapan aku langsung bergegas ke tempat di mana aku pertama kali bertemu Landon. Hari ini aku memakai kaus lengan panjang berwarna crimson dan celana panjang hitam serta jubah yang memiliki tudung kepala. Aku mengikat rambutku agar terlihat seperti lelaki dan menutupi kepala dengan tudung kepala.

Tempat itu kami namakan crimson. Sebenarnya Landon yang memberi nama tempat itu sedangkan aku hanya menyetujuinya. "Kuharap tidurmu semalam nyenyak," sindir Landon. Aku tertawa. "Terima kasih," ucapku. Landon hanya tersenyum. "Lihatlah di balik semak-semak itu," pinta Landon. Tanpa bertanya, aku langsung melihat di balik semak. Busur panah berwarna scarlet dan anak panah berwarna crimson mengkilap membuat mataku berbinar-binar.

"Kau membuatnya sendiri?" tanyaku sambil meraih panahan itu. "Tentu saja," jawabnya santai. Tanpa kusadari, mulutku terbuka sedikit karena takjub. "Aku suka ini! Bagus sekali!" pujiku. "Bagaimana kau tau dua warna ini adalah warna kesukaanku?" tanyaku. "Dari namamu," jawab Landon

Scarlett (Book One) : The Hooded ArcheressWhere stories live. Discover now