Cassanova-24

42.4K 2.8K 266
                                    

DI selama perjalanan pulang, Karel tiada hentinya mengoceh. Ia bertanya mengenai berbagai macam pertanyaan, mulai dari yang berbobot hingga yang tidak berbobot sama sekali, misalnya; "Bang, jalannya kok lulus telus? Kok, nggak belok-belok?"

Lalu, Marvell menjawab, "Ya 'kan jalannya emang lurus terus. Masa mau dibelok-belokkin? Ntar nabrak pohon, atuh. Rusak mobilnya."

Dan kemudian, dengan santainya Karel menyahut, "Kan, nanti, bisa beli balu lagi."

Dan pada saat itu juga, Diandra benar-benar ingin menjadikan Karel sebagai adik iparnya.

Karena letak tempat les dengan rumah yang cukup jauh, maka setelah menanyakan berbagai macam pertanyaan, Karel akhirnya tertidur lelap di kursi penumpang belakang.

Mungkin dia lelah.

Setelah sampai di depan pintu gerbang rumahnya, Marvell langsung memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, lalu keluar dari dalam mobil.

"Lo tunggu di sini aja, Ra. Gue gendong Karel masuk ke dalem, sekalian mau ambil barang. Nanti gue balik lagi," ucap Marvell sebelum ia menggendong Karel dan membawa anak itu masuk ke dalam rumah.

Ah, rasanya melihat Karel yang sedang tertidur begitu lelap dalam gendongan Marvell sungguh menggemaskan. Apalagi yang menggendong. Tambah menggemaskan. Jadi ingin langsung bawa pulang satu paket.

Setelah menaruh Karel di dalam kamar dan menidurkannya di atas tempat tidur, Marvell bergegas ke kamarnya sendiri, lalu membawa barang-barang yang ia sudah siapkan sejak jauh-jauh hari, lalu membawanya turun ke bawah.

Sementara itu, Diandra yang sedang sibuk memainkan ponselnya di dalam mobil, langsung terkejut ketika mendengar kaca jendela di sampingnya diketuk oleh seseorang dari luar. Tapi, ia lebih terkejut lagi ketika mengetahui si Pengetuk Jendela tersebut adalah Marvell, yang sudah membawa sebuah boneka beruang raksasa berwarna biru muda dalam pelukannya!

Oh, astaga. Rasanya Diandra ingin berteriak sekarang juga. Bukan karena itu hadiah dari Marvell, tapi karena ia sangat-sangat teramat menginginkan boneka beruang raksasa itu. Apalagi jika bonekanya berwarna biru muda, yaitu warna kesukaannya.

Diandra turun dari dalam mobil, kemudian berjalan mendekati Marvell yang masih berdiam di tempatnya berdiri tadi.

"I'm speechless, Dude." Diandra menutup mulutnya menggunakan satu tangannya, sambil tersenyum senang.

"Buat lo. Maaf gue nggak bisa ngomong yang manis-manis, tapi ini adanya. Maaf kalo gue buat lo takut gara-gara Karel yang tiap minggunya nanyain lo mulu. Gue cuma merasa aneh aja, kita pacaran tapi gue belom tau apa-apa tentang lo. Meskipun kita ini emang lagi bersaing dalam permainan hati, tapi lo tetep berstatus sebagi pacar gue, dan gue merasa kalo gue perlu tau sesuatu tentang lo, meskipun cuman sedikit. Lo merasa risih ya?" Omongan Marvell berhenti, ketika ia menyadari perubahan pada raut wajah Diandra.

"Enggak. Enggak sama sekali. Makasih banyak, Vel," ucap Diandra sembari menerima boneka beruang itu dari kedua tangan Marvell. Tingginya mungkin kurang lebih sepundak Diandra dan boneka itu juga berisi, sehingga bisa Diandra peluk dengan nyaman.

"Mau dong jadi bonekanya," tutur Marvell. "Biar bisa dipeluk sama lo, hehe."

Diandra lantas menepuk lengan Marvell. "Dasar. Modus. Udah gitu gatau diri lagi, memanfaatkan adiknya sendiri."

"Itu namanya kreatif."

"Kreatif gigi lo jenong."

"Jidat lo jenong."

"Kurang ajar."

"Memantulkan cahaya."

"Marvell! Ish!"

Primadona vs Cassanova [#Wattys2016]Where stories live. Discover now