39. Fall

3K 238 13
                                    

Karel berjalan bersama Kevin di koridor sekolah. Seluruh mata tertuju padanya seakan hanya ada dia di muka bumi ini.

Ada yang menatapnya iba, ada yang mengejek, ada juga yang menatapnya mengintimidasi.

Kevin yang menyadari hal itu langsung mengamit telapak tangan Karel dan menariknya lembut. "Ayo kita ke kelas, nanti telat."

Karel menarik nafas. Ia tau bahwa itu adalah upaya Kevin agar cepat menjauh dari puluhan orang di hadapannya. Namun bagaimanapun juga, Karel tetap mengikuti perintah Kevin.

Sesampainya di depan kelas, Karel langsung memaksakan seulas senyum di depan Kevin. Yang disenyumi hanya bisa menatap Karel dengan rasa iba. Kevin pun menggerakan telapak tangannya ke puncak kepala Karel. Ia mengusap rambut Karel lembut. "Kalo ada apa-apa, gue selalu ada buat lo."

Sepersekon kemudian, Aya dan Vanka sudah berdiri di samping kanan dan kiri Karel. Sontak Karel langsung menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Sejak semalam, Karel tidak membalas chat kedua sahabatnya tersebut. Karel tau bahwa mereka berdua akan membahas Aldo.

Kevin menarik tangannya. Ia tersenyum ke Vanka dan Aya. "Nitip Karel ya," ucapnya. "Jagain dia di kelas."

Vanka dan Aya tersenyum. Aya membuka mulutnya. Bermaksud membalas ucapan Kevin. "Pasti banget, lo gausah khawatir."

Kevin mengangguk dan tatapannya kembali pada Karel. "Nanti istirahat gue ke kelas lo, ya."

Karel mengiyakan ucapan Kevin sebelum anak laki-laki itu berbalik meninggalkannya.

Selang beberapa saat, Vanka langsung mengusap kedua pundak Karel. Karel yang masih berada di ambang pintu hanya bisa membuang nafasnya kasar. "Udah Rel, tenangin diri lo dulu," ucap Vanka diikuti oleh Aya yang seperti menuntun Karel duduk di kursinya. "Lo boleh cerita saat lo siap." Vanka menarik kursi Karel untuk mempermudah sahabatnya untuk duduk.

Karel kembali memaksakan seulas senyum dan mengangguk. "I will tell you guys, right now."

*****

Dari jarak kesekian meter, Kevin sudah mengepal tangannya sambil memasang ekspresi marahnya. Bola matanya dipenuhi oleh sosok Aldo yang terlihat berantakan pagi hari ini. Anak itu juga menatap Kevin, namun ia tidak melakukan pergerakan sama sekali. Hanya mulutnya saja yang bergerak. Menyuruh Radit dan Mamat untuk mundur beberapa langkah.

Guru-guru sedang ada rapat untuk persiapan ujian nasional kelas tiga. Dan seluruh kelas mendapat jam kosong satu jam sebelum istirahat.

Tak lama kemudian, Kevin sudah berada dihadapan Aldo. Dan tanpa basi-basi, Kevin langsung melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah Aldo. Sepersekon kemudian, Kevin meraih kedua kerah kemeja Aldo.

Sedangkan Aldo, ia menggerakan telapak tangannya ke sudut bibirnya. Lagi-lagi berdarah. Sambil menyingkirkan darah di sudut bibirnya dengan kasar, Aldo menatap Kevin dengan ekspresi datar.

Kevin jengah dengan Aldo. Pasalnya, ia sudah mewanti-wanti Aldo untuk tidak menyakiti Karel. Namun ucapannya tempo hari sepertinya tidak digubris sama sekali oleh Aldo.

Tak lama kemudian, tatapan Aldo berubah menjadi tajam ke arah Kevin. Ia tau benar bahwa Kevin sedang terbakar. Hal itu dapat terlihat dari sorot mata anak laki-laki itu.

"Seharusnya gue gak percaya sama lo," ucap Kevin. "Ucapan lo gak bisa dipegang sama sekali." Suara Kevin terdengar sengit.

Aldo menyingkirkan cengkraman Kevin dari kerahnya. Nampaknya Aldo juga sudah mulai geram karna terus mendapatkan intimidasi dari orang-orang disekitarnya.

Stranger From ChatousWhere stories live. Discover now