Wonhui.

2K 238 19
                                    

Semua dituls dalam Wonu's pov

"Baru pulang Nu? Darimana?" Tanya Jun saat kami duduk di sofa.
"Mmm karaoke sama yang lain."
"Oh..."
"Kenapa Jun? Malem-malem gini ke rumah?"
"Tadi Mama telpon, minta tolong jaga kamu sampai Mama pulang. Tapi sepertinya kamu ga perlu dijaga ya?" Tanyanya dingin.
"Aku baik baik aja kok Jun."
"Karena aku datang makanya dia pulang ya?"
Aku mengerutkan alisku.
"Maksudnya?"
"Iya, aku mengganggu waktu kalian? Kamu dan anak itu."
Aku menggeleng.
"Mingyu hanya mengantar aku pulang hari ini."
"Ya, seperti kemarin." Jun menambahkan.
"Maksudmu?" Aku bingung. Jun ini sebenernya mau apa?

"Jumat juga dia antar kamu kan? Malam minggu juga."
"Tau darimana kamu?" Tanyaku terkejut.
"Ga penting."
Aku terdiam.
Dia juga diam.
Kami jadi diam-diaman. Beda dengan diamnya aku dan Mingyu tadi. Ini rasanya nggak enak. Seperti ada yang mengganjal dan harus segera dikeluarkan.
Seperti ada yang terluka dan harus segera di obati.

Aku memandangi Jun.
Aku paling dekat dengan jun, tetapi akhir-akhir ini kami menjauh. Lebih tepatnya aku menjauhi Jun.
Terlebih setelah aku mengenal Mingyu.
Aku tidak mau menjadikan Mingyu sebagai alasan menjauhi Jun.

"Nu. Aku boleh ngomong sesuatu?" Dia menatapku.
Aku bisa apa ditatap seperti itu? Aku hanya mengangguk.

"Aku sudah lama kenal sama kamu. Aku bisa dengan bangga bilang ke orang-orang kalau aku yang paling mengerti kamu.
Aku satu dari sedikit orang yang tahu kalau kamu itu manis banget saat tersenyum, kalau kamu itu penakut, kalau kamu itu gampang gugup di lingkungan yang asing.
Orang-orang melihat kamu sebagai senior yang dingin, datar, galak dan sebagainya. Tapi aku tahu kamu orang yang hangat. Sebenernya gampang untuk buat seorang Jeon Wonwoo tersenyum.

Dan aku merasa kita menjauh akhir-akhir ini, Nu. Dan aku nggak suka.
Aku tahu kenapa kita jadi begini.
Sebagian karena salah ku juga. Kita berjanji untuk saling jujur, tapi kenyataannya kita malah saling menyimpan rahasia paling besar.
Aku minta maaf untuk hal itu.

Aku tahu apa yang akan aku katakan nggak akan merubah dirimu, tapi setidaknya aku ga mau lagi menyimpan rahasia dari kamu.
Jeon Wonwoo, aku suka sama kamu. Rasa suka yang melebihi sahabat. Aku sayang sama kamu. Bahkan aku bisa pastikan bahwa aku sudah lama jatuh cinta sama kamu.

Selama ini aku diam saja, karena aku nggak mau merusak persahabatan kita.
Aku yang terlalu naif. Selama ini aku berpikir kita berlima tetap akan terus seperti ini, dan pada akhirnya karena terbiasa, kamu bisa jadi milikku seutuhnya.
Aku tidak memperhitungkan faktor lain. Aku tidak pernah membayangkan bahwa akan ada orang lain yang masuk di antara kita berlima, dan merebutmu dariku."

Junhui bercerita panjang lebar, aku hanya menatapnya.
Dadaku terasa sesak. Aku nggak menyangka bahwa sedalam itu perasaan dia sama aku.
Perasaan bersalah mulai menyelimutiku. Hati ku terbagi dua.
Benar apa kata Junhui. Hanya dia yang paling memahami aku. Tanpa bicara pun dia bisa mengerti apa mau ku.

Pikiranku melayang ke Mingyu.
Orang yang sama sekali asing. Orang yang tiba-tiba hadir di dalam hidup ku.
Apakah aku benar kalau aku memilih dia dan bukan Junhui?
Mama sudah jelas memilih Jun, tapi sepertinya Mingyu berhasil juga meraih perhatian Mama.

"Aku tidak mau kamu terbebani dengan pernyataan ku ini, Nu. Aku siap menerima apapun jawaban kamu. Walaupun sebenarnya aku tahu apa isi hatimu.
Aku mohon kamu jangan membohongi perasaanmu hanya karena kamu tidak mau menyakiti orang lain.
Aku hanya ingin kamu tahu, apapun yang terjadi nanti, aku akan tetap ada untukmu."

Jun membelai lembut rambut ku.
Sentuhannya, tatapannya, semuanya membuat hatiku tenang, tetapi berbeda dengan reaksi hatiku saat bersama Mingyu.

Jun menatapku sayu. Aku ingin memeluknya dan mengatakan bahwa semuanya baik baik saja, tapi aku tahu itu artinya aku tidak jujur.

Aku menggenggam tangannya. Tangan yang kokoh, yang selama ini secara tidak ku sadari selalu jadi tumpuanku.

"Jun...aku minta maaf sudah membuat persahabatan kita jadi aneh begini. Kamu tahu aku juga sayang sama kamu, tetapi rasa sayang sebagai sahabat. Kamu memang selalu membuatku tenang, nyaman, tetapi itu semua karena aku menganggap kamu sebagai keluarga ku."

Aku menggigit bibir bawahku, menahan air mata untuk tidak jatuh.

"Katakan padaku, perasaanmu kepadanya, Nu. Beritahu aku, baru aku akan berhenti berharap."
Dalam keadaan seperti ini juga Jun masih bisa tersenyum.
Melihat senyum tulusnya, tumpahlah air mataku.

Jun meraihku, merengkuh aku dalam pelukannya. Jun hangat. Jun menenangkan. Tapi bukan Jun yang aku cintai.
Aku bisa merasakan tangannya mengelus punggungku.

"shhh ga apa apa Nu. Sudah, jangan menangis. Semua akan baik baik saja Nu."

Setelah membasahi bahu Junhui, akhirnya airmataku berhenti mengalir. Jun melepaskan pelukannya, membuatku menghadapnya sekarang.

"Aku mencintai Kim Mingyu, Jun."
Akhirnya kata-kata itu keluar. Aku tidak sanggup menatap wajah Junhui, tetapi dia memaksaku untuk memandangnya. Dia tersenyum. Tidak ada kebencian di wajahnya. Senyumnya tulus.

Dengan nafas tersengal aku meminta maaf. Jun menggeleng.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kamu nggak salah Nu. Terimakasih ya sudah mau jujur denganku."

"Tapi kamu..."
"Aku akan baik-baik saja. Ya paling menyesuaikan sedikit dengan rutinitas baru. Aku sudah tidak bisa menjemput dan mengantar kamu lagi kan, kecuali dia sibuk?"

"Jun.."
"Aku nggak apa apa, Nu. Percayalah." Jun mengusap rambutku.

Aku melingkarkan lenganku di pinggangnya dan memeluknya lagi. Pelukan hangat yang terakhir.
"Terimakasih ya Nu."
"Aku yang berterimakasih Jun. Kamu sudah bersabar denganku."
"Untuk Wonu, aku selalu sabar." Dia tersenyum.

"Istirahat ya. Kamu pasti lelah. Jangan tidur terlalu malam."
Aku mengangguk.

"Aku pulang ya. Kamu nggak apa-apa kan sendirian?"
Aku mengangguk lagi.

"Sana masuk kamar." Jun melambaikan tangannya.
"Met malam Nu."
"Met malam Jun. Kabari kalau sudah sampai ya."
"Pasti."

Jun pun akhirnya pulang.
aku masuk ke kamar dan memeluk guling ku.
Ada perasaan lega setelah pembicaraan panjang kami tadi.
Perasaan bersalah itu telah hilang.

Aku mengambil handphone ku dan menuliskan pesan.

To : Kim Mingyu
Sudah sampai rumah? Jun baru pulang. Aku mau tidur sekarang. Jangan tidur larut malam ya, besok kuliah. Goodnight, sweet dream :*

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sejujurnya yang bikin cerita pingin nangis di bagian ini.
Ceritanya udah sampe sini. Kayanya bentar lagi mau tamat.
Semoga masih tetap bertahan ya readers 😊

May I Know You?Место, где живут истории. Откройте их для себя