Phobia Kelelawar yang Suka Vampir

1.4K 15 0
                                    

Phobia Kelelawar yang Suka Vampir

Suara kayu yang berderak begitu jelas kudengar. Aku sudah terbiasa dengan suara derak kayu ini. Setiap kali aku menaiki tangga menuju loteng, aku selalu mendengar suara derakkan ini. Yah, tangga kayu ini memang sudah tua. Aku berulang kali meminta orang tuaku untuk mengganti tangga kayu ini. Orang tuaku hanya mengiyakan tanpa bertindak. Yah, memang sih, aku tahu bagaimana nasib keluargaku saat ini.

Kubuka pintu loteng perlahan hingga menimbulkan suara gesekan antara lantai kayu dan pintu. Begitu masuk ke loteng, debu berputar-putar di sekelilingku. Dapat kurasakan udara lembab di tempat ini. Disudut ruangan banyak terdapat sarang laba-laba. Tiba-tiba saja aku mendengar suara decitan dari atas. Segera kudongakkan kepalaku. Kulihat seekor kelelawar terbang di langit-langit loteng.
***

"Siapa yang akan datang, Ma?" tanyaku pada mama yang baru saja menutup telefon.

"Filia, dia akan datang dan menginap di rumah kita besok. Jadi bersihkan kamarmu, dia akan tidur denganmu," kata mamaku.

Aku melesat ke kamarku dan buru-buru merapikan tempat tidurku. Kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore. Berapa jam lagi, pagi akan tiba. Aku tak sabar untuk menghabiskan malam dengan sepupuku itu. Semalaman, dia akan bercerita tentang cerita seram. Yah, dia memang pecinta cerita horror. Filia sangat tergila-gila pada cerita Vampir. Pasti tak asing, kan? Kelelawar yang dapat berubah menjadi mahluk penghisap darah itu, loh.

Walaupun terkadang aku bergidik ngeri setelah mendengar ceritanya, aku tetap berusaha menikmatinya. Aku yakin, suatu hari nanti sepupuku ini akan menjadi penulis yang hebat.
***

Ting ... Tong ...

Kudengar suara bel ditekan di pagi hari. Aku bisa menebak siapa yang menekan bel itu. Itu pasti Filia dan keluarganya. Ketika aku membuka pintu, aku melihat senyum hangat gadis berambut pirang yang dikuncir ponytail.

"Hai, lama nggak ketemu, ya?" sapa Filia ramah.

Aku segera menarik pergelangan tangan Filia dan membawanya ke kamarku. Kuletakkan tas Filia yang berisi baju dan keperluan pribadinya di kasurku. "Hei, bagaimana pengalamanmu di Jepang? Bukannya kamu baru pulang dari Jepang seminggu yang lalu?"

Filia duduk di kasur. "Aku suka Jepang. Aku membeli banyak komik di sana dengan tema favoritku, Vampir. Dan aku juga memborong kaset-kaset bertemakan Vampir. Kamu tahu kan, cintanya aku sama Vampir itu."

"Kamu nggak mau mencoba membuat cerita tentang Vampir?" tanyaku, aku duduk di kursi di depan meja belajar dan menatap Filia.

"Menulis ya? Ide bagus. Bantu aku mencari tempat yang seram untuk mencari ide," pinta Filia. "Kamu tahu di mana tempatnya?"

"Ada sih, tapi banyak debunya. Nggak papa?"

Filia mengangguk setuju.
***

Pukul 12 malam, aku dan Filia mengendap-endap naik ke loteng. Kegelapan menyelimuti kami. Aku terus meraba-raba dinding, supaya aku bisa menaiki tangga dengan lancar.

"Filia, kamu yakin? Ini tengah malam," tanyaku pada Filia yang ada di belakangku.

"Sangat! Ini akan menyenangkan," jawab Filia yakin.

Kreek ... Terdengar suara gesekan pintu dengan lantai kayu dengan jelas. Aku meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Setelah menemukannya, aku menekan saklar itu. Seketika ruangan menjadi terang. Bisa kulhat meja kayu yang sudah tua yang di atasnya banyak terdapat debu. Meja itu dulu adalah meja belajarku. Setelah ayahku membelikanku meja belajar baru, maka meja itu sudah tidak dipakai lagi.

"Kamu jarang membersihkan loteng ini, ya?" tebak Filia.

"Hah, berkunjung kemari saja jarang, apalagi membersihkan," jawabku.

Tiba-tiba saja aku mendengar suara decitan dari langit-;angit. Aku segera mendongak. "Hei, Fil. Lihat ke atas, ada satu kelelawar," kataku.

"MANA?" Jerit Filia tiba-tiba. Dia ikut mendongak dan ... dia menjerit ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin mengucur deras dari peilipisnya. Filia segera berlari menuju pintu dan membukanya. Dia berlari menuruni tangga dengan cepat hingga ia terpeleset.

Dug dug dug ... "Ung ..."

"Kamu nggak papa, Fil?" aku bergegas menghampiri Filia dan membantunya berdiri. "Kamu ini kenapa? Kamu phobia kelelawar?"
***

Sejak kejadian tadi malam, aku baru tahu kalau sepupuku ini phobia kelelawar. Agak aneh sih. Phobia kelelawar yang suka pada Vampir. Bukannya Vampir juga seekor kelelawar? Aku berusaha tidak menyinggung tentang kejadian tadi malam saat sarapan. Bisa-bisa Filia kehilangan selera makannya.

Aku duduk di atas kasur sambil menopang dagu. Aku menunggu Filia yang sedang mandi. Tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepalaku. Aku ingin mengerjai Filia sedikit. Nagaimana kalau aku membawakan kelelawar untuknya? Bagaimana nanti reaksinya? Hehe ... aku tak sabar menunggu malam.
***

"Fil, bangun dong." Aku menggoyang-goyangkan tubuh Filia. Dia sedang tidur nyenyak.

"Ada apa?" tanya Filia yang membuka separuh kelopak matanya.

"Aku mau kasih surprise. Ayo ikut aku," ajakku. Kutarik lengan Filia hingga ia bangkit dari kasur. Dengan malas, ia bangkit dari posisi tidur.

"Mau ke mana?" tanya Filia yang berjalan dengan gontai.

Aku membawa Filia ke loteng. Aku membuka pintu kayu loteng. Ketika aku masuk ke loteng, aku menyalakan lampu dan menarik Filia ke dalam.

"Mau apa kita kemari?" tanya Filia.

Aku membungkuk dan memungut kotak berukuran sedang yang tergeletak di dekat kakiku. Kotak itu memang sudah kupersiapkan untuk Filia. "Coba buka kotaknya," pintaku seraya menyodorkan kotak itu.

Filia menerima kotak itu tanpa ragu. Detik pertama, tangan kanannya membuka tutup kotak itu. Detik kedua, dia sudah melihat apa isi dari kotak itu. Detik ketiga, mulutnya menganga sambil tetap menatap isi kotak itu. Detik keempat, Filia melempar kotak itu dan menjerit histeris.

"Aaaa! Kelelawar!"

Aku tertawa terbahak-bahak karena melihat ekspresi muka Filia. Matanya melotot, tangannya gemetar begitu juga kakinya, mulutnya terus meneriakkan kata "Kelelawar!" berulang-ulang. Aku berbalik membelakangi Filia dan tertawa lagi. Aku benar-benar puas telah mengerjai Filia. Tak kusangka, dia pecinta Vampir tapi phobia pada kelelawar. Haha ... sungguh lucu sepupuku ini. Aku terus tertawa sambil menatap kotak yang berisi kelelawar yang telah mati dengan posisi terbalik.

JLEB!

Tiba-tiba saja aku merasakan sakit yang amat luar biasa di bahu kananku. Sesuatu yang tajam dan runcing telah menembus kulitku. Aku meraba bahu kananku dengan tangan kiri. Kurasakan ada gunting tertancap di sana. "Apa maksudmu, Fil?"

"Aku memang phobia kelelawar. Tapi aku tidak phobia pada darah," jawab Filia yang berdiri di belakangku.

Filia memutar gunting itu 90 derajat hingga membuatku menjerit kesakitan. Bisa kurasakan cairan hangat membasahi lengan kananku hingga membasahi lantai kayu. Kedua lututku tak mampu lagi menopang tubuhku. Aku ambruk dengan kaki gemetar.

"Filia, bagaimana bisa kamu melakukan ini?" tanyaku dengan suara pelan.

Filia menarik gunting yang tertancap di bahu kananku. Lalu dia berdiri di depanku dan berjongkok. "Lihat dirimu, ke mana suara tawamu tadi?"

JLEB!

"Aaarrgghh ..."

Filia menusukkan guntingnya ke mata kanaku. Sekarang aku hanya bisa melihat Filia dengan mata kiriku. Itupun sedikit kabur. "Filia?"

Filia mendekati wajahku. Makin dekat ... sangat dekat ... lebih dekat lagi ... dan ... ssshh ... dia menjilat darah yang keluar dari mata kananku. "Apa kamu gila, Filia?" tanyaku tak tahan.

"Aku pecinta Vampir ... dan Vampir itu suka darah. Ngomong-ngomong, darahmu manis. Boleh aku meminumnya sampai habis?" tanya Filia disertai seringai menakutkan.

END

Oneshoot And TwoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang