011 | Topeng

74.3K 11K 1.5K
                                    


Jesya memain-mainkan jemari di atas meja kayu itu, menunggu pesanannya. Walau tak lama ia merasa aneh. Gadis itu mengernyitkan kening, melirik perlahan. Melihat Bobi yang duduk di sampingnya entah sejak kapan sudah menopang dagu dan memandangi gadis itu dalam.

"Apa?" tanya Jesya balas tatapan Bobi membuat Bobi agak tersentak ditanya tiba-tiba begitu.

"Hm? Nggak," Bobi segera menggeleng, mengalihkan pandangan dengan agak salah tingkah. Ia belagak memandang ke mobil pick-up tempat Mang Didin mengolah martabak pesanan mereka.

"Eh, oh ya Bob," kata Jesya teringat sesuatu, "si Naya nanyain elo tuh."

Garis wajah Bobi berubah begitu saja. Masih dengan membelakangi Jesya memandang ke arah mobil, ia mendesah samar. "Tanya apa?" balasnya tenang.

"Kok lo nggak sesuai sama yang gue omongin gitu," kata Jesya membuat Bobi mengernyit dan kali ini menoleh. "Padahal ya, gue tuh dah promo ke Naya yang bagus-bagus loh. Gue bilang kalau lo baek, seru, receh, nggak bisa diem, pokoknya yang bagus-bagus Bob. Tapi kata Naya lo nggak gitu pas chat."

Bobi tak kaget. Cowok itu malah tersenyum tipis, "oh, ya?"

"Ih. Apasih, sok keren," protes Jesya melihat tingkah cowok di sampingnya ini. "Terus katanya lo akhir-akhir ini sombong, ngejauh gitu. Lo napa sih? Tumben nggak ngegas. Kayaknya Naya lebih cantik dari mantan-mantan lo."

Bobi terkekeh pelan, "sorry deh," katanya begitu saja membuat Jesya tak mengerti. "Naya cantik kok. Loveable banget. Nggak mungkin sih gue nggak suka."

"Hm. Terus kenapa lo kayak nggak minat?" tanya Jesya tanpa sadar mencondongkan diri ingin tahu.

Bobi menatap cewek itu. Ia mencoba menguasai ekspresi wajah. Walau matanya tak menuruti justru menyendu menatap dalam gadis ini.

"Kenapa?" Jesya kembali mengulang, dengan mata membulat ingin tahu menatap Bobi tepat.

Bobi merapatkan bibir, berdehem kecil. "Naya nggak pantas sama gue," jawabnya agak asal membuat Jesya mendelik bingung. "Dia cantik, baik, manis. Ya masa sama brengsek kayak gue."

Jesya tersentak. Cewek itu mengerjap-ngerjap beberapa saat, "dih. Kok lo bisa tahu diri gini?" tanyanya tak percaya membuat Bobi agak mendelik malas.

Jesya diam lama. Lalu tak lama menarik nafas kaget dengan gaya dibuat-buat. "Jangan bilang....... Lo mau tobat?" tanyanya dengan raut wajah sungguh-sungguh.

Bobi mencibir, kali ini kembali mengangkat siku ke atas meja dan menopang dagu. Cowok itu dengan malas memandangi jalanan malam di seberang dan tak menjawab.

Namun ia terkejut setengah mati ketika merasakan dua telapak tangan menyentuh pipinya, lalu menariknya lembut hingga kepalanya mau tak mau kembali menghadap Jesya.

Bobi terdiam begitu saja. Membalas tatapan cewek di depannya ini yang sedang memegangi pipinya dan menatapnya lurus.

"Lo kenapa sih?"

Bobi tersentak. Alisnya terangkat memandang Jesya yang kali ini serius tanpa kerlingan becanda.

"Elo akhir-akhir ini berubah tahu nggak. Lo bukan Bobi yang gue kenal. Lo nggak ganjen kayak biasa. Lo nggak seceria biasa. Lo nggak sereceh biasa. Bahkan gue ngerasa akhir-akhir ini tatapan lo tuh aneh banget. Lo kenapa sih?"

Bobi tanpa sadar menipiskan bibir, menggigit bibir dalamnya menatap tegang cewek cantik di depannya ini. Bobi meneguk ludah, meraih pergelangan tangan Jesya dan memaksanya melepaskan pegangan pada dua pipi Bobi.

"Kalau lo nggak mau gue aneh berhenti khawatirin gue."

Jesya tersentak. Cewek itu jadi menegak dengan mata melebar kaget.

2A3: Passing By ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang