Prolog

4.9K 252 4
                                    

Warning : FF yang biasa atau klise tapi bukan hasil jiplakan/plagiat, FF ini murni dari otak dan pemikiran author sendiri.


.

.

.

.

Luhan POV

Entah kenapa aku lebih nyaman bertemu di sini, bertemu lewat kotak pesan yang sering orang banyak pakai. Kita memang saling mengenal, kita memang dapat dikatakan dekat, dapat dikatakan memiliki hubungan, tapi apa bisa hubungan itu disebut sahabat atau orang lain bilang persahabatan? Hah aku tak tau kenapa, tapi disaat kita saling tatap muka, berbincang bincang layaknya seorang teman, aku merasa aku tak akrab denganmu aku merasa canggung, tapi tenang saja itu bukan berarti ada jarak diantara kita kan?

Aku ingin sekali berbincang dengan lancar dan fasih denganmu, tapi apa daya, aku memang kikuk, aku memang bermental tempe, yah begitulah kata orang jika melihat hal seperti diriku dan anehnya itu hanya terjadi denganmu, terjadi kepadamu. Tapi jangan berburuk sangka dulu, aku senang kau mengunjungiku, aku senang kau mau berbincang denganku. Tapi, setiap memutar kembali kenangan itu yang terpatri jelas di memoriku, ingin rasanya aku menitikkan air mata, aku tak tau itu air mata kesedihan atau air mata kebahagiaan.
Aku tak tau pantaskah aku bertanya seperti ini padamu, tapi akan ku beranikan diriku sekarang, akan aku tanyakan sekarang.

"Apa kita sahabat? ah apa kita teman? Apa kita tak saling memanfaatkan?"

Bodohnya diriku yang hanya bisa bertanya pada diri sendiri. Bukannya aku tak berani mengatakannya, aku hanya takut kau tersinggung akan ucapanku, aku takut semuanya berakhir dengan kesedihan. Tapi apa daya, nyatanya aku memang tak berani mengungkapkan dan takut akan akhirnya.

"Kau memang penakut Luhan"

Aku hanya bisa tersenyum remeh melihat diriku ini. Bagaimana bisa ini terjadi padaku? Apa kalian tau, selain hal ini aku mempunyai banyak masalah, beribu-ribu masalah yang siap membuat kepalaku meledak bila memikirkannya. Tapi, untunglah ada sahabatku. Sahabat yang selalu ada disaat orang itu tak ada di sini bersamaku.

Hah~ sepertinya aku mulai merindukannya. Aku takut perasaan ini berakhir menjadi hal lain yang mungkin tak kami inginkan. Aku takut, bahkan hanya membayangkannya saja membuatku meremang. Tapi tak apa, aku akan mulai menghilangkan perasaan ini demi kami, demi persahabatan kita yang sudah kita jalin lama.

-BEEP BEEP-

Tiba-tiba ponselku berbunyi, tanda akan ada pesan yang masuk. Kugeser tombol kunci dengan jemari kecilku, segera ku tekan tanda pesan dan membacanya. Hal yang sangat tak terduga bagiku, dia—yang sedari tadi kubayangkan memberiku pesan, ah jantungku mulai berpacu tak karuan, rasanya sesak didadaku, entah kenapa wajahku mulai memerah. Hanya melihat pesan darinya saja sudah membuatku berdetak tak karuan, tapi kenapa disaat bertemu dengannya aku bisa pura-pura tenang? Kau memang bodoh Luhan.

Mengenai pesan yang barusan ku baca, dia mengatakan akan kembali ke Seoul dan dia mengatakan pekerjaannya di Jepang sudah beres.

*Jal silgami anna. wae kkumi anin geonji
nado midgiji anha neo saramin gemajni?
Neon moreugettji ama moreul geoya neoreul hyanghan nae man Love, Love, Love

Ponselku berdering lagi, dan kali ini bukanlah nada pesan tentunya, itu adalah nada tanda panggilan masuk yang ku pakai, entah kenapa aku menyukai lagu ini. Kutatap layar ponselku dan menampiklan sebuah nama disana.

"Se-Sehun.."

"Sehun!! Kyaaa dia menghubungiku, bagaimana ini? Apa harus ku jawab? Aish kenapa dia harus menelepon ku? Baiklah baiklah akan ku angkat, semoga suaraku tak bergetar"

"Ekhem...ekhem... tes...tes... yosh mulai"

Dan ku geser tanda berwarna hijau agar bisa berbicara dengannya.

"Yeoboseyo"

...

"Ah ada apa Sehun?"

...

"Baiklah baiklah, ada apa Sehun-ie?"

...

"Aish kau ini, kau banyak protes!"

...

"Ayo cepat katakan, aku sudah menunggumu"

...

"A-apa, bukan menunggu dalam artian itu, cepatlah katakan!"

...

"Ahh~ jinjja? Kau akan pulang dari Jepang sekarang? Tapi bukankah kau tadi mengatakan kalau kau akan pulang besok atau dua hari lagi?"

...

"Kau mulai lagi, sudahlah jangan merayuku! Oh ya sebaiknya kau tutup teleponmu, aku takut kau terlambat"

...

"Hmm...Annyeong~"

Sebenarnya bukan dirinya yang menutup sambungan teleponnya, tapi diriku. See, disaat seperti ini sebenarnya aku gugup bukan main, mendengar suaranya saja sudah membuatku bergetar, kakiku terasa mencair, jantungku serasa berlomba ingin keluar dari rongganya, keringat muncul di pelipisku, darahku berdesis—Oke Luhan kau benar benar hiperbolis—

Sekarang aku hanya perlu menunggunya dan menyiapkan kondisi jantungku agar tidak terjadi hal yang tidak diperlukan. Berbicara tentang jantung, aku akan menyiapkan mentalku agar jantungku ini tak telalu cepat berdetak, rasanya ingin mati jika merasakan itu. Oke salahkan pada dia—Oh Sehun.

.

.

.

.

Hai FF baru datang padahal FF satunya belum kelar #maafkandiriku

Ini cuma prolog yang isinya tentang Luhan, makanya aku pakek Luhan Pov hehe

Semoga ada yang baca dan suka sama FF baru yang dapat dibilang klise ini

Terima kasih sudah mampir dan jangan lupa..

Rate sama comment ya karna tanpa itu author mati #authorlebay

.

.

*EXO - Love Love Love

Only In Chat Room (HunHan) | ✔Where stories live. Discover now