Part 8

11.9K 783 36
                                    



Sera pov

Aku membuka pelan pintu kamar Jungkook, malam mulai larut dan ia sudah tertidur dengan pulas. Aku berjalan menuju tubuh tidurnya yang sangat lucu. Ia tertidur dengan memeluk sebuah bantal kelinci. Meskipun ia berusaha terliha manly, bagiku ia tetaplah Jungkook yang imut. Aku mengusap pelan rambutnya dan mengecup dahinya.

"Jangan lupa sarapan, jangan lupa mengerjakan tugasmu, menurutlah pada Hyungmu"

Aku memperbaiki selimut Jungkook dan berjalan keluar dari kamarnya, memasuki kamar Taehyung, tapi aku tidak menemukan namja itu di kamarnya. Saat aku memasuki kamar Jimin, ia ada di sana bersama Jimin, tertidur pulas. Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku saat teringat setiap ulah lucu mereka. Selalu bertengkar tapi tidak bisa hidup tanpa satu dengan yang lainnya.

"Kalian tidak pernah berubah"

***********

Aku bersiap membuka pintu kamar Heosok, tapi aku mengurungkan niatku. Jika aku melihatnya aku akan merubah pikiranku seketika. Heosok, seandainya dia tahu betapa aku sangat mencintainya demi apapun.

Aku hanya berdiri di sana, di depan pintu kamarnya dan membeku. Aku mulai menangis dan duduk bersandar pada pintu itu.

"Heosok... aku tidak ingin melupakanmu. Tapi jika aku mengingatmu, aku akan mati karena merindu. Aku mencintaimu demi langit dan bumi, demi apapun yang pernah ada. Aku tidak pernah berharap untuk memiliki apapun, tapi aku benar-benar menginginkanmu. Hanya saja aku tahu, aku tidak akan bisa memilikimu selamanya. Aku akan menua dan kau akan abadi. Aku tahu aku bisa saja berubah menjadi vampire sama sepertimu. Tapi aku, aku tidak menginginkan keabadian, aku hanya ingin hidup meski dengan umur yang tidak panjang. Aku tahu ini menyakitkan, tapi ini adalah keputusan yang terbaik, aku tidak seharusnya ada di sini, diantara kalian semua"

Aku duduk dalam diam cukup lama, bersandar pada pintu Heosok, membiarkan diriku terjebak dalam rasa sakit yang mendalam. Aku menyeka air mataku kasar, bangun dari posisi dudukku berjalan menjauh dari pintu itu.

Aku menuruni tangga dengan perlahan, langkahku benar-benar berat dan dipenuhi keraguan. Aku berusaha keras meyakinkan diriku jika keputusan yang aku ambil adalah benar. Minseok ahjumma sudah menungguku di depan pintu, beliau memegang tasku dan mengulurkan tangannya untuk menggenggamku. Ia berusaha menenangkanku dengan senyumnya yang teduh. Kami berjalan dalam diam menuju gerbang kastil. Lampu kastil yang cukup terang memberi bantuan cahaya.

"Aku tahu ini akan terjadi"

Aku terkejut ketika mendengar suara berat itu saat kami sampai di depan gerbang kastil.

"Yoongi oppa..."

Aku terkejut mendapatinya sedang berdiri di sana bersandar pada salah satu dinding gerbang. Ia berjalan menghampiriku dan tersenyum.

"Setidaknya kau harus menyampaikan salam perpisahanmu padaku"

"Aku takut aku tidak akan sanggup pergi jika aku menyampaikan salam perpisahanku"

Ia terkekeh membuat aku menatapnya heran.

"Kau akan tetap pergi meskipun kau mengucapkan kata perpisahamu padaku, tapi kau akan sangat ragu jika orang itu bukanlah aku melainkan Heosok"

Mataku membulat saat Yoongi oppa mengucapkan kalimat itu.

"Oppa, aku titip Heosok padamu. Hiburlah dia saat aku tidak di sana. Dia pasti akan sangat sedih"

"Tenang saja, aku akan melakukan apapun untuk saudaraku"

Aku tersenyum mendengarkan penuturan Yoongi oppa. Ia melebarkan kedua lengannya dan aku menghambur ke dalam pelukannya.

Dark & Bright [M]Where stories live. Discover now