24. (Belum) Selesai

3.6K 320 18
                                    

Karel membuka mulutnya sebentar saat jari telunjuknya berhenti di kertas yang tertempel di depan ruang lima belas tersebut. Jam baru menunjukan pukul enam lebih lima jadi keadaan sekolah masih agak sepi karna Senin ini tidak di adakan upacara bendera seperti pada hari Senin biasanya.

"What the?" Kalimat itu keluar dari mulut Karel begitu matanya menangkap nama anak laki - laki yang selama dua minggu sudah ia jauhi, akan duduk satu meja bersamanya.

*****

Aldo menekan - nekan pulpennya sampai bagian runcing yang terisi tinta tersebut keluar masuk dari ujung pulpen hingga menimbulkan suara di ruangan yang sekarang sedang sunyi tersebut. Murid lain sedang fokus mengerjakan ulangan di depan mereka dengan mata pelajaran Agama. Namun Aldo tidak sama sekali memikirkan lima belas soal di hadapannya.

Ia sudah membaca ke lima belas soal tersebut, dan tidak ada satu pun soal yang dapat ia jawab. Jadi ia hanya menunggu teman - temannya selama dua puluh menit kedepan untuk menanyakan jawaban dari lima belas soal tersebut.

Anak laki - laki itu sekarang sedang berpura - pura fokus pada kertasnya namun kenyataannya sangat berbanding terbalik saat di dalam kepalanya sedang memikirkan anak perempuan yang duduk di sebelahnya.

Sejak kedatangannya tadi pagi, Karel sama sekali tidak menegurnya atau sekedar basa - basi menanyakan kabar dan sebagainya. Aldo pun juga tidak ingin melakukan hal tersebut deluan karna sekarang ia mengerti mengapa Karel menjauh.

Anak perempuan itu sudah tidak ingin berurusan dengannya lagi karna selama mereka harus saling dekat satu sama lain, Karel hanya mendapat masalah dari kedekatan yang mereka jalin.

Dan mungkin sekarang Karel sedang dekat dengan anak laki - laki yang kemarin mengantarnya pulang. Jadi kemungkinan besar, Karel tidak akan membiarkan kalau laki - laki itu akan berfikir bahwa memang ada sesuatu diantara dirinya dengan Aldo setelah nama Karel kembali bersih dari gosip yang beredar. Seperti mencari aman.

*****

Karel menangkap sosok Aldo dari ekor matanya. Laki - laki itu sedang memandang lurus kearah kertas di atas meja namun pulpennya sama sekali tidak bergerak dalam lima belas menit terakhir. Gadis itu meletakan pulpennya sebentar. Ia tidak memikirkan jawaban dari soal essay nomer empat yang sedari tadi stuck di kepalanya.

Berada di dekat Aldo setelah malam itu rasanya seperti berada di dekat Kepala Sekolah. Bingung dan canggung dengan apa yang akan dilakukan.

Pulpen di tangan anak laki - laki itu terlepas setelah agak sedikit panas berada diantara jari telunjuk dan jari jempol yang sama sekali tidak bergerak. Karel dapat menangkap wajah Aldo yang sekarang sudah menatapnya agak ragu. Namun di detik selanjutnya, anak laki - laki itu memalingkan wajahnya kembali ke atas meja.

Pria itu meraih pulpennya kembali dan mengarahkan pulpen tersebut kearah anak laki - laki lain yang duduk di depannya. "Nomer satu." Bisik Aldo saat temannya sedikit menoleh kearah belakang.

Karel dapat mendengar ucapan Aldo yang tidak terlalu keras. Ia sedikit menertawai anak yang sedang menundukan kepalanya sambil menulis jawaban itu tanpa bersuara. "Lo daritadi diem, ternyata gak tau jawabannya?" Ucap Karel tiba - tiba. Ia juga tidak mengerti kenapa kalimat itu bisa lolos dari mulutnya yang sekarang terkunci rapat. Otaknya merutuki kebodohannya sendiri.

Pulpen yang sedang bergesekan dengan kertas di hadapan anak laki - laki itu mendadak berhenti. Sang sumber jawaban juga sudah tidak terdengar lagi suaranya. Fokus Aldo sekarang terpatri penuh pada Karel yang meluncurkan kalimat pertamanya pada pria itu semenjak dua minggu yang lalu.

Stranger From ChatousWhere stories live. Discover now