1

18.8K 968 8
                                    

Disclaimer: Mashashi . K
Cuma pinjam chara aja.

Warning:
Sasufemnaru. Typo. Dll

Cover bukan milik saya.













"Ini apartemen nona mulai sekarang."

Naruto diam memandang sekeliling ruangan. Apartemen ini begitu luas. Semuanya terlihat mewah. Tapi tak ada rasa senang dalam hati Naruto. Ia yang sangat suka barang mewah dan cantik sekarang hanya memandang datar rumah barunya.

"Paman Iruka."panggil Naruto pada sang kepala pelayan yang akan mengurusnya mulai sekarang.

"Ya nona?"

"Apa apartemen ini atas namaku?"tanya Naruto.

"Ya, apartemen ini milik nona. Memangnya kenapa?" tanya pria muda itu heran. Aneh sekali nonanya ini.

"Kalau begitu, aku ingin apartemen ini terjual dalam waktu kurang dari 2 minggu. Dan usahakan tou-san tak tahu akan hal ini. Kalau sudah terjual baru boleh memberi tahu dia." ucap Naruto sambil melangkah ke sofa.

Iruka menganga dengan ucapan nona mudanya. "Ta-tapi nona..."

"Lakukan saja apa yang aku minta. Setidaknya aku membawa uang cukup banyak saat pergi"

"Tapi nona mau kemana?"Iruka mulai panik. Bagaimanapun nona mudanya ini baru 17 tahun lalu dia jarang keluar rumah kalaupun keluar rumah pasti dia pergi ke mall saja setelah itu masuk lagi ke dalam rumah. Ke sekolah tidak di hitung karena sekolahnya ada di depan sebrang rumah.

"Entahlah. Aku akan mencarinya di internet," Naruto menjawab santai sambil mngotak-atik smartphone-nya.

"Baiklah..." Ia tahu kenapa sang nona bersikap seperti itu. Jadi ia akan menuruti selagi tidak membahayakan nonanya.

10 hari kemudian apartemen itu sudah terjual dan Naruto sudah siap dengan sebuah koper yang cukup besar,sebuah ransel yang cukup besar,dan sebuah tas slempang yang muat untuk dompet,smartphone,tissue,juga kipas lipat.

"Nona,saya mohon ikutkan saya!" pinta Iruka yang membantunya menyeret koper ke lift.

Langkah naruto berhenti dan menghadap Iruka yang sudah berwajah memelas. Ia menghela nafas kasar."Dengar paman,aku akan hidup mandiri, jika paman ikut denganku bagaimana aku mandiri?" Naruto kesal sejak ia tinggal di apartemen Iruka tak membolehkannya sama sekali menyentuh pekerjaan rumah. Bahkan ia tidak diperbolehkan masuk dapur. Jadi keputusan menyuruh Iruka kembali ke rumah utama atau cari pekerjaan baru sudah bulat.

"Tapi nona bagaimana anda makan nanti?"

"Beli atau masak sendiri." Naruto menjawab asal.

"Nona kan tidak bisa masak."

"Bisa. Di sekolah aku juga belajar masak,paman!"

"Bagaimana dengan bersih-bersih? Nona kan alergi debu."

"Aku hanya menyewa rumah kecil dan paman lupa aku sering di hukum tou-san di gudang." Bagaimana mungkin aku alergi debu. Pasti aku sudah mati kalau aku alergi debu.

"Tapi nona aku tidak bisa hidup tanpa nona..." Iruka mulai mengeluarkan air matanya.

"Pokoknya aku mau pergi sendiri. Kalau paman ngotot mau ikut lebih baik aku pulang ke rumah dan di hukum oleh tou-san!" Naruto itu tidak suka di bantah, mau membantah pasti akan menyesal nanti.

Akhirnya Iruka menurut dan akan mengantar nonanya ke stasiun saja. Tentu saja dengan derai air mata. Naruto yang memakai jaket berhoodi menutup kepalanya dan terus menunduk karena malu.

"Nona harus jaga diri nona, kalau terjadi sesuatu hubungi saya,kalau nona tidak sanggup akan hidup sendiri hubungi saya. Atau nona batalkan saja kita cari apartemen lebih kecil dan saya akan menjaga nona." Iruka terus bicara panjang lebar di perjalanan.

"Keretaku sudah tiba,"ucap Naruto tanpa peduli dengan ucapan Iruka. Naruto mengambil alih koper yang ada di tangan Iruka. Dan berjalan memasuki kereta yang pintunya sudah terbuka. Setelah berada di dalam kereta Naruto berbalik dan melambaikan tangan pada paman Iruka dengan senyum manisnya. Iruka melambai membalas senyum tapi air matanya tak bisa berhenti.

Iruka sudah menjaga Naruto sejak umur Naruto umur 5 tahun. Naruto sudah dianggap adik oleh Iruka. Ia akan kehilangan adik manisnya dan itu sangat menyedihkan. Sepertinya ia harus mencari pekerjaan baru. Karena ia tak sanggup berada di dekat kenangan dengan nonanya.

Kereta mulai berjalan. Naruto sudah duduk sambil menatap pemandangan di luar jendela. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Dan akhirnya ia menangis keras. Tangisan yang ia tahan lebih dari dua minggu. Rasa sakit yang ia tahan beberapa bulan ini. Ia keluarkan lewat tangisannya kali. Tak peduli dengan penumpang lain yang terganggu bahkan petugas kereta pun mendatanginya.

Hanya tangisan yang menjawab mereka yang bertanya. Jadi ia di pindahkan ke ruangan pegawai demi ketenangan para penumpang.

Ini adalah tangisan terakhir untuk keluarganya. Mulai sekarang ia akan hidup sendiri tanpa ada seorang pun. Ia tak butuh keluarga lagi. Ia akan melupakan semua kehidupannya. Menjalani hidupnya yang baru.

TBC

BersamamuWhere stories live. Discover now