Unintended Choice Part 14

533 30 1
                                    

Seorang gadis terlihat sedang menunduk di taman sekolah, Dia seperti membaca sebuah buku namun terdengar isakan kecil dari gadis itu dan Shilla yang melihat gadis tadi pun memberanikan diri untuk menghampiri gadis yang sepertinya memang sangat ingin ditemuinya itu.

"Kak?" panggil Shilla lirih agar tidak mengganggu aktifitas si gadis dengan buku nya

"Umm? kenapa Shil?" Jawab Gadis tadi menoleh sambil cepat-cepat menghapus air mata yang tadi membasahi pipi nya

"Kak irva kenapa nangis?" Tanya Shilla yang sekarang sudah duduk di bangku samping Irva, Gadis tadi.

"Gapapa Shil, ini bukunya sedih" Ujar Irva sambil menunjukan buku yang tadi dia baca, Shilla pun bisa membaca sekilas judul buku itu dan judulnya "Kiat-kiat menjadi dokter muda yang berhasil" kira-kira itulah judul buku yang Shilla baca.

"Kak jangan bohong sama Shilla, cerita aja kak sama Shilla siapa tau Shilla bisa bantu, gak baik loh kak masalah dipendem terus" Ujar Shilla mencoba membujuk Irva agar mau bercerita tentang masalahnya kepada Shilla

"Ini soal papa aku Shil" Irva memulai ceritanya mungkin dia sudah yakin, Shilla bisa menjadi teman curhatnya yang baik

"Papa aku selalu maksa kehendak nya supaya aku bisa jadi dokter seperti yang dia mau"

"Bukannya kak irva emang bercita-cita jadi seorang dokter?"

"Cita-cita aku emang mau jadi dokter Shil tapi yang aku mau papa aku tetep ngebebasin aku buat ngejalanin masa remaja aku seperti remaja lainnya tapi ini enggak Shil, Papa aku selalu kekang aku sampe aku gak boleh lagi berhubungan sama kakak kamu katanya kakak kamu bawa pengaruh buruk buat aku"

"Ummm, Maaf ya kemarin kamu juga jadi kena imbasnya, Aku udah jelasin ko kalau kamu adik nya Cakka"

"Udahlah kak, Mungkin Papa kak Irva terlalu berambisi dengan cita-cita nya menjadikan kakak seorang dokter, aku tau kok gimana perasaan kakak, kalo soal hubungan kak Irva sama kak Cakka, Kak Irva tenang aja nanti aku yang ngomong sama Kak Cakka, Kak Cakka pasti ngertiin posisi kak Irva sekarang kok" ujar Shilla sambil membawa Irva ke dalam pelukannya mencoba memberikan sebuah kekuatan pada kekasih kakak nya ini

"Bilangin Cakka yah Shil, maaf kalo aku selalu ngehindarin dia dan mungkin hubungan aku sama dia emang harus berhenti sampe disini" ujar Irva sambil melepas pelukan Shilla darinya kini air mata telah memasahi pipi chuby nya

"Jangan bilang kayak gitu dong kak, kak Cakka pasti akan perjuangin kak Irva kok, Aku yakin itu, kak Cakka pasti akan ngelakuin apapun demi kak Irva"

"Tapi Shil, Aku udah milih buat nyerah sama hubungan ini"

"Kak percya sama Shilla, Hubugan kak Cakka sama kak Urva pasti akan baik-baik aja, kak Irva gak boleh nyerah karena aku gak mau kak Cakka berjuang sendirian nantinya, kalian pasti akan bersama lagi" Shiilla memohon pada Irva agar dia mau memperjuangkan hubungannya dengan kakak nya karena Shilla yakin Cakka pasti akan berusaha agar Irva tetap menjadi kekasihnya, apapun itu, Cakka begitu menyayangi Irva.

"Aku gak tau Shil, Aku Cuma ikutin aja takdir yang nanti akan datang sendirinya, Kamu jangan takut aku juga akan tetep sayang kok sama Cakka" ujar Irva sambil berdiri dari duduknya, menepuk pelan bahu Shilla dan berjalan pergi meninggalkan Shilla sendiri di bangku taman sekolah itu, Irva bukan pasrah dia hanya tidak ingin terus menerus dihantui oleh masalah-masalah yang hanya akan membuat nya tidak fokus pada mata pelajarannya dan tentu saja cita-cita nya.

@@@@

Sudah lebih dari satu jam, Pak duta mengajar di kelas XII-Ipa 1 semua murid memperhatikan semua yang dijelaskan oleh Pak Duta yang dia jelaskan lewat sebuah power point yang dia presentasikan di depan kelas, saat pelajaran Pak Duta tidak ada satu orang pun yang boleh menggaduh atau bahkan membuat kesalahan mengingat guru ini adalah guru yang ditakuti karena sikap tegasnya saat mengajar.

Unintended ChoiceWhere stories live. Discover now