Chapter 3: Detik Dan Langkah

52 4 5
                                    

"TIDAK MAUUUU!!!!!! Aku tidak bisa membantumu!" Ujar Keza berlari mendekati Toki.

Toki menghela nafas,"Kenapa lagi?"

"Semalaman aku memikirkan idemu ini dan aku yakin bahwa ini tidak akan berhasil Toki!"

"Yasudah, biar aku saja." ucap Toki mantap.

"Apa kamu yakin? Kamu kan murid baru, jadi belum tau tentang sifatnya"

Toki tersenyum misterius dan berkata. "Lihat saja nanti."

Suasana riuh dalam kelas tiba-tiba hening saat seorang guru yang dikenal dengan kegalakannya memasuki kelas. Toki pun lari terbirit-birit menuju bangkunya di arah belakang.

Pikirannya tidak bisa fokus ke arah papan tulis, ia masih saja penasaran pada gadis yang menundukkan kepalanya sambil menulis sesuatu di bukunya.

Apa yang sedang dipikirkannya? Batin Toki.

Sebuah ide terlintas di pikiran Toki, ia mengambil buku tulis di bagian paling belakang dan menuliskan sesuatu disana.

"Maukah kamu berbagi buku paket denganku? Aku masih belum punya."

Diserahkannya buku itu kepada Hana. Sang gadis sedikit menoleh, Toki memasang cengirannya dan menyeret buku paket milik Hana hingga berada di tengah mereka. Ternyata tak sesuai dugaan, Hana bersikap tak acuh.

Toki menghela nafas, akhirnya dia memutuskan untuk mencoba berkonsentrasi pada barisan angka di papan tulis yang sama sekali tak dimengertinya.

**

Sebelum bel pulang di bunyikan, Toki meminta izin menuju toilet. Ia mengeluarkan handphonenya dan mengetikkan sesuatu disana.

To : Keza

Bawakan tasku ya. Aku akan menjalankan rencana.

Selang beberapa menit handphone bergetar, menandakan ada pesan yang baru saja di terima.

From : Keza

Kau tak punya otak? Sudahlah, tak seharusnya kau ikut campur urusannya.

Diabaikannya pesan Keza, ia masih teguh untuk mencari tahu. Salahkan saja rasa penasaran yang berkecamuk di otaknya semenjak melihat gadis yang dirasanya lemah itu.

Bel sekolah berdering hingga menggema, pintu kelas terbuka satu persatu dan semua murid bergegas untuk meninggalkan sekolah. Diantara banyaknya kerumunan, Toki memperhatikan Hana yang berjalan menunduk dengan tatapan aneh dari murid lainnya. Rasanya Toki ingin mencaci semua yang melihat Hana dengan tatapan sinisnya, tapi otaknya cukup tau jika ia melakukan itu, Hana akan menjauhinya dan rencana pun gagal.

Toki menemui Keza untuk mengambil tasnya dan bergegas mengikuti Hana sebelum gadis itu menghilang dari pandangannya.

Sedangkan Keza yang melihat kawannya yang ternyata keras kepala hanya mampu geleng-geleng.

Berkali-kali Toki menghapus keringat di pelipisnya, matahari kini berada tepat diatas kepala. Ia tak menyangka Hana pulang dengan berjalan kaki, padahal rumahnya cukup jauh.

Apakah ia tak merasa lelah? Batinnya.

Hana merasa ada yang mengikutinya, ia tak menoleh tetapi mempercepat langkahnya. Sedangkan Toki kewalahan mengikuti Hana, ia menyerah. Duduk dibawah rindangnya pohon sambil mengambil air mineral dari dalam tasnya. Menikmati deru angin yang membelai wajahnya.

Hampir saja Toki tertidur jika ia tak mengingat apa tujuannya disini. Lelaki itu berdiri, menepuk bagian belakang celananya untuk membersihkan debu yang menempel.

Sampailah Toki di depan rumah mewah diantara rimbunnya pepohonan. Meskipun sudah pernah kesini, ia tetap berdecak kagum akan keindahan rumah bercat putih ini.

Ia mengetuk pintu beberapa kali. Dan seorang gadis berwajah cantik dengan dress floral pink sebatas lutut tersenyum manis saat membuka pintu.

"H- Hana." Ucap Toki dengan sedikit terbata, ini pertama kalinya ia terkagum dengan seorang wanita yang baru beberapa hari di kenalnya.

"Hai. Ayo silahkan masuk." Masih dengan senyum yang sama.

Toki pun duduk diatas sofa berwarna merah maroon, berdampingan dengan gadis yang sempat membuatnya terpana.

"Aku ingin belajar bersamamu, bolehkan? Aku tertinggal banyak pelajaran, ya kau tau sendiri kan aku baru saja masuk sekolah ini." Alasan yang cukup kuat telah dipikirkan Toki selama perjalanan kesini.

"Boleh kok. Tetapi aku tak cukup pandai untuk bisa mengajarimu." Ucapnya jujur.

Toki tersenyum, "Tak apa. Aku bilang kita belajar bersama, bukan memintamu menjadi guruku, kan?"

"Sebentar ya, akan kuambilkan cemilan dan minuman agar kita tidak bosan saat belajar."

Toki mengangguk dan terus memperhatikan gadis itu hingga menghilang masuk kedalam suatu ruangan.

"Sudah kubilang, jangan bermalas-malasan. Cepat buatkan aku makan siang sekarang juga!!"

Terdengar teriakan yang membuat Toki penasaran. Ia ingin mendekati asal suara, tetapi di urungkannya.

Tak lama kemudian gadis berdress floral tersebut kembali dengan membawa dua minuman, dan beberapa snack. "Maaf ya, lama."

Toki tersenyum, "Tidak apa-apa. Kalau boleh tau, tadi kau memarahi siapa?"

Ia terlihat terkejut, namun sedetik kemudian kembali menormalkan wajahnya. "Biasalah, pembantuku sangat malas."

Toki mengangkat sebelah alis dan tergelak, "Ku kira kau adalah gadis yang sangat polos. Tapi ternyata bisa marah-marah juga." Ucapnya dengan maksud bercanda.

Tetapi si gadis hanya terdiam dan tersenyum masam.

Semenjak hari itu, Toki menjadi sering belajar bersama. Tetapi tetap saja, Hana yang dikenalnya disekolah sangat berbeda dengan Hana yang di temui di rumah. Toki tak ambil pusing tentang itu.

Langit mulai mengkelam, rintik hujan membasahi tiap jengkal tanah yang berdebu. Sekolah sudah usai sejak satu jam yang lalu. Toki baru saja menyelesaikan tugas kelompoknya bersama Keza, tetapi laki-laki itu pulang terlebih dahulu karena harus menjemput adik perempuannya di sekolah dasar. Alhasil Toki duduk seorang diri sambil menunggu hujan reda.

Ia mendengar suara berisik dari dari dalam toilet wanita. Diikutinya asal suara itu.

"Dasar cewek aneh. Gara-gara kau tersenyum padaku, kakakmu jadi membuat pacarku celaka. Sudah kubilang, kita bukan teman lagi. Aku tidak sudi berteman dengan cewek aneh sepertimu."

Toki melihat dua orang gadis berdiri membelakanginya sambil menatap bengis korbannya yang menelungkupkan kepala diantara lututnya dengan basah kuyup. Satu diantara gadis itu menarik rambut korban dengan keras.

"BERHENTI!"

Sayonara, I Love You (Ft. Karamori)Where stories live. Discover now