5. Masa Lalu

269 16 0
                                    

Aku mulai sering pergi ke rumah rakyat yang ada di kerajaan ini. Rumah Michiro adalah rumah yang paling sering aku datangi. Semua orang sangat baik terhadapku, sudah beberapa hari ini aku pergi ke sini dan tentu atas izin darinya, izin dari suamiku sendiri.

Himeka juga ikut denganku. Sebagai pelayan pribadiku tentu dia mengikutiku kemana pun aku pergi. Himeka mudah didekati siapa pun. Dia orang yang ramah. Perlahan, aku juga mulai senang tinggal di tempat ini. Aku sudah mulai membiasakan diri tinggal di tempat ini.

Setiap hari aku membantu mereka mulai dari berkebun, berjualan, bahkan mengasuh anak-anak. Setelah penyerangan yang dilakukan kerajaanku, banyak rumah rakyat yang rusak akibat penyerangan itu. Sekilas aku berpikir, mungkin aku dan kerajaanku yang bertingkah jahat pada kerajaan ini. Ibuku dan aku sama-sama menipu, prajurit dan keluargaku menghancurkan sebagian besar tempat ini. Sebenarnya siapa yang menjadi penjahat diantara kami?

"Yang Mulia," seru Michiko, gadis yang kutemui ketika aku mencoba kabur dari Kerajaan Yuuga, "apa anda tahu siapa teman yang paling dekat dengan Yang Mulia Raja?" tanyanya. Michi dan aku sedari tadi duduk memperhatikan anak kecil yang sedang bermain dengan Himeka.

"Siapa?" tanyaku kembali.

"Himeka!"

"Benarkah?"

"Iya. Apakah Kak Himeka tidak pernah memberitahu anda tentang itu?"

"Kurasa belum." Jawabku, "sebelumnya kami memang jarang bicara, tapi setelah kejadian aku kabur dari kastil, Himeka sedikit bercerita beberapa hal tentang raja."

"Ohh. Jika anda ingin lebih tahu tentang raja, tanya saja pada Kak Himeka. Dia paling tahu segalanya tentang raja. Dengan begitu, anda tidak akan takut untuk bertemu dengannya lagi."

"Baiklah, lain kali aku akan bertanya apapun yang ingin aku ketahui tentang raja."

Michiko tersenyum senang. Kami sudah menjadi teman baik sejak hari itu. Hari yang tidak mau aku ingat kembali. Itu sangat memalukan karena aku menangis di hadapannya dan juga semua orang disini.

"Yang Mulia Raja itu sangat peduli terhadap siapapun."

Aku hanya menatapnya heran, tak terlalu mengerti dengan apa yang dia ucapkan.

"Dulu, dia pernah membujuk seorang kesatria yang pergi setelah datang kemari, dia bersujud dan memintanya agar memaafkan ayahnya yaitu raja sebelum dirinya yang membuat sedikit kegaduhan dengan kesatria itu. Yang Mulia selalu ingin membuat nama baik kerajaan ini, tapi setelah Sang Raja meninggal dunia, dia mulai berubah menjadi seperti ini. Raja dari kerajaan Yuuga memang selalu bersikap seperti ini tapi saya pikir Yang Mulia Raja saat ini tidak akan bersikap sama seperti pendahulunya. Tapi ternyata tebakan saya salah ya?" Jelas Michiko mengartikan maksud perkataannya.

"Padahal dulu Yang Mulia Raja selalu tersenyum," lanjutnya, "dia selalu tertawa dimana pun dia berada. Dia orang yang sangat dermawan. Dulu saat saya masih menginjak umur enam tahun, Yang Mulia selalu bermain dengan anak-anak desa seumurannya, saya masih ingat saat-saat itu. Bahkan sekarang, saya selalu merindukan saat-saat itu."

Michiro menundukkan kepalanya, matanya terlihat mendung, wajahnya benar-benar terlihat sangat sedih ketika mengingat semua hal itu.

"Saya ingin melihat senyum Yang Mulia lagi walau hanya sekali."

Perasaannya tersampaikan dengan jelas kepadaku. Di lubuk hati paling dalamnya, aku tau dia sangat merindukan masa-masa itu. Raja yang ditakuti semua orang, sebenarnya menyembunyikan sesuatu yang tidak pernah mereka lihat.

Michiro menoleh kepadaku lalu memegang kedua tanganku dan memohon.

"Yang Mulia, maukah anda membuatnya tersenyum lagi?"

Assassination a King [Tamat]Where stories live. Discover now