Chapter 14 : Feelings

1.3K 94 0
                                    


"Oh iya, akhir-akhir ini aku melihat beberapa orang menunggangi kuda di sekitar hutan ini. Kira-kira apa yang mereka lakukan, ya? Bahkan aku melihat ada kereta kuda melewati rumah ini," sindirku. Aku ingin ibu mengungkapkan rahasia. "Entahlah. Mungkin para pemburu," jawabnya datar. Aku merasa kecewa karena tentu saja aku tahu mereka bukan pemburu.

Selelsai menyantap makan malam, aku mencuci piring. "Ibu, apa aku punya saudara kandung?" tanyaku pelan. "Ya, ya. Kau punya saudara kandung," jawab ibu. Mataku terbelalak mendengar jawaban ibu. "Siapa namanya? Seperti apa wajahnya?" tanyaku lagi. "Ibu ada urusan penting malam ini. Kau jaga rumah ya? Sampai nanti," ucap ibu lalu pergi meninggalkanku dengan pertanyaan yang belum terjawab.

Aku mengehla nafasku. Karena bosan, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Landon dengan berjalan kaki. Sesampainya di rumah Landon, aku mengetuk pinntu rumahnya. Tak lama kemudian. Ia membukakan pintu untukku. "Scars? Megapa kau ke sini?" tanya Landon. "Aku sendirian di rumah dan bosan. Aku hanya ingin mengobrol," jawabku. Landon mengucek matanya. "Baiklah, ayo kita ke Crimson," ajak Landon. Kami berdua pergi berjalan kaki ke Crimson.

"Jadi, kau melihat rumah mencurigakan itu?" tanya Landon tak percaya. "Iya," jawabku. "Kau ingat di mana tempatnya?" tanya-nya lagi. "Iya, Landon," jawabku. "Tapi tadi aku juga melihat ibuku mendapat surat dari kerajaan Arabella bukankah berarti ibu adalah orang yang dipercaya? Mungkin saja itu rumah teman-teman ibu," ucapku. Kami berdua terus berdiskusi. "Yang penting besok Noah dan teman-temannya harus tahu tentang hal ini," kata Landon. Aku mengangguk.

Karena aku mengantuk, aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Malam ini langit pun terasa sepi. Tak ada bintang yang menghiasi. Bahkan sinar bulan tertutup awan gelap. Yang ada hanya angin malam menyapu pipiku dan suara rumput yang bergesekan. Yang kutahu, hutan ini selalu terasa damai. Belum pernah terjadi hal buruk di hutan ini sampai sekarang, pangeran Arabella diculik di hutan ini. Aku sangat mengenal tempat yang kutinggali. Tak pernah aku tersesat dalam hutan ini.

Rumah yang selama ini aku dan ibuku tempati tidak begitu besar. Di dalamnya hanya memiliki dua ruang tidur dan dua kamar mandi serta satu ruangan meja makan dan ruang tamu yang minimalis. Terdapat halaman belakang tempat Ivory tinggal. Semenjak aku berumur sepuluh tahun, aku selalu menanam macam-macam bunga dan merawatnya. Walaupun memang aku dan ibuku tinggal di dalam hutan, hampir tidak ada sama sekali bunga yang tumbuh di sekitar rumah kami. Tapi sekarang, rumah ini terlihat lebih berwarna dan ceria.


Ibu belum juga kembali. Karena aku merasa sangat lelah, aku langsung pergi tidur.

"Kicauan burung adalah suara favorit ibu di pagi hari," ucap seorang wanita pada anaknya. Wajahnya sangat cantik. Rambutnya bergelombang dan tebal. Matanya berwarna hazel. "Aku selalu berharap kau akan tumbuh menjadi perempuan yang berani. Aku menyayangimu—"

Aku terbangun dari tidurku karena mimpi itu. Matahari sudah mulai terbit terlihat dari kaca jendela kamarku. Aku mengucek mataku lalu melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai itu, aku berpakaian seperti biasa, kaus dan celana panjang. Ibuku sedang menyiapkan sarapan untukku. "Pagi," sapaku. Ibu tersenyum padaku.

Aku selalu merasa janggal dengan senyuman ibu. Senyuman itu terlihat dipaksakan untuk menutupi kesedihan bahkan rahasia besar. Mulut itu terlihat sangat gatal untuk membuka dan mengeluarkan suara tentang semua pertanyaanku. Aku langsung duduk di atas kursi meja makan dan menyantap masakan ibuku yang baru saja diletakkan di atas piring keramik berwarna putih.

"Ibu pergi dulu,"

"Ibu tidak sarapan?"

"Sudah. Sampai nanti,"

Obrolanyang sangat biasa. Mood ibu tampakberubah-ubah. Saat ia bersama Dexter, aku bisa merasakan kebahagiaan yangterpancar dari senyuman serta tawa ibu. Namun saat ibu melihatku, auranyaberbeda. Aku merasa bahwa ibu terbebani karena aku. Aku merasa bahwa ibu selalu   mengingat masa lalu yang mungkin sangat buruk saat melihatku. Aku merasa tak diinginkan.[]



Scarlett (Book One) : The Hooded ArcheressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang