Don't Leave me Again (Raymond)

225K 3.2K 59
                                    

~Ayunda Pov~
Dadaku terasa sesak, tubuhku seakan terhimpit beban yang berat. Aku mencoba terengah namun mulutku dibekap oleh tangan yang kuat. Mataku terbelalak seketika saat menatap wajah orang yang mengganggu tidurku. Sekuat tenaga aku memberontak. Kaki ku menendang tak tentu arah. Namun serasa percuma, tubuh besar di atasku ini tak bergeming sedikitpun. Aku hanya bisa menjerit tertahan karena bekapan di mulutku berganti dengan lumatan kasar saat dia mengoyak keperawananku. Tanpa ampun dia terus menghujamku yang sudah menyerah untuk melawan. Sudah tak ada lagi yang bisa aku pertahankan jadi untuk apa melawan. Air mataku perlahan menetes dan aku mulai terisak menahan nyeri baik ragaku maupun hatiku.

"Ayunda.. Aahhh" aroma alkhohol menguar dari mulut lelaki brengsek ini saat melepaskan benihnya ke dalam tubuhku. Tubuh itu berguling di sampingku lalu menarikku ke pelukannya.

"Aku mencintaimu, Yunda" gumamnya di telingaku membuatku terhenyak dan perlahan digantikan dengan dengkuran halus menandakan dia tertidur. Dan aku mati rasa tak menyangka semua ini terjadi padaku.

***
~Author Pov~

Raymond menyipitkan matanya karena silau sinar matahari pagi yang membangunkannya. Kepalanya terasa berdetam akibat minuman semalam. Dengan malas dia mengumpulkan kesadarannya dan terhenyak saat menyadari bahwa dia tidak berada di kamarnya sendiri.

Bangkit duduk dengan panik diedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan feminin tersebut. Mengintip ke dalam selimut dan mengumpat sekuatnya saat mulai menyadari bencana apa yang diperbuatnya semalam.

Bergegas ia mengenakan celananya dan keluar menuju kamarnya sendiri sebelum mamanya mempergokinya berada di kamar adik gadisnya ini.

Seusai membersihkan diri, Raymond menuju meja makan untuk sarapan. Tak tahu apakah dia siap menghadapi Ayunda pagi ini setelah kejadian tadi malam. Dia akan terima jika adik kecilnya ini marah atau mengamuk padanya. Sungguh dia akan bertanggung jawab sepenuhnya karena ini memang kesalahannya.

Namun tak ada Ayunda di sana. Hanya ada mamanya yang menyambut Raymond dengan senyum pagi seperti biasa. Tubuh Raymond mendadak kaku seperti robot. Memakan sarapannya tanpa selera.

"Semalam dari mana, Ray? "suara lembut bertanya dari mamanya pun mampu membuatnya tersentak kaget. Jantungnya berdebar seakan berontak keluar dari rongga dadanya.

"Ke acara ulang taun teman Raymon, ma. "jawabnya dengan lidah kelu. "Maaf Raymon nggak bilang dulu ke mama. "tambahnya seraya menyuapkan nasi gorengnya yang pagi ini serasa seperti duri yang melewati kerongkongannya.

"Its okay, Ray. Kamu kan udah dewasa. Mama kira kamu lembur lagi. Kamu jangan sering-sering lembur. Jaga kesehatan kamu. " ucap mamanya lembut.

Raymon meneguk air minumnya banyak-banyak. Menghalau sesak di dadanya.

"Ayunda mana, ma? Kok nggak sarapan. " tanya Raymon setelah mengumpulkan kekuatan untuk menyebut nama itu.

"Mungkin masih tidur. Biarkan aja toh dia sudah selesai ujian tinggal nunggu pengumuman penerimaan mahasiswa. Biar dia santai dulu. " jawab mamanya.

Raymon terhenyak menyadari bila Ayunda saat ini mungkin sudah pergi dari rumah ini. Tak mungkin adiknya itu masih tidur seperti kata mamanya. Jelas karena saat Raymond bangun tadi gadis itu sudah tak ada di dalam kamarnya.

Bergegas Raymond bangkit dan berlari menuju kamar Ayunda. Sepi. Dibukanya lemari pakaian, memang masih ada namun tumpukan itu jelas berkurang dan tas besar yang biasanya ada di dasar lemari sudah tidak ada.

Berbalik menatap ranjang Ayunda. Bercak darah bercampur cairan miliknya terpampang jelas di hadapannya. Raymond mengusap kasar wajahnya. Kepalanya yang pusing semakin menyiksanya. Hatinya mengumpati kebrengsekannya. Ayundanya pergi. Ayundanya menghilang.

One Shoot Adult StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang