4. A Date

4K 359 13
                                    

Jam sudah hampir menunjukkan pukul 5 sore. Matahari tampak mulai turun, dan rembulan hendak menduduki langit. Beberapa orang kantoran mulai berjalan pulang. Beberapa dari mereka ada yang mampir terlebih dahulu untuk makan di pinggir jalan, dan ada pula yang menunggu angkutan umum. Tzuyu berdiri di baris paling belakang tepat di halte menuju rumahnya. Bis selanjutnya pasti penuh, jadi tzuyu lebih memilih berbaris paling belakang. Ketika bis berwarna biru laut itu tiba, orang-orang yang tengah menunggu segera menaiki bis itu secara bergantian. Beberapa diantara mereka berdiri, mencoba mengalah pada perempuan atau orangtua. Entah mengapa kaki tzuyu mendadak tidak dapat di gerakan. Ia seperti terpaku di aspal yang ia pijak sekarang. Tzuyu menunduk, berpura-pura melihat jam tangannya, dan itu membuat bis kembali melaju.

Tinggalah Tzuyu seorang diri di halte itu. Beberapa orang masih tampak berlalu-lalang mencari taxi agar segara sampai di rumah. Rumah Tzuyu memang agak jauh dari halte itu, dan satu-satunya cara bisa sampai di rumahnya hanya dengan menaiki bis atau taxi. Tetapi tzuyu malah melangkah kan kakinya berlawanan dengan arah pulangnya. Ia butuh tempat untuk menyegarkan pikirannya, khususnya untuk melupakan kata-kata pedas milik Mingyu tadi siang.

Kedua kaki jenjang tzuyu melangkah dengan pelan. Ia menatap kesekitar, dan kembali melihat ujung sepatu hitam yang ia gunakan. Ia berjalan, terus berjalan tanpa melihat. Seolah-olah sang kaki berjalan sesuai dengan keinginannnya.

Hingga tzuyu berhenti melangkah di depan sebuah gerbang tinggi.

" aku datang.. "

-*-*-*-*-*-*-*

Nafas memburu milik Luhan membuat beberapa pasang mata menatap dirinya aneh. Ia sudah berlari sekitar 15 menit lamanya untuk mencari tzuyu, dan jangan lupakan ia juga mencari dengan mobil sejak tadi siang. Namun anak itu tidak ketemu juga.

" kemana si bodoh itu? "

Gumam luhan. Ia hendak ingin kembali berlari, namun seketika berhenti. Mata rusanya melihat seorang wanita yang sudah tidak asing lagi, tengah berjalan masuk kedalam pemakaman. Luhan menyadari bahwa itu Tzuyu, dan lekas mengikuti wanita itu.

Tzuyu melangkah kearah makam yang paling tinggi. Ia berjalan lambat sekali, seperti tengah kehilangan harapan terbesarnya. Luhan pernah melihat punggung ini sebelumnya. Sama-sama berjalan lambat, dan sama-sama menuju kearah pemakaman. Kalau tidak salah, itu satu minggu sebelum Tzuyu melangsungkan pernikahannya.

Sekarang tzuyu telah tiba di sebuah makam. Ia memberikan hormat sebentar, dan duduk bersila di depan makam yang terawat itu. Luhan memperhatikan tzuyu dari jauh, tidak ingin mengganggu aktifitasnya.

(Buat bagian ini, authot ngebiarin tzuyu cerita, okay~)

Waktu itu bulan desember, aku memandang kearah luar jendela, kedua orangtuaku tampak berbincang dengan dua orang yang sepertinya sepasang suami istri. Di samping mereka, seorang lelaki tinggi dengan kulit putihnya berdiri tegap. Rambut hitamnya tampak sangat kontras sekali dengan kulit dan baju putih yang ia kenakan. Aku terus memperhatikan mereka, hingga mata setajam elang itu bersibobrok denganku. Membuat ku seolah-olah terhisap keadalam sebuah lubang besar, sungguh membuat ku tak bisa memalingkan wajah.

" kalau begitu ayo masuk dulu, Kebetulan Tzuyu tidak kerja magang hari ini, mungkin Sehun bisa mengobrol dengan Tzuyu "

Samar-samar aku mendengar suara ayah diluar sana. Dan tanpa aku sadari, lelaki tadi tersenyum padaku sebelum akhirnya masuk. Aku segera berlari kearah kamar, takut-takut ibu dan ayah menyadari diriku yang mencuri dengar ucapan mereka tadi.

" tidak usah sembunyi tzui, Sehun sudah melihatmu tadi "

Suara ibu membuatku harus menanggung malu di hadapan semuanya. Aku tersenyum kecil, lalu melangkah mendekati mereka yang berkumpul di ruang tamu.

The Promise [Completed]Where stories live. Discover now