Memilih Cinta*15

18.1K 2.6K 196
                                    

Ternyata susah untuk bersandiwara jika sudah melibatkan perasaan didalamnya. Inginnya diluar kamar tetap kelihatan mesra. Didalam kamar baru aksi saling berjauhan. Tetapi sepertinya Ali dan Prilly terbawa perasaan sampai keluar kamar.

Begitu Prilly keluar dari kamar mandi Ali sudah tidak ada didalam kamar. Tiba-tiba Prilly takut Ali meninggalkan rumah. Baru juga sehari menikah masa sudah berpisah? Prilly pikir pasti Ali tersinggung. Sudah tadi Prilly nggak sengaja terinjak, harusnya dia minta maaf malah tersinggung hanya gara-gara Ali tidur dibawah. Prilly baru saja dapat berpikir tenang ketika didalam kamar mandi. Seharusnya ia merasa bersalah kenapa malah membuat Ali seolah bersalah? Prilly terduduk ditepi tempat tidur menatap karpet disamping tempat tidurnya.

"Pasti sakit tidur dibawah, terinjak pula, kasian dia, jahat banget sih gue."
Prilly keluar dari kamar dan menengok kebawah. Nggak ada siapa-siapa. Prilly menuruni tangga dan melangkah menuju dapur.

"Bik, lihat Ali nggak?" tanya Prilly begitu menemukan Bik Sar didapur.

"Dikamar tamu non, tadi mandi disitu...." sahut Bik Sar menoleh pada Prilly dan menjawab tanyanya.

"Lho?" Prilly terlihat mengerutkan alis dan Bik Sar juga ikut-ikutan mengerutkan alis bingung kenapa Prilly tak tahu?

"Sholat non kayaknya, tadi nanyain arah kiblat..."

"Ohh..."

"Non masih dikamar mandi katanya waktu bibik nanya, takut subuhnya kelewat sementara den Ali-nya belum mandi..."

"Ohh..." Prilly mengangguk-angguk.

"Emang dia nggak bilang non?"

"Emhh anu, tadi dia teriak sih dari depan kamar mandi pamit keluar tapi aku nggak denger mau kemananya..." ucap Prilly sedikit berbohong. Mana mungkin ia bercerita pada Bik Sar persolan didalam kamarnya.

"Ohh," gantian Bik Sar yang mengucapkan oh tapi dengan wajah tak percaya. Kenapa nggak ikut mandi saja berduaan dalam kamar mandi? pikir bik Sar. Bik Sar kepoan juga ternyata.

"Ya udah bi, aku panggil dia dulu, tolong siapin sarapan..." ucap Prilly lagi sambil berlalu meninggalkan Bik Sar yang masih didepan kompor.

"Iya, udah siap, non!" sahut Bik Sar menoleh kearah Prilly lagi dan hanya melihat punggungnya yang berlalu.

Prilly melangkah menuju kamar tamu yang ada disamping ruang keluarga. Mengetuk pintu tetapi tak ada tanda-tanda ada yang membukakan. Prilly menekan handle pintu yang ternyata tak dikunci.

Ali terlihat tidur telentang dengan sarung dan baju koko masih melekat dibadannya. Sebelah lengan menutup sebagian wajah sebelahnya lagi menutup perutnya. Pasti tadi malam tak bisa tidur padahal tentunya capek sekali seharian banyak berdiri sama seperti dirinya.

Prilly duduk ditepi tempat tidur dan mengangkat tangan ingin menyentuh lengan Ali yang berada diperutnya. Maksudnya ingin membangunkan karna akan mengajaknya sarapan.

"Jangan pernah sentuh aku ya, perjanjian kita sekarang berlaku untuk diluar kamar, sementara didalam kamar kamu nggak perlu baik sama aku, selamanya!!"

Prilly mengurungkan niatnya menyentuh Ali teringat ucapannya sendiri yang sangat keras didepan Ali. Kebiasaannya yang suka meledak-ledak tanpa kendali membuat ia menyesal sendiri pada akhirnya. Ucapannya benar-benar belum sepenuhnya terkontrol.

Tangan Prilly yang melayang diudara tak jadi menyentuh lengan suaminya beralih menutup wajahnya sendiri dengan siku menyangga dipahanya.

'Kapan aku bisa jadi orang yang penyabar seperti yang aku janjikan, dia udah ngajarin dengan contoh sama aku, akunya aja yang bandel nggak pernah bisa sabar, lama-lama dia yang nggak sabar ngadepin sikap aku yang kayak gini melulu!'

MEMILIH CINTA (Tersedia Versi Cetak)Where stories live. Discover now