3. Penolakan

12.3K 1.4K 24
                                    

Barangkali Rajendra sedang berhalusinasi. Seingatnya dia baru saja keluar dari lift menuju parkiran mobil di basement satu. Tidak dalam keadaan mabuk atau pun membentur benda yang membuat pengelihatan juga otaknya terganggu. Beberapa orang yang berada dalam lift sudah mendahuluinya, menyisakan Rajendra yang terpaku sendiri.

Sekurang-kurangnya empat meter di depan Rajendra berdiri, ada seorang perempuan tengah membelakanginya. Potongan rambut pendek sebahu, dan tas ransel berwarna biru tua tersampir di pundaknya. Rajendra mengenali perempuan itu, juga tas yang dikenakannya. Perempuan yang biasa datang ke kedai kopi, tanpa meminum kopi pesanannya.

Mata Rajendra menyipit, dia yakin itu pasti perempuan tanpa nama. Yang membuat heran Rajendra adalah, di hadapan perempuan itu ada seorang lelaki yang tidak Rajendra kenali. Boleh jadi pacar sang perempuan. Tetapi melihat gesture tubuh perempuan itu yang kaku membuat Rajendra meragu sesaat.

Tunggu...tunggu, kenapa Rajendra seakan peduli dengan perempuan itu? Lelaki itu baru akan mengambil langkah menjauh ketika dia mendengar suara.

"Bisa kamu lepasin tanganku," ucap perempuan itu dingin. Jelas Rajendra masih bisa mendengarnya. Selain karena jarak, juga keadaan basement yang tidak terlalu ramai.

"Ada yang harus kita bicarakan, Malya. Penting."

"Aku sudah memberikan kesempatan itu beberapa bulan yang lalu, dan kamu sudah membuangnya."

Malya—perempuan yang baru Rajendra tahu namanya—mencoba melepaskan genggaman lelaki itu di pergelangan tangannya. Tetapi, lelaki itu seakan tidak mau membiarkan Malya pergi begitu saja.

"Kamu lepasin atau aku yang teriak." Ancaman Malya tidak memberi efek apa-apa terhadap lelaki di depannya. Lelaki itu malah menatap Malya tajam, namun ada sorot mata memohon tersisip di dalamnya. Lelaki itu terlihat frustrasi.

Rajendra tidak bisa melihat bagaimana ekspresi perempuan itu, tetapi dia tahu kalau Malya sepertinya tidak nyaman. Entah dorongan dari mana, kaki panjang Rajendra melangkah mendekati kedua orang itu. Rajendra setengah menyesal sebenarnya, kenapa pula dia harus menceburkan dirinya sendiri ke dalam kisah dua orang yang tidak begitu dikenalinya.

Rajendra mendeham untuk mencuri perhatian. Berhasil, sekarang kedua orang itu mengalihkan pandangannya ke arah Rajendra dengan air muka berbeda. Lelaki itu dengan tatapan terganggu dan Malya— entahlah Rajendra tidak mengerti arti pandangan itu.

"Anda siapa?" Tembak lelaki itu langsung. Rajendra hanya mengangkat bahunya tak acuh.

Pandangan mata Rajendra beralih ke bawah, tepatnya ke pergelangan tangan Malya yang masih dicekal oleh lelaki itu. "Tadi saya sempat dengar, kalau perempuan ini meminta Anda untuk melepas tangannya, benar?" sahut Rajendra tajam.

"Anda menguping?"

Rajendra mendengus, tidak mengerti dengan kata-kata yang diucapkan lelaki itu. "Menguping? Seharusnya Anda tahu, sekarang Anda sedang berada di tempat terbuka yang memungkinkan siapa saja mencuri dengar."

Lelaki itu terkesiap, wajahnya memerah, menahan kesal dan juga malu. Kesempatan itu digunakan Malya untuk menyentak tangannya. Rajendra sempat melirik sekilas, pergelangan tangan Malya memerah.

"Lagi pula saya ada keperluan dengan orang ini." Rajendra menunjuk Malya. Perempuan itu menatap Rajendra dengan kening berkerut dalam. "Benar 'kan, Malya?" tambah Rajendra sebelum perempuan itu menolak.

"Kamu kenal sama orang ini, Malya?" tanya lelaki yang tadi mencengkram tangan Malya. Pandangan Malya beralih ke lelaki itu, sebelum akhirnya menatap Rajendra. Sorot mata tajam yang terlihat begitu gelap dan dingin.

LoslatenWhere stories live. Discover now