Transforming

2.3K 362 44
                                    

Sesosok wanita cantik tampak duduk termenung di meja kerjanya. Wajah cantiknya yang masih terlihat muda membuat orang terkadang tidak percaya bahwa ia sudah berusia 42 tahun. Namun sekarang wajah cantik itu terselimuti oleh raut kesedihan dan kekhawatiran.

Terlihat sesekali ia melirik ke arah telpon yang hening tak bersuara. Tak lama matanya beralih ke beberapa bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya. Salah satu bingkai foto itu yang menampilkan gambar dirinya bersama sesosok gadis kecil yang tampak murung sedangkan foto yang lainnya menampilkan dirinya saat berfoto bertiga bersama kakak kelasnya dan istrinya yang sedang hamil besar.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan membuyarkan pikirannya akan kenangan dan janji masa lalu. Setelah sedikit membenahi penampilan dan ekspresi wajahnya, ia mempersilahkan orang tersebut masuk. Ia yang awalnya tidak terlalu bersemangat tiba-tiba membelalakkan matanya begitu mendengar perkataan si tamu.

"Ibu Direktur, kami sudah menemukan keberadaan Nona Muda."

*****

**Reader PoV***

"Wah! Tuan pelayan itu memang sangat menawan. Pantas saja kau jatuh hati padanya," celetuk sebuah suara menyebalkan dari belakangku.

Kaget, segera aku berdiri dan membalik tubuhku seraya mengambil beberapa langkah menjauh dari arah asal suara tadi. Mataku terbelalak kaget melihat sosok badut putih bertopi panjang yang entah sejak kapan ada di belakangku.

"Se... sejak kapan kau?"

Aku tak mengharapkan ini, tapi aku tidak bisa mengendalikan lidahku dengan baik sehingga akupun tergagap seperti itu. Aku merasa malu mendengar perkataan Mephisto tadi layaknya seorang anak SD yang kedapatan mencuri pandang bocah laki-laki yang di sukainya.

"Ah, aku tidak mengerti kenapa dia lebih menarik perhatianmu. Dia bahkan masih bisa kukecoh dengan sihir pelindung aura dan sihir pembaurku," cerocos Mephisto mengabaikan pertanyaanku tadi.

Mendudukkan dirinya di bangku meja riasku sambil menopang dagu dengan tangan kanan, tangan kirinya memainkan make-up di atas meja layaknya anak kecil yang tengah bosan menunggu. Ia bahkan mengubah bunga cosmos chocolate yang tadi kukenakan sebagai hiasan di rambutku menjadi sebatang coklat dan memakannya sebagian. Sedangkan aku masih diam menatapnya kesal, mencoba mengerti setiap kata-katanya itu.

"Hei, (Y/N). Apa kau masih menyimpan bandul pemberianku?" tanyanya di sela-sela kegiatannya.

Aku hanya mengangguk. Entah mengapa bandul itu tidak pernah lepas dari pengawasanku seakan benda itu selalu menarik perhatianku. Tanpa harus bersusah payah pun, aku akan dengan tanpa sadar meraihnya setiap kali aku akan pergi kemana pun, seakan bandul itulah yang tidak ingin melepaskanku sendiri. Bahkan saat ini pun bandul itu anteng menggantung di leherku.

"Baguslah. Jadi bagaimana, (Y/N)? Sudah memutuskan untuk kembali?" lanjutnya dengan suara lembut namun terdengar seperti suara tembakan meriam untukku.

Seketika aku teringat kembali percakapanku dengan pria berjanggut lancip itu beberapa hari silam mengenai keharusanku untuk kembali ke dunia asalku. Ya, pada awalnya memang sempat tercanang niatku mengikuti kata-kata iblis penguasa ruang dan waktu itu. Namun mengingat perlakuan hangat dari Ciel, Madam Red, penghuni mansion Phantomhive bahkan Sebastian membuatku mengurungkan niatku. Aku sangat ingin menetap di dunia ini bersama mereka yang dapat menerimaku.

"Tidak bisakah aku tetap di sini?" ujarku pelan layaknya suara anak kucing yang memelas.

Senyum miring tercipta di bibir Mephisto seakan ia sudah mengetahui sebelumnya apa yang akan kukatakan. Seraya menatap lurus mataku, ia bangkit dari posisinya dan mendekatiku. Meraih helai-helai rambutku dengan jemarinya yang panjang.

My LOVEndon in 2D World (Sebastian X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang