26. Rahasia

1.1K 64 2
                                    

"Hah?"

Aku bingung dengan ucapannya. Aku sedikit mundur dari hadapannya.

"A-Apa yang kau bicarakan? Kau pasti bercanda,kan!? Ma-Mana mungkin kau mengatakan hal seperti itu,kan!?" Aku bertanya tak percaya. Aku terus meyakinkan diriku agar tidak mempercayai perkataannya. "Oh!! Mungkin ini adalah latihan untuk menyatakan perasaan pada orang yang kau suka,kan!? Ah... aku benar - benar kaget mendengarmu berbicara seperti itu! Mana mungkin ka-"

"Aku serius Hanaru! Satu - satunya gadis yang kusuka hanya kau! Aku benar - benar telah jatuh cinta padamu Hanaru!" Dia menyela pembicaraanku yang terus meyakinkan diriku. Dia mengatakan perasaannya dengan tenang kepadaku. Mungkin karena aku bertingkah aneh. Tapi.... ini benar - benar tiba - tiba.

Bagaimana ini? Aku harus menjawab apa? Bagaimana perasaanku padanya? Benarkah aku menyukainya karena cinta? Aku ketakutan, aku sangat malu, bagaimana ini? Haruskah aku menjawab mana mungkin? Bukankah kami ini musuh? Bagaimana jika hal yang aku lakukan salah? Bagaimana ini? Aku harus apa?

"Maaf!" Kataku. Raja itu sedikit kaget dengan ucapanku. Aku berjalan mundur seperti ketakutan darinya.

"A-Aku lupa ada yang harus aku lakukan di kastil. Jadi... Maaf! A-Aku harus pergi sekarang. Ka-Kalau begitu.... sampai nanti!!" Kataku dengan gugup dan terus melihat tak karuan. Lalu aku berlari menjauhinya secepat yang kubisa menuju kastil.

Apa ini? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana ini? Apakah dia akan marah? Apa yang akan terjadi? Aku kenapa? Jantungku tak bisa berhenti berdetak kencang. Bagaimana ini? Aku harus apa?

****

Di keesokan harinya aku bangun seperti biasa. Aku terus mencoba melupakan hal yang telah terjadi tadi malam. Aku tak bisa berkata apa - apa jika bertatapan muka dengannya. Untungnya dia tidak ikut sarapan denganku karena urusan pekerjaannya. Atau mungkin itu hanyalah alasan agar dia tidak menemuiku.

Di siang harinya aku duduk di kursi taman yang berada di kastil ini. Aku mengangkat kedua kakiku lalu memeluknya dan mengarah horizontal di kursi itu. Himeka disana bersamaku, dia mengumpulkan bunga - bunga yang berada di dekatnya menggunakan keranjang yang dibawanya.

"Kenapa kau mengumpulkan bunga sebanyak itu?" Tanyaku penasaran dengan wajah malas.

"Karena anak - anak selalu menginginkan bunga - bunga ini untuk bermain anda juga tahu kan Yang Mulia? Selain itu... kenapa anda berwajah malas seperti itu Yang Mulia!?" Himeka kembali bertanya padaku karena ekspresi yang tidak biasa aku tunjukkan kepada siapapun.

"Entahlah!" Jawabku. "Mungkin aku hanya sedang malas saja."

Kami terdiam sejenak hingga aku bertanya kembali.

"Himeka!" Panggilku. "Apa yang akan kau lakukan jika seseorang mengungkapkan perasaannya padamu?" Wajahku sedikit merah ketika menanyainya.

Gadis itu terdiam sejenak, mengepalkan bajunya. Dia terlihat menahan sakitnya.

"Tentu saja membalaa perasaan saya kepada orang itu." Jawabnya. "Kenapa anda bertanya seperti itu Yang Mulia!? Apakah.... Yang Mulia Raja... mengungkapkan perasaannya kepada anda?"

Aku hanya terdiam. Wajahku sedikit memerah membuat gadis berambut panjang hitam itu tersenyum manis.

"Ungkapkan saja perasaan anda padanya Yang Mulia! Karena mungkin suatu saat anda akan menyesalinya! Katakanlah sebelum terlambat" Himeka melanjutkan mengumpulkan bunganya untuk anak - anak. Aku hanya terdiam kebingungan disana. Aku tak mengerti perasaanku.

Assassination a King [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang