Brace Urself, Disaster is Coming

2.5K 99 10
                                    

Gue masih terus gowes, ngikutin Manda dan Agus di depan. Ada yang bikin konsentrasi gue pecah; pantat Manda yang dibalut celana bikini, muncul malu-malu akibat summer dress-nya yang berkibar tiap dia gowes kenceng atau di tiup hembusan angin laut. Duh, itu emang ngegoda banget. Pantat dia juga jadi keliatan makin kenceng, gegara duduk di jok sepeda.

Yeaah... cuma momen kayak gini doang gue bisa mesum tanpa mesti ketauan.

Betenya, bukan cuma gue yang nikmatin pemandangan ini. Banyak pasang mata cowok-cowok yang juga ngeliatin bemper yahud Manda. Woy, ngeliatnya biasa aja kali!

Meski begitu, gue cuma bisa diem. Mau protes, emang gue siapanya Manda?

Cuma *ehem* mantan. Ngenes.

Gue coba alihin pandangan. Mumpung lagi liburan, gue mau nikmatin suasana pulau ini. Emang dasar norak, gue celingukan kiri-kanan sambil cengengesan sepanjang jalan. Liat kiri, jajaran rumah-rumah penduduk; yang homestay atau hunian pribadi. Banyak juga kedai, warung, dan restoran seafood di sisi ini. Sementara di kanan, barisan pantai yang memanjang kayak lagi ngiringin gue gowes. Asli, keren! Ditambah pohon-pohon kelapa dan semak belukar yang berjejer di pangkal pantai. Wuiwuiwui, I'm feeling alive! This is what a beach trip should be! Hip, hip, heeey-ho!

Ada lagi, lautnya yang biru jernih. Perfecto!

"Bii, seru ya gowes gini!" teriak Manda dari depan.

Gue bales, "iye emang seruuu!" Seru banget liat pantat lo, maksudnya.

Jalan berbatako yang kita susurin, ngelewatin kebon penuh ilalang dan pohon kelapa yang tinggi-tinggi bener. Serius, tingginya lebih-lebih dari pohon kelapa di Jakarta. Entah karena perbedaan tingkat kesuburan tanah atau ada faktor lain, tapi pohon kelapa di sini terlalu bongsor.

Nah, ga jauh dari kebon ada kantor polisi di sisi kiri. Abis itu, kita ngelewatin gedung sekolah. Gue fokusin pandangan, dan baru sadar kalo itu SMK. Penasaran, SMK di pulau gini jurusannya apaan aja ya?

Kita berenti gowes, tepat di depan gapura. Di depan sana, terhampar lapangan beralas pasir pantai yang dipake buat parkiran sepeda.

"Nah, kita parkir sepeda ya Mas, Teh. Batas kendaraan memang cuma sampai sini," kata Agus.

"Oh begitu ya, Bang Agus?"

"Iya, begitu memang."

Manda yang paling duluan gowes ke parkiran. "Bii, kamu lelet nih! Ayo buruan!" teriak Manda. Buset, semangat banget dia.

Abis parkir sepeda, kita bertiga jalan kaki di atas lapangan berpasir. Agus juga ngejelasin banyak hal tentang Tanjungan Timur ini. Diantaranya, area pantai timur ini digunain buat olahraga, main pasir, sekedar berjemur, nikmatin pemandangan dan ber-narsis ria, juga buat nongkrong dan main wahana laut.

"Kalo sekedar nongkrong, dimana Bang Agus?" tanya gue.

Agus nunjuk ke kiri, ke jajaran kedai dan kios yang jaraknya beberapa puluh meter dari tempat kita. Buat area duduknya sih, ada meja panjang dan kursi plastik. Sementara kedai dan kiosnya sendiri berjejer dan berkonsep kontrakan sepetak. Dan udah jadi ciri khas wisata pantai, pasti ada tukang es kelapanya.

"Bii, sini dong cepetaaan~!"

Gue langsung celingukan nyari asal suara. Buset, Manda udah jauh di depan, tepatnya disamping cottage-yang entah dipake buat apa itu tempat. Disekitarnya, berkerumun orang-orang yang juga entah mau ngapain. Termasuk Manda.

"Nah, yang disana itu tempat pendaftaran kalo mau naik wahana air," jelas Agus. Pinter ini orang, tau aje kalo gue mau nanya.

Gue ngebales, "wahananya emang apa aja?"

The MAD TripWo Geschichten leben. Entdecke jetzt