Part 1

10.1K 432 17
                                    

Kalau ada cewek dan cowok bersahabat, pasti diantara mereka ada yang menyimpan rasa lebih dari sekedar pertemanan.

Kalau banyak qoute tentang hal itu, maka benar adanya itu terjadi. Jingga lah yang merasakannya sekarang. Seorang gadis semester 3 ekonomi itu memiliki seorang sahabat bernama Senja, dia idola semua orang bahkan dirinya pun diam-diam mengagumi, tapi hubungan diantara merekalah yang membuat gadis itu enggan menunjukkan rasa ketertarikannya.

Assalamualaikum Kak Senja

Duh, gantengnya.. Sisain satu dong yang kayak gini

Yaampun Kak, imut banget wajahnya.. Aah ngegemesin

Kak Senja ganteng deh, lucu. Follback dong kak.

Udah ganteng, Alim, suamiable banget daah.

Lafyulafyuu Senja

Kak Senja mah gitu, komen aku gak pernah dibales. Kapan gitu dapet balesan komen, berharap banget kaaak.

Tetap rendah hati Senja, beersyukurlah Allah memberi akhlak sebaik kamu. Dan wajah ganteng hanya bonus dari-Nya.

Kaaak, gantengnya kok awet banget sih, pakek borak ya?

Jingga terpingkal-pingkal, tawanya sejak tadi tak terbendung karena melihat komen yang terus membanjiri akun instagram milik sahabatnya itu. Apalagi setelah melihat komen terakhir yang tak masuk akal. Sedangkan laki-laki yang jadi bahan pujian di akun tersebut, cukup sibuk dengan tugasnya, tak perduli dengan Jingga yang sudah dengan beraninya mempost foto yang baru diambil saat laki-laki itu sibuk bergulat dengan laptop dan buku-buku tebalnya.

"Lo bisa diem gak?,"
Sergah Senja yang sedang ada didepan laptop, sibuk dengan tugas-tugasnya.
"Lo ngapain juga ngepost foto waktu gue kayak gitu."

Jingga masih tertawa.

"Gue suka aja baca komen fans-fans lo ini. Menggilai orang yang super dingin kayak lo."

"Gue bukan dingin, mereka aja yang terlalu mengagumi gue. Gue gak suka itu."

"Idiiih, besar kepala amat lo... Lagian dari semua komen yang gue baca. Cuman komen yang ini, yang normal dan di batas wajar."
Jingga menunjuk komen nomer dua dari yang paling bawah didepan wajah Senja.

Jingga kembali tertawa saat Senja mengenyahkan tangannya. Ternyata dia tidak ada habis-habisnya menertawai keisengannya sendiri yang berakibat mood laki-laki disampingnya menjadi buruk.

"Hapus gak foto itu? Gue sendiri jijik liatnya."

"Lah ini yang malah yang digilai cewe-cewe itu tau."
Ucap Jingga yang tidak ada habisnya tertawa.

"Lo yaaa, berenti tertawa gak? Gue udah badmood karena tugas numpuk, jangan lo tambahin lagi!"

"Wiiih, parah nih marahnya. Gue gak berani kalok udah ada tanduk dua dikepala lo. Maapin deh..."

"Nggak bisa. Lo harus tanggung jawab. Hapus nggak?"
Geretak Senja. Meski pandangannya masih fokus dengan laptopnya.

"Nggak semudah itu doong. Harus ada,"
Jingga menjinjit-jinjit kedua alisnya. Tanda jika ada sesuatu kalau ingin membuatnya nurut dengan perintah Senja.

"Ada apa? Elo ya, ngambil kesempatan dalam kesempitan mulu."

"Ya, itu namanya sahabat."
Maksudku, ngambil kesempatan dalam kesempitan itu meski hanya menjadi seorang sahabat, setidaknya aku tetap mendapat kesempatan untuk terus melihatmu tanpa mendapat sikap dinginmu sama sekali, seperti halnya yang selalu kamu tampakkan ke semua gadis.
Jingga tersenyum miris. Dia pasrah, tidak seharusnya dia mempunyai rasa itu. Tapi kebersamaan mereka lah yang membuat rasa itu semakin memuncak.

"Sahabat apaan? Yaudah, lo mau apa?"

"Mmmmm.."
Jingga berusaha berfikir dengan memutar bola matanya.

"Nggak usah sok berfikir. Cepat, katakan apa mau lo? Traktir makan kan?"

"Naaah. Itu lo tau."
Jawab Jingga sembari memukul lengan sahabatnya. Aah Senja begitu tau.

"Tapi, hapus dulu foto itu."

"Oke. Tapi beneran, nanti kalo lo udah selesai nugasnya, kita cuss cari makan ya?"

"Ya ya, terserah lo deh. Bisa bantuin gue nggak sih? Jangan malah ngerecokin gue mulu."

"Haha.. Sensi amat si lu tong."

***

Seorang gadis sedang berjalan. Membawa langkahnya tak beraturan, tak berujung. Air matanya terus membanjiri, lukanya tak terlihat, namun sakitnya begitu terasa sampai dia tak bisa memendamnya sendiri.

"Bintang."
Suara itu menyeruak dibalik tubuh gadis yang bernama Bintang. Dia mencoba menyeka air matanya agar siapapun yang tadi memanggilnya tak mengetahui kalau dirinya sedang terpuruk atas kenyataan yang baru di dapatnya. Kenyataan yang sampai kapanpun akan terus melukainya.

TBC

Hai. Assalamualaikum. Maaf repost yak.
Jadi gini, kan di work banyak banget tuh yang belum kelar (termasuk cerita ini). Dan alhasil bikin aku mual, pusing, dan mimisan wkwk, nggak ding. Ya, jadi aku putuskan *etdah untuk fokus ke dua cerita aja dulu, pertama cerita ini, kedua ceritanya Syarif-Aisya. Dan, karena pas baca cerita ini lagi, nemuin banyak typo, kalimatnya ada yang nggak enak, jadi aku perbaiki dulu dari awal lagi. Maaf yak, ganggu notif kalian, dan maaf juga kalo saat aku revisi, masih ada aja yang salah. Apalah aku, yang hanya penulis abal-abal berbentuk manusia biasa, sedikit kelebihan dan banyak kekurangan.

Tapi gimana nih? Apa kesan pertama kalian tentang Senja, Jingga, dan Bintang?

Regards🌙
Umi Masrifah

Saat Senja Tak Lagi JinggaWhere stories live. Discover now