Part 4

3K 147 8
                                    

Brian POV

“Lo berdua dimana?! Gue mau main sama lo berdua sekarang juga. Geovani??? Oh Michael sayang??? Kalian dimana sih! Ko langsung pergi gitu aja!” teriakku yang disusul dengan suara ketawaku. Tiba-tiba terdengar suara dobrakan dari pintu utama. Aku bergegas menuju kesana dan benar saja, kulihat Michael dan Geovani sedang mencoba untuk membuka pintu utama. Dengan dua bilah pisau kecil aku lemparkan kepada mereka dan langsung menacap tepat mengenai kedua kaki Michael. “Arrrrgggghh!!! Kaki gue!!!” teriak Michael yang pada saat itu telah jatuh. “Lo berdua disini yah? Ups, ternyata pisau kecilku mengenai kakimu ya, Mike? Maaf ya, aku sengaja tadi.” kataku dengan seringai yang keluar dari mulutku. “Lo mau apa lagi?! Gue udah muak liat tingkah laku lo yang kaya gini. Lo jangan mendekat. Gue juga punya pisau.” seru Geovani sambil menodongkan pisaunya ke arahku. “Wow. Itu pisau kesayanganku, berani-beraninya lo ngambil benda kesayangan gue. Lo tau, gue juga udah muak sama lo berdua. Gue itu pengen lo ke jurang kematian lo tadi dan gue pikir Michael mau membantu gue. Nyatanya, dia berkhianat ke gue. Dia sama aja kaya bedebah-bedebah lainnya. Sekarang giliran lo berdua buat masuk ke lobang kuburan lo sendiri.” kataku sambil melangkah maju. Geovani terus menodongkan pisaunya ke arahku tetapi dengan tangan yang gemetar dan memalingkan mukanya. Aku yakin Geovani tidak akan berani melakukannya.

Setelah sampai di hadapan mereka berdua, aku langsung menyambar pisau yang di genggam Geovani. Lihat, betapa mudahnya kan aku mengambil pisauku kembali. Bagaikan mengambil permen di tangan seorang bayi. Dengan gerakan yang cepat, aku menusuk Geovani berkali-kali tepat di jatungnya. Kini Geovani telah mati, giliran Michael untuk jatuh di lubang kuburannya.

Aku lalu mengambil sebuah balok kayu di dekat mereka. “Hmm. Geovani udah mati. Sekarang mainanku tinggal satu. Lo mau gue apain ya? Lo kan tadi udah berkhianat ke gue. Jadi, kita main-main dulu aja ya.” kataku yang disusul sebuah hantaman balok kayu tepat di perut Michael. “Arrrggh!!! Brian, tunggu. Gue tau gue salah udah berbohong ke lo. Tapi gue ngga mau dan ngga akan pernah mau membunuh sahabat gue sendiri dan gue juga ngga akan pernah mau menjadi seorang psikopat. Tapi gue mohon, lebih baik lo bunuh gue sekarang juga.” kata Michael sambil menangis. “Ngebunuh lo? Gue ngga akan ngebunuh lo secara langsung tapi akan gue buat lo menderita sampe lo mati biar lo tau gimana sakitnya di khianati.” kataku. “Kalo itu mau lo. Lakuin sekarang juga. Gue siap kapanpun lo mau.” kata Michael dengan mata tertutup.

Aku mengambil beberapa paku yang saat itu berserakan di lantai bangunan tua itu. “Sekarang, buka mulut lo. Gue yakin lo udah mulai kekurangan zat besi kan? Nih gue kasih paku biar zat besi lo terpenuhi. Gue kan sahabat yang baik. Ngga kaya lo sama Geovani.” kataku sambil memasukan paku satu persatu ke dalam mulut Michael dan menyuruhnya untuk menelannya. Hal itu membuat Michael terbatuk-batuk. “Ohh. Lo mau minum? Sebentar ya gue ambilin. Makanya kalo makan jangan cepert-cepet. Jadinya lo tersedak kan?” kataku sambil membawakan air yang berasal dari genangan air. Terlihat air itu berwarna coklat pukat. “Nih gue kasih minum ke lo.” kataku ke Michael, tapi dia tidak ada respon apapun. “Hoy!! Jawab dong, seengganya kasih respon kek atau mungkin lo udah mati? Coba gue tusuk ya.” lanjutku sambil menusuk perutnya. Masih belum ada respon apapun dari Michael. “ Ah, baru aja gue kasih makan. Lo malah udah pergi duluan. Ngga asik lo!!” bentakku yang setelah itu langsung aku akhiri dengan menusuk dada Michael yang lansung tembus ke jantungnya. Setelah itu, aku mengambil kembali pisau-pisauku untuk menghilangkan jejak.

Aku lalu mengumpulkan mayat-mayat itu di depan bangunan tersebut. Oh ya, soal Rio Dewantara dan para bedebah lainnya udah aku bunuh terlebih dahulu sebelum aku membunuh kedua sahabatku atau lebih tepatnya sahabat burukku. Kini, aku tinggal menunggu berita di media sosial tentang semua ini dan pastinya akan ada polisi yang akan mencari siapa pelakunya. Aku tak perlu khawatir, karena aku selalu melakukannya dengan bersih tanpa meninggalkan jejak. Jadi, tak akan ada polisi yang berhasil menemukan identitasku. Yang akan mereka ketahui adalah.... I’M THE BLACK HOODIE dan aku tak akan pernah berhenti untuk membasmi para bajingan-bajingan yang telah membuat bumi tempatku berpijak menjadi kotor. Tunggu saja kedatanganku untuk menghantui mimpi-mimpimu. Are you ready? Because i will come to you whenever you ready or not. HAHAHAHA!!!!!

Psychopath DiaryWhere stories live. Discover now