Bagian I (edited)

17.6K 1.3K 40
                                    

Jamuan Minum Teh


"Seingatku ini bukan rute ke Grand Hyatt." Andre menoleh ke bangku belakang dan menemukan Jagad masih terpakur pada layar Ipad di genggamannya. Dia sepertinya bahkan tidak perlu mengangkat wajahnya untuk mengetahui kalau mobil yang mereka tumpangi sudah keluar dari rute yang seharusnya.

Andre terkekeh kecil, sedikit kagum mengetahui sepertinya tidak pernah ada hal yang pernah terlewatkan dari perhatian bos sekaligus sepupunya itu. "Memang tidak. Aku sudah membatalkan janji pertemuanmu di Hyatt sejak siang tadi."

Kali ini Jagad bersedia membagi perhatiannya sejenak dari layar Ipadnya dan menoleh pada Andre. Dahinya sedikit berkerut tak senang. Andre tahu aturannya; Jagad tidak suka dengan perubahan jadwal di saat-saat akhir.

Andre buru-buru mengangkat kedua tangannya pertanda ia menyerah di bawah tatapan tajam Jagad. "Percayalah ini bukan kemauanku. Ibu mertuamu yang mendesak."

Tatapan Jagad sedikit melunak mendengar jawaban Andre. Yang dimaksud sebagai ibu mertua oleh Andre adalah Clarissa Daniell; orang tua Clara yang tidak lain dan tidak bukan adalah calon tunangan Jagad. Clarissa adalah wanita yang cantik dan menawan meskipun usianya sudah melebihi setengah abad. Sebagai nyonya besar keluarga Daniell, dia tampak ramah dan hangat, tapi di balik itu semua tidak ada yang bisa menandingi kemampuan persuasinya, dia sangat pandai meyakinkan orang lain.

"What's her matter?" Tanya Jagad kemudian.

"Dia ingin kamu datang ke rumah keluarga Daniell. Katanya akan ada jamuan minum teh."

Jagad mendesah. Dia tidak percaya kalau dia baru saja melewatkan satu pertemuan penting dengan klien bisnisnya hanya untuk sebuah jamuan minum teh. Ini terdengar konyol. Jika saja ia tidak tertarik dengan kerajaan bisnis keluarga Daniell, mungkin saja ia akan mengabaikan permintaan Clarissa.

"Hm." Jagad bergumam kecil, "Pastikan saja kau sudah mengatur ulang semua jadwalku yang telah dibatalkan hari ini."

Setelahnya, sepanjang perjalanan Jagad tidak lagi berkutat dengan email-email bisnis di Ipadnya. Dia sekarang hanya menoleh keluar, memperhatikan lalu lintas di luaran sana yang dipenuhi kemacetan di saat menjelang jam kantor baru berakhir. Untung saja sopir pribadinya cukup lihai dalam menyelip dan menemukan jalan pintas sehingga tak beberapa lama, Lexus silver itu mulai memasuki sebuah kawasan perumahan elit dimana rumah keluarga Daniell berada.

Saat mobil mereka baru saja akan berbelok di sebuah tikungan, tiba-tiba saja rem mobil berdecit nyaring.

"Ada apa?" Andre bertanya kaget bahkan mendahului Jagad yang juga penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.

"Maaf Pak, ada yang menyeberang jalan tiba-tiba." Jelas Pak Karto, si sopir.

Jagad menoleh ke depan dan ia memang menemukan seorang pemuda dengan sweatpants dan sebuah hoodie longgar yang berdiri tak jauh di depan mobil mereka. Ekspresi pemuda itu terlihat sama kagetnya dengan mereka yang berada di dalam mobil. Tetapi sepertinya kekagetan pemuda itu terlihat cepat pulih. Sesaat kemudian ia sudah melangkah mendekati mobil Jagad dan mengetuk halus kaca di sisi pengemudi.

Saat Pak Karto menurunkan kaca mobilnya, pemuda itu tersenyum kecil penuh rasa bersalah. "Maafkan saya, Pak. Saya nggak lihat-lihat dulu sebelum nyebrang. Bapak-bapak tidak apa-apa, kan? Tidak ada yang terluka?" katanya halus.

Alis Jagad sedikit terangkat. Sepintas lalu ia tidak melihat ada bagian yang feminin dari lelaki itu, tapi bagaimana mungkin seorang lelaki bisa memiliki suara yang begitu halus?

"It's okay, Bro. Kami semua nggak apa-apa kok. Kamu juga nggak apa-apa kan?" Andre menyahut.

Pemuda itu mengangguk, lagi-lagi dengan sebuah senyuman kecil. Sisi wajahnya dialiri keringat dan bagian punggung hoodie-nya tampak basah juga oleh keringat. Dia memiliki rambut hitam legam, namun kulitnya terlihat bersih.

THE WEDDING AFFAIRS [PO ke-2 22 Mei - 12 Juni]Where stories live. Discover now