PART 2

2K 156 12
                                    

Pagi pun menyambut, sinar matahari perlahan masuk lewat celah fentilasi kecil kamar Luhan, namun entah kenapa dirinya enggan untuk sekedar membuka matanya,—sungguh terasa berat. Ingin rasanya ia kembali tertidur sebelum..

-TOK TOK TOK-

Dengan terpaksa Luhan beranjak dari tidurnya yang walaupun tak terasa nyenyak sama sekali, berjalan menuju pintu depan dengan lemas. Ya walau kemarin malam ia tertidur namun ia tak sepenuhnya tertidur, berbagai pikiran menghantui dirinya. Tibalah dia di depan pintu dan membuka knop pintu tersebut, melihat siapa yang bertamu sepagi ini Luhan pun langsung membulatkan matanya. Mencoba menutup kembali pintu kayu itu namun secepatnya ditahan oleh Sehun.
"Tunggu Lu, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu" mencoba memberikan tatapan yang sangat teduh sarat akan kasih sayang.
"Maaf Sehun, aku lelah. Jadi pergilah!"
"Tunggu Lu, biarkan aku menjelaskannya" masih mencoba menekan emosinya yang siap untuk mengatakan segala hal yang harus ia katakan kepada Luhan.
"Kenapa tidak kau katakan lewat pesan saja, kenapa kau harus membuang waktumu untuk mengatakannya kepadaku, kenapa kau malah mengunjungiku, aku tau itu hanya hal sepele yang akan kau katakan. Jadi aku mohon, pergilah! Aku lelah"
"Lu aku mohon, tolong biarkan aku masuk hmm"
"Sehun pergilah sudah aku katakan bukan, aku sudah memintamu dengan sabar agar kau pergi, tapi kenapa kau tak mendengarkanku. Aku lelah Sehun. LELAH!"
Dengan terengah-engah ia mengatakan semua itu kepada Sehun, mencoba untuk membuat Sehun menjauh darinya untuk saat ini, namun Sehun yang memiliki pendirian yang kuat itu juga terus mendesak Luhan untuk membiarkannya masuk.
"Ayolah Lu, ada apa denganmu?"
"Sudah ku katakan aku lelah. Silakan pergi Sehun"
Jika dilihat lagi, wajah Luhan memang terlihat pucat, dan kali ini Sehun harus menyerah dengan pendiriannya dan harus pergi meninggalkan Luhan sendiri lagi.
"Baiklah, aku akan pergi, tapi kau harus berjanji akan menghubungiku jika terjadi sesuatu"
Luhan pun menutup pintunya, dan Sehun masih berdiri disana menatap pintu kayu yang pernah menjadi saksi kebersamaannya dengan Luhan hingga..

-BRUG-

Dengan cepat Sehun membuka pintu itu yang syukurnya tidak dikunci oleh Luhan. Sehun terkejut melihat Luhan tergeletak tak berdaya di atas lantai yang dingin itu. Dia tak sadarkan diri.
.
.
.
.
Luhan membuka matanya perlahan dan mendapat seseorang tengah tertidur dengan kepala yang tesembunya dibalik tangannya. Sehun
Sehun pun membuka matanya dan menatap lurus ke manik mata Luhan.

"Kau sudah sadar?"
"Dimana Kyungsoo?"
"Siapa dia?"
"Dia—dimana dia?"
"Lu, kau belum menjawab pertanyaanku. Kau baru sadar Lu, dan kau menanyakan orang lain?!"
"Maaf"
"Tidak tidak kau tidak salah, aku yang seharusnya minta maaf padamu"
"Tidak. Maaf Sehun, sebaiknya kau pergi dari sini dan melanjutkan urusan 'pernikahanmu' dan tolong aku ingin sendiri sekarang" entah datang dari mana perasaan ini, namun hati Sehun serasa dihantam oleh beribu batu dan disayat oleh jutaan pedang. Rasanya sakit sekali mendengar kata itu dilontarkan dari Luhan. Dan Luhan tau bahwa ia akan segera menikah, itu menambah sakit didadanya.
"Tapi Lu.."
"Cepatlah, aku tak apa" memberikan senyuman teduhnya kepada Sehun agar pria itu merasa lebih baik untuk meninggalkannya.
Dengan sedikit tak rela dan desahan berat meluncur bebas dari Sehun, ia pun mencoba percaya pada Luhan walau semua kata yang terucap dari Luhan sama sekali tak bisa Sehun percaya. "Baiklah, tapi biarkan aku bertanya siapa itu Kyungsoo?"
"Dia temanku, yah teman yang selalu ada untukku"
Terbersit sedikit kekecewaan di hati Sehun mendengar penuturan singkat Luhan mengenai Kyungsoo.
'Sebegitu spesial kah Kyungsoo itu untukmu sampai sampai baru sadar dari pingsanmu kau langsung menanyakannya?'
"Oh" Hanya itu saja yang Sehun katakan dan berlalu pergi meninggalkan Luhan tanpa berpamitan dengannya. Ini pertama dalam hidup Sehun setelah mengenal Luhan, ia biasanya akan sulit meninggalkan Luhan dan akan memilih berlama lama dengan Luhan, kalaupun harus meninggalkan Luhan, itupun karena Luhan yang memintanya dengan sangat dan setelah itu ia akan mengucapkan kata selamat tinggal yang manis.
"maafkan aku Hun-ah. Maaf"
"Hiks...hiks.. m-maafkan aku" menangis dalam kesunyian. Hanya itu yang dapat dilakukan Luhan saat ini. Semula yang hanya bulir bulir bening yang menetes di pipi halusnya, namun sekarang sudah menjadi anak sungai yang sangat deras aliran airnya hingga membasahi seluruh pipinya.
"Kutau aku salah, ini semua salah kan Sehun?" Bertanya namun tak ada jawaban, tentu saja karena kau sekarang sendiri Luhan, sekali lagi sendiri.
.
.
.
.
Keesokan paginya Luhan terbangun dengan jejak air mata yang masih tersisa di sudut matanya. Dilangkahkan kakinya menuju kamar mandi karena sebentar lagi ia harus bekerja di sebuah cafe.
"Mungkin bekerja akan membuatku melupakan kejadian itu"
Luhan pun bersiap siap menuju cafe yang jaraknya tak jauh dari flat kecilnya itu, kurang lebih 200 meter jauhnya. Ia langkahkan kakinya menuju cafe dengan berjalan kaki, karena bagi Luhan itu tidak jauh. Hitung hitung berolahraga, menghirup udara segar, dan tentunya yang terpenting adalah menghemat pengeluaran.
"Kyungie!" Teriak Luhan sesampainya di pintu cafe yang untungnya masih sepi karena masih berhiaskan tulisan 'CLOSE' yang menempel di pintu masuk.
"Jangan berteriak seperti itu, telingaku sakit Luhan"
Reaksi Luhan? Jangan ditanya lagi. Ia berjalan ke arah Kyungsoo sambil menghentak-hentakkan kakinya dan tak lupa menggembungkan pipinya sambil mempoutkan bibir mungilnya yang semerah cherry itu.
"Huft kau galak sekali Kyung, dasar pemarah!" Bertindak seolah olah marah pada Kyungsoo dan beralih ke belakang guna mengganti bajunya disana.
"Terserahmu saja Lu" Ya hanya itulah jawaban Kyungsoo, ia terlalu biasa menghadapi tingkah childish Luhan.
Luhan pun kembali menghampiri Kyungsoo dan memeluknya –ah tidak, tepatnya merangkul— sangat erat. –hei bukankah kau tadi marah Lu—
"Yak! Jangan memelukku sembarangan, yang boleh melakukannya hanyalah Jong In ku saja, apalagi kau merangkulku."
"Ya ya jangan umbar kemesraanmu yang tidak ada di sini"
"Lebih baik aku dari pada kau. Kau hanya mengharapkannya saja, kau tak berani mengaku kepadanya, dan kau berakhir untuk memendamnya. Kau bodoh apa bagaimana Luhan?"
"Berhenti membicarakan-nya. Dan aku tidak bodoh."
"Ya ya terserah. Kembali bekerja!"
"Ya ya ya ya boss galak" Luhan pun menghindari jitakan Kyungsoo dan berlari kecil menuju meja-meja disana dan membersihkannya. Ya Kyungsoo memang pemilik cafe ini, ia bersyukur bisa bertemu Kyungsoo semasa kuliahnya dulu dan menawarkan Luhan untuk bekerja di cafe milik ibunya yang saat ini sudah menjadi hak milik Kyungsoo seutuhnya.
Berbicara tentang Kyungsoo, mari kita bahas sedikit mengenai hidup teman penyelamat Luhan ini. Ya Kyungsoo adalah teman, tapi bukan sekedar teman bagi Luhan, ia adalah sahabat terbaik yang dimiliki Luhan. Dulu semasa Luhan kuliah dan bingung dimana harus mencari uang untuk tetap bisa berkuliah disanalah Kyungsoo ada. Kyungsoo memberikan tawaran kepada Luhan agar bekerja part time di cafe milik ibunya untuk sekedar menambah uang sakunya. Tidak hanya itu, bayaran yang diterima Luhan juga tidak sedikit. Kata ibu Kyungsoo ini tidak seberapa dengan kerja keras Luhan selama ini.

-FLASHBACK ON-

"Luhan ini adalah gaji pertamamu yang aku berikan. Terimalah"
"Terima kasih ahjumma"
"Eoh jangan panggil aku ahjumma, panggil saja eomma bagaimana?"
"Eh— baiklah terima kasih ah-em eomma" dengan tersenyum malu malu ke arah ibu Kyungsoo dan Kyungsoo bergantian.
"Tapi ini terlalu banyak eomma"
"Itu sebanding dengan kerja kerasmu sayang, kau sangat cekatan dan tak kenal lelah, aku kagum padamu"
"Terima kasih eomma"
"Tidak kah ada kata lain selain 'terima kasih' yang bisa kau ucapkan?" Kini Kyungsoo menimpali dengan senyum lebarnya.
"Sudahlah Kyungie jangan goda Luhan, lihat dia malu"
"Eomma jangan menggodaku"
Merekapun tertawa lepas bersama.

-FLASHBACK OFF-

Bahagia rasanya bisa mengingat masa lalu, setidaknya bisa membuat Luhan melupakan kejadian yang menyedihkan.
Kembali ke Kyungsoo, dia mempunya pacar bernama Kim Jong In atau sering dipanggil Kai. Kai adalah namja tan yang berwajah seksi menurut Kyungsoo tapi tidak dengan Luhan. Yang ada di mata Luhan, Kai hanya namja mesum terlihat dari smirk yang selalu diarahkan ke Kyungsoo, err itu sedikit horror bagi Luhan. Oh ya Kyungsoo dan Kai sudah berpacaran selama 3 tahun ya dapat dikatakan mereka sudah menjalin hubungan sejak mereka kuliah dulu hingga sekarang. Walau mereka berdua sering terlibat pertengkarang kecil yang menurut Luhan itu lucu dan membuat Luhan tertawa lepas jika melihat mereka bertengkar. Bagaimana tidak? Pertengkaran mereka hanya sebatas hal sepele. Misalnya saja Kai yang kepergok oleh Kyungsoo sedang mengobrol dengan wanita seksi di kantor Kai –heol itu sekretaris Kai, bagaimana mereka tidak mengobrol— dan misalnya lagi ketika Kai melirik wanita lain ketika berkunjung ke cafe Kyungsoo untuk menjenguknya, Kyungsoo pun langsung memberikan deathglare terbaiknya pada Kai. Seketika Kai pun menciut. Bukankah itu lucu?
"Lu... Luhan... Luhan!"
seketika lamunan Luhan pun mebuyar.
"Hmm, ada apa Kyung?" Luhan hanya menjawab malas panggilan –ah atau dapat dikatakan teriakan dari Kyungsoo.
"Apa kau tau kau lupa membalik tanda 'CLOSE' menjadi 'OPEN' huh?"
"Ya ampun maafkan aku Kyungie aku lupa hehe" dengan cengiran polosnya itu, Luhanpun membalik tandanya agar pelanggan bisa masuk ke cafe milik Kyungsoo ini.
"Terima kasih.. dan jangan hanya membersihkan satu atau dua meja sedari tadi"
"Eh benarkah? Sepertinya aku sudah membersihkan seluruh meja"
Kyungsoo hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Apa kau tak merasakan bahwa kau tak berpindah tempat sedari tadi dan hanya mengelap satu atau dua meja disana, semakin lama meja itu kau gosok bisa-bisa mejaku patah Luhan"
"Hehe maafkan aku boss" dengan memberikan cengiran lebarnya lagi dan ditanggapi dengan memutar bola matanya malas oleh Kyungsoo.
Semakin lama pelanggan yang datang semakin banyak karena jam makan siang yang sudah dimulai. Tempat Kyungsoo memang sangat strategis karena dekat perkantoran. Luhan dan Kyungsoo pun semakin sigap menangani pesanan dari pelanggan yang mengantri. Ya hanya ada mereka berdua dicafe sebagai pekerja, tak ada pekerja yang lain. Kata Kyungsoo itu sudah cukup.
"Selamat datang. Pesanannya tuan?"
"Aku pesan Americano satu"
'Sepertinya aku mengenal suara ini' Luhan pun mendongakkan kepalanya dan
"Yak Kai tak perlu seformal itu, aish kau bisa langsung memintanya pada pacarmu bukan?!"
"Yak jangan berteriak. Ah aku tak ingin dia melihatku, dia sedang marah denganku"
"Pfftt kau bodoh atau apa, dia disampingku dan dia pasti mendengarnya bodoh"
"Ya ya, cepat pesananku"
"Baiklah tuan" sebisa mungkin menahan tawanya yang siap meletus kapan saja.

.

.

.

TBC

Jyahhaa udah berabad abad bertapa dan akhirnya bisa update juga walau nanti tersendat lagi heehhee, maafkan aku ya reader sekalian karna lama update dan cerita mungkin makin gaje dari sebelumnya 😆

Only In Chat Room (HunHan) | ✔Where stories live. Discover now