Bab Sembilan

14.3K 1.4K 111
                                    

@YJskPresent
。。*。。


Keheningan terasa membekukan sekitar. Ac ruangan tidaklah sedingin ini ketika Yunho sendirian sebelum istrinya itu di sini. Pria itu berdiam diri. Menahan apapun yang akan ia ucapkan karena sungguh, ia tidak ingin membuat masalah ini lebih rumit lahi dari yang sebelumnya.

Kalau boleh jujur, Yunho menyesal. Ia hanya menghukum diri dengan menjauh dari istrinya agar dapat menenangkan diri serta berusaha membunuh perasaan yang ia rasakan terhadap Jaejoong. Tidak mudah karena sebelum ini Yunho belum pernah jatuh cinta. Sialan.

Ia tidak menyukai perasana ini karena nyaris menyita semua waktu yang ia milikki untuk memikirkan istrinya yang polos namun penuh gairah di ranjang. Meneriakan nama Yunho penuh nikmat saat meraih pelepasan serta bergerak menggoda di bawah tekanan tubuhnya setiap malam.

Sialan. Bisakah ia membenci istrinya setelah ia mencintai wanita itu. Perasaan cemburu itu telah hilang jauh hari di malam ia memperlakukan Jaejoong dengan kasar.

Yunho menyesali tindakannya malam itu karena pengaruh wiski. Tidak, ia cukup sadar saat melakukan itu. Hanya saja memang sedikit kasar karena ia merasa cemburu. Dan ketika ia bangun di tengah malam dalam dekapan istrinya, ia luluh. Perasana sakit hati atau pun benci yang pernah ia rasakan musnah seketika dengan melihat wajah terlelap Jaejoong di sampingnya. Wanita itu begitu mungil dan rapuh. Ia pun mencoba menebus kesalahannya dengan memuja serta membuat istrinya itu menggerang nikmat berkali kali setelahnya.

"Ini tidak akan berhasil." Kata itu menarik Yunho kembali ke dunia nyata. Musang pria itu menatap tajam luluh.

"Kita kembali lagi ke titik awal. Di mana aku memang kau butuhkan untuk menjaga anak-anak." Jaejoong menghela napas, menatap Yunho dengan tatapan sendu yang membuat Yunho merasa dirinya adalah iblis yang sangat kejam.

"Mulai sekarang akan lebih baik jika kita tidur terpisah. Karena percuma jika kita memaksakan diri untuk bersama dan mencoba akur lalu bertengkar lagi di hari berikutnya. Tidak kah kau lelah Yun," tatan sendu itu menikam Yunho lagi.

Pria itu berdiri membeku, karena ia sadar sepenuhnya, apa yang di katakan istrinya benar adanya. Ia juga lelah mengelak dari perasaan ini.

"Aku lelah. Aku telah terus mencoba lalu gagal. Kau lebih memilih menyimpan segala masalah yang ada tanpa berbagi, itulah dirimu. Kau menyembunyikan banyak hal dari masa lalumu, aku tidak akan mengunkitnya. Tapi jika kau juga mengungkit masa laluku serta hal pribadi lainnya, dengan siapa aku bergaul dan sebagainya. Maka kau harus bersiap untuk terbuka, jika tidak, aku akan melakukan hal yang sama, menutup diri sama seperti yang kau lakukan. Dan menjadikan pernikahan ini seperti di neraka."

Tidak ada lagi yang ingin Jaejoong katakan. Segala masalah yang ingin ia tumpahkan telah ia lempar kewajah Yunho, jika pria itu menginginkan lebih atas pernikahan ini. Maka Yunho paham apa yang harus pria itu lakukan, jika tidak, Jaejoong tidak memiliki harapan lain selain terjebak dalam pernikahan ini selamanya.

Wanita itu pergi. Pintu tertutup di belakangnya. Meninggalkan Yunho dalam dilema yang membuatnya hampir gila. Apa yang wanita itu katakan, apa yang ia inginkan.

Pertanyaan itu terdengar bodoh karena ia menginginkan istrinya mencintai dirinya sebesar Yunho mencintai Jaejoong. Ia ingin Jaejoong menyambutnya dengan tangan terbuka serta senyum indah wanita itu ketika ia pulang dari kantor setiap hari.
Harapan yang tidak akan pernah terwujud tentunya. Terlebih setelah melihat betapa marah istrinya tadi.

Dengan lelah, ia melempar diri ke sofa. Melonggarkan dasi dengan gerakan kasar. Selama ini Yunho tidak terbiasa berbagi perasaan, mengorek masa lalu yang hannya akan membuka luka lama dan rasa sakit itu kembali muncul. Jika itu yang di inginkan istrinya, maka jawabannya adalah tidak!

It's (not) A Perfect WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang