[20] Im Still Loves You

634 80 17
                                    

Jam terakhir kelasnya sudah selesai. Eunseo melangkahkan kaki menuju taman di sebelah apartemennya. Mungkin menghabiskan waktu menghirup udara segar akan melegakan pikiran ku, batinnya. Universitas dan apartemen nya lumayan tidak jauh. Jadi membuat kakinya bergerak mungkin akan lebih menyehatkan.

Eunseo sudah menapakkan kakinya di taman itu. Menghirup dengan dalam udara segar yang mengitarinya. Kaki nya dengan santai berjalan di atas rerumputan hijau dan berhenti pada sebuah bangku kayu di sisi pinggir taman itu.

Bangku yang di duduki nya langsung menghadap ke tengah taman. Tangan kanan nya sedari tadi menenteng buku skecthbook desain. Tangan kirinya merogoh tas slempang untuk mengambil pensil. Tiba-tiba dia ingin mendesain beberapa baju. Pensil di dapat tapi sesuatu terlepas dari pergelangan tangan itu.

Dengan diam Eunseo mulai menggores garis-garis tipis di sketchbooknya. Matanya memandang ibu muda dengan bayi kecil yang bercanda ria di tengah taman. Senyuman manis tercetak di bibir Eunseo, melihat kebersamaan mereka.

"Ku pikir ada yang senang hari ini." Suara datar menyeruak di telinga Eunseo. Tangan Eunseo langsung berhenti melukis. Dia mengenali suara ini di luar kepalanya.

"Ya.. aku hanya terlepas dari beberapa tugas berat." Setelah menjawab pertanyaan itu, Eunseo kembali melukis desaign baju tadi.

"Mau mampir ke cafe?"

"Tidak untuk kali ini Mingyu. Aku hanya ingin sendiri." Eunseo kembali fokus pada pekerjaannya.

"Kenapa kau seperti ini?" Eunseo terdiam sebentar lalu memasukkan pensil nya ke tas dan menutup sketchbooknya. Kepalanya menoleh untuk menatap Mingyu yang duduk di sampingnya.

"Kau bertanya kenapa aku seperti ini? Sekarang aku tanya, kenapa kau seperti ini?" Wajah Mingyu masih datar seperti kemarin. Senyuman yang pernah Eunseo lihat pertama kali entah kenapa hilang begitu saja. "Kau tidak mau menjawab?" Eunseo bertanya sekali lagi. Tapi tak ada jawaban dari bibir Mingyu. "Baiklah."

Eunseo merapikan benda-benda nya. Mulai berdiri, menenteng buku sketchbooknya dan berjalan. Tapi tangannya di tahan dalam diam oleh Mingyu. Eunseo berbalik dan menatap datar Mingyu. "Wae?"

"Ada alasan tersendiri aku melakukan ini." Eunseo mengreyitkan dahi, menangkap apa yang Mingyu katakan. Tapi sebelum dia mengerti, handphonenya berbunyi. Tangan Eunseo yang tadi nya tertahan oleh Mingyu, di hempaskan untuk mengangkat telponnya. Ada sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak di kenal.

"Halo."

"Aku pikir kau masih mempercayaiku. Namun aku sadar apa yang telah ku perbuat. Baiklah. Maafkan aku. Selamat tinggal."

Deg.

Eunseo sangat mengenali suara ini. Mulutnya tiba-tiba terkelu ingin menjawabnya. Tapi suara sambungan terputus mengehempaskannya.

Dengan cepat matanya mengedarkan ke segala arah. Dia tahu, namja itu pasti ada disekitar sini. Dia bisa merasakannya jika namja itu ada disini, namja yang sangat di rindukannya. Dia berlari keluar dari taman. Terus melangkahkan kakinya di trotoar yang ramai akan orang. Mengacuhkan setiap orang yang di tabraknya. Dia hanya ingin bertemu namja itu. Kumohon, aku sangat merindukannya, batin Eunseo. Matanya mengangkap satu objek yang dia kenali.

Objek itu berjalan cepat dan berbelok ke salah satu gang. Eunseo mengikuti objek itu dan berbelok di gang tersebut. Namun nihil. Orang itu tidak ada. Tidak ada satu pun orang yang ada gang ini. Eunseo langsung terdiam, tak terasa air mata sudah mengalir di pipinya. Dia jatuh tersimpuh disana dan menangis.

Namun ada tangan terulur dan memeluk Eunseo. Tangan yang hangat menepuk pelan punggungnya. Mencoba meredakan tangisan Eunseo yang mungkin tidak akan berhenti. "Shh.. tenang lah. Selesaikan tangis mu, dan kuantar ke apartemen mu." Itu Mingyu. Eunseo tau, tapi dia tidak melakukan apapun.

How About Coffee? [Hyungwon & Eunseo]Where stories live. Discover now