Tiga belas

15.1K 1.3K 204
                                    

[ Vote dulu ya, baru baca ☺]

*****
Dengan cepat Adit langsung memalingkan wajahnya. Ia menunduk dalam, tak kuasa membendung rasa gugupnya. Apa yang akan Sandi lakukan terhadap dirinya?

"A-ada apa?" tanya Adit gugup. Ia tidak cukup berani untuk melawan preman kelas itu. Adit masih sayang nyawanya.

Sandi mendekatkan wajahnya ke arah Adit membuat pemuda mungil itu memejamkan matanya takut. "Santai ...kek di pantai haha!" Sandi tertawa meremehkan pada Adit. Reza masih diam memerhatikan. Tidak mengerti akan apa yang dilakukan oleh Sandi.

Adit mendongak dan mulai memasukkan buku ke dalam tas dengan cepat. "Maaf, aku mau ke Kantin sekarang."

Saat hendak beranjak, Sandi dengan sigap langsung menahan tubuh Adit dan memintanya untuk duduk kembali. Adit bingung sementara Reza menjadi emosi karena melihat Sandi memerlakukan Adit dengan kasar.

"Biasa aja dong! Kagak usah kasar begitu," bela Reza tetap berusaha mengontrol emosinya.

Adit kembali duduk, mengepalkan kedua tangannya karena gugup. "Kamu mau apa, sih?" Adit mencoba untuk berani kali ini. Ia tidak boleh lemah jika tidak ingin dirinya ditindas begini. Adit tidak ingin membuat Arka selalu terluka karena melindungi dirinya. Adit harus bisa membela dirinya sendiri. Ya, memang seharusnya begitu.

"Wohooo, anak culun udah berani sama gua hah?" Sandi menepuk kedua tangannya sembari tertawa meremehkan. Reza jengkel melihatnya. Ingin rasanya ia menonjok wajah hitam itu.

"Lu anak culun kagak usah sok ngelawan. Lu gak ada apa-apanya."

"KAMPRET!" Reza bangkit dan hendak melayangkan pukulannya ke arah wajah Sandi. Namun dengan sigap Adit langsung menahannya.

"Reza! Reza stop!"

"Gua kagak ada urusan sama lo setan! Mati aja sono!" Sandi tak kalah emosi. Adit terus memegangi pundak Reza agar kembali tenang. Reza merasakan sentuhan itu dan entah mengapa emosinya semakin lama malah semakin menghilang. Reza tersenyum tulus ke arah Adit.

Sandi terpaku, melihat sesuatu yang janggal seperti ini. Tunggu, apa ada sesuatu yang ia lewatkan?

"Anjing, sekarang populasi maho nambah lagi? Setan, jijik gua!"

Adit yang mendengarnya refleks langsung menarik tangannya kembali dan bersikap canggung bukan main. Reza kembali menatap Sandi dengan benci.

"Heh cupu, ngapa lu jadi sama si Reza hah? Si Arka kurang muasin lu di ranjang? Haha setan, geli gua!"

Adit tetap terdiam. Ini sungguh keterlaluan. Ingin Reza memberikan pelajaran, namun pujaan hatinya itu melarang dirinya.

"Lu diem? Berarti iya? Anjing, gua bakalan sebarin berita ini lagi dah. Biar lu makin di-bully kek kemaren, haha." Sandi tertawa lepas. Sementara Adit yang mendengarnya perlahan mulai mendongak. Emosinya tiba-tiba mencuat keluar akibat mendengar kata bully-an.

"Jadi bener kamu yang sebarin cerita kemaren itu? Nyebarin foto itu hah?" Adit mulai menuntut. Matanya menyiratkan kemarahan yang luar biasa. Reza pun terpaku melihat sosok Adit yang lain seperti ini.

Sandi terkejut, namun tidak lama. "Iya, itu gua. Kenapa hah? Masalah, njing?"

Adit mendekat, terus menatap wajah Sandi dengan benci. "Kamu sendiri yang rencanain semua itu dan kamu sendiri yang bikin fitnah itu? Kamu ini bego atau tolol sih hah?"

Entah keberanian dari mana, kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut mungil Adit. Reza yang mendengarnya terkejut bukan main. Begitupula dengan Sandi. Ia pikir, Adit tidak akan berani melawan. Tapi nyatanya?

[TLS1] Quiet LoveМесто, где живут истории. Откройте их для себя