Tujuh

1.3K 199 10
                                    

"Syira, udah ya. Udah." Dengan susah payah Jeremy menarik gelas kecil yang Syira angkat ke arah bartender, tanda minta diisikan kembali. "Kamu tuh bahkan nggak boleh minum ini kan."

Bukannya menurut, Syira malah mendorong Jeremy dan terus menerus memanggil bartender dengan nada bicara yang sudah tidak karuan.

Jeremy hanya bisa memandangi Syira dengan perasaan bersalah, tidak seharusnya ia menuruti permintaan Syira untuk mencoba minuman beralkohol tadi, tidak seharusnya ia mengiyakan permintaan bodoh ini, apapun alasannya, sedepresi apapun Syira. Ini sama saja merusak gadis yang seharusnya ia jaga baik-baik.

"Syira." Jeremy langsung menarik tubuh Syira yang sudah mulai limbung, memanfaatkan kesempatan untuk membawanya keluar dari tempat tersebut. "Udah ya, pulang."

"Gak mau... nanti aku dimarahin..." Jawab Syira dengan nada sedih.

"Ya gimana... mau nginep di rumah aku? Tidur sama Jamie?"

"Nggak..." Jawab Syira sambil mengusap wajahnya yang kini semerah udang rebus, "Nanti nyusahin Jamie..."

"She'll be okay with it. Dia udah sering ngurusin aku kalau lagi kayak gini."

"Nggak... aku mau ke apartemen aku aja..." Syira berhenti sejenak untuk menyentuh bibirnya sendiri, "Kamu tau? Aku sama Bayu udah ngelakuin banyak hal disitu... termasuk..."

Sebelum Syira dapat melanjutkan kalimatnya, Jeremy langsung menutup mulut Syira dengan tangannya yang bebas. Jeremy tahu apa yang ingin dikatakan Syira, dan ia sungguh-sungguh tidak ingin mendengar Syira membicarakan soal itu.

"Ya udah, ke apartemen kamu ya. Biar kamu istirahat. Mana hape kamu biar aku kasih tau abang kamu dulu."

"Mmm, nggak usah. Biarin aja..."

"Nanti kamu dicariin..."

Syira hanya menggeleng seraya meletakkan jari telunjuknya di bibir Jeremy, memohon untuk tidak memberitahu keluarganya soal keberadaannya malam ini. Jeremy lagi-lagi tidak bisa menolak, namun tidak untuk waktu yang lama. Ia langsung membuat catatan dalam kepalanya bahwa ia harus memberitahu setidaknya satu anggota keluarga Syira soal keberadaan Syira, ia tidak mungkin membuat keluarga Syira khawatir.

"Jeremy... kenapa kamu baik banget... tapi kenapa keluarga aku nggak mau nerima kamu... kenapa kita harus beda..." Gumam Syira pelan sambil mengikuti langkah Jeremy.

Jeremy memutuskan untuk tidak menjawab yang satu ini, karena ia sendiri pun penasaran mengapa demikian.

-

"Syira, aku langsung pulang aja ya?" Ucap Jeremy pelan sesampainya di apartemen sambil menunggu Syira berusaha membuka pintu apartemennya sendiri dengan pandangan kabur akibat sakit kepala yang mulai menyerang.

"Boleh nggak... kamu tungguin aku dulu... aku takut banget, kepalaku sakit."

Jeremy tahu betul efek alkohol yang Syira minum tadi untuk pemula, dan ia (lagi-lagi) terpaksa mengiyakan meski ia tahu tidak seharusnya ia begitu. Jeremy pun langsung mengambil kunci di tangan Syira dan membuka pintunya dengan mudah.

"Udah gih, kamu tidur." Ujar Jeremy sambil menuntun Syira menuju kasur yang masih sangat rapih karena sudah lama tidak digunakan, "Aku di kursi ya."

Sudah tidak sanggup menjawab, Syira hanya mengangguk kecil dan langsung merebahkan dirinya diatas kasur berseprai biru langit tersebut. Dalam hitungan menit, Syira sudah tertidur pulas, membuat senyum Jeremy kembali muncul karena melihat kepolosan Syira saat itu.

"Maafin gue ya, Bay." Bisik Jeremy kepada angin, berharap angin tersebut bisa membawa pesannya hingga ke tempat dimana Bayu berada, sebelum kemudian berjalan ke arah Syira dan berbaring di sampingnya, mengkhianati ucapannya sendiri hanya dalam hitungan menit.

Membawa SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang