Diandra membuka-buka kembali bukunya. Besok adalah hari pertama UAS. Benar kata Narel, yang buat jadwal minta dikeroyok bareng-bareng. Ia membenturkan kepalanya ke meja belajar, pasrah. Kepalanya pusing menghafalkan rumus, pinyin, sama hanzi.
Tok tok tok
"Masuk,"
"Makan malam dulu, kak," Diandra membereskan buku-bukunya lalu segera keluar ke ruang makan. Di ruang makan, seluruh keluarganya sudah berkumpul. Ia duduk di hadapan papanya, dan segera mengambil makanannya.
"Hemg, aduh," Diandra segera mengambil air minum. "Aduh," keluhnya lagi sambil memegang tenggorokannya.
"Kamu kenapa, kak?" tanya mama tiri Diandra khawatir.
"Nggak tahu, ma. Tenggorokanku dibuat nelen sakit," jawabnya. Papa Diandra mengintruksikannya untuk membuka mulut.
"Operasi, kak, ya?" ujar Papa Diandra tiba-tiba. "Harus, pa?" tanya balik Diandra.
"Kamu mau sakit kayak gini terus?"
"Yaudah, deh." Diandra melanjutkan makannya pelan-pelan.
+++++
Diandra membaringkan tubuhnya pada tempat tidur dan membuka handphonenya. 5 message unread. Diandra mengangkat sebelah alisnya.
Gilang: Hai, Ra
Gilang: Lagi ngapain?
Gilang: Diandraaaaa
Gilang: Ra, bales kek. Minim di read gitu?
Gilang: Diandraaaa, apa gue musti manggil lo sayang dulu sampek lo mau bales chat gue?
Diandra tersenyum geli melihat pesan dari Gilang. Baru saja ia akan membalas, ada satu pesan masuk lagi.
Gilang: Akhirnya, di read juga. Ternyata emang harus dipanggil sayang dulu baru mau ngeread.Diandra: Apadeh, Lang. Btw, udah dulu ya, gue mau istirahat tenggorokan gue sakit
Gilang: Sakit? Sakit apa? Batuk? Radang? Sariawan di tenggorokan?
Diandra: Enggak, cuman amandel algi kambuh
Gilang: Kenapa nggak operasi? Dari pada lo nahan sakit terus?
Diandra: Iya, emang ada rencana operasi, kok. Tapi, gue belum tahu kapan
Gilang: Yaudah, kalok gitu. Gws, ya. Nice dream, jangan lupa mimpiin gue, ok ;)
YOU ARE READING
Move On [END]
Teen FictionMove On adalah satu hal yang sangat mudah diucapkan namun sangat susah dilakukan.