Thian-hi manggut-manggut, diapun tak tahu bagaimana latar belakang peristiwa yang dialami itu. Menurut apa yang diketahui hanya menyangkut persoalan Ni-hay-ki-tin melulu. Tapi apakah rahasia Ni-hay-ki-tin betul berada di dalam Badik Buntung, dia sendiripun tak tahu.
"Kedatanganmu hari ini sungguh tepat, kau bisa bertemu dengan seorang aneh, ada beliau disini, Bu Bing Loni tak berani datang kemari."
Thian-hi berpikir, kecuali Ka-yap Cuncia yang pernah didengar dari mulut Ang-hwat-lo-mo tiada seorang tokoh kosen lainnya yang pernah didengarnya apalagi meski kepandaian Ka-yap mungkin lebih tinggi dari Bu Bing Loni, namun mati hidupnya merupakan tanda tanya besar.
Kira-kira setengah tahun sudah berselang, Sam-kong membekal Sin-giok-ling milik Bu Bing Loni, kenyataan dia masih sehat segar, tidak bisa tidak dia harus percaya akan adanya orang aneh itu, jangan aku menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berkenalan dengan "Wi-thian-chit-ciat-sek" .
Thian-hi mematung seperti orang linglung, Sam-kong menjadi geli, tahu dia apa yang tengah dipikir oleh Thian-hi, katanya tersenyum, "Beliau sudah pernah dengar tentang kau, ingin sekali bertemu dengan kau. Kalau memang berjodoh mungkin kau bakal ketiban rejeki."
Thian-hi tertawa, pikirnya, "Aku tidak ingin rejeki apa segala, kalau benar-benar Bu Bing Loni tak berani datang, ini sudah cukup menggirangkan hatiku."
"Mari ikut aku menghadap beliau. Tapi jangan sekali-kali kau merasa takut, tahun terakhir ini wataknya suka aseran, apalagi dulu siapa saja yang sampai membuatnya gusar, celakalah dia."
Thian-hi manggut, Sam-kong lalu membawa Thian-hi menyusuri lorong-lorong panjang dan serambi yang belak-belok, akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah. Sam-kong memberi tanda supaya Thian-hi menunggu di luar, dia terus masuk ke dalam.
Setelah Sam-kong masuk terdengar suaranya berkata di dalam, "Tecu Sam-kong menghadap!"
Sebuah suara menyahut, "Sam-kong! Kau datang pula, di luar kau masih bawa orang, siapakah dia?"
Suara ini adalah perkataan seorang nenek, Thian-hi menjadi heran, belum pernah ia dengar ada seorang nenek yang ditakuti oleh Bu Bing Loni.
"Orang yang Tecu bawa kemari adalah Hun Thian-hi, apakah Cianpwe sudi mengundangnya masuk?"
Rada lama nenek itu berdiam diri, akhirnya berkata, "Baiklah! Silakan dia masuk!"
Dari ambang pintu Sam-kong melambai tangan suruh Thian-hi masuk. Begitu tiba di dalam pintu, di mana matanya melihat seorang nenek tua, hampir saja dia berteriak kejut. Mana ada manusia seburuk itu, hampir menyerupai setan atau dedemit, seluruh mukanya belang bonteng malang melintang bekas luka-luka yang menonjol, kedua matanya buta, seluruh mukanya tiada secuilpun yang kelihatan halus, sungguh mengerikan.
Cepat-cepat ia tenangkan hati terus menyembah sapanya, "Wanpwe Hun Thian-hi menghadap Cianpwe!"
"Bangun!" ujar si nenek, "apa kau takut kepadaku?"
"Takut sih tidak, aku hanya heran kenapa Cianpwe bisa berubah begitu rupa."
"Sungguh tepat jawabanmu," sahut si nenek tertawa kering, "tak heran Hwesio Jenaka sangat tertarik kepadamu, berapa usiamu tahun ini?"
"Tepat duapuluh!"
Hilang seri tawa si nenek, wajahnya menjadi kaku, gumamnya, "Duapuluh, sudah duapuluh, ja, seharusnya memang duapuluh!" air mukanya semakin sayu dan dirundung kepedihan.
Melihat mimik wajah si nenek, Thian-hi mengira orang tentu punya kenangan yang menyedihkan, dari bekas-bekas luka di mukanya itu, tentu dicelakai oleh musuh besarnya, entah siapakah orang yang begitu keji dan telengas.

ESTÁS LEYENDO
Badik Buntung - Chin Tung
AventuraAwalnya hendak meminta Badik Buntung, senjata peninggalan dari orang tuanya yang telah meninggal kepada seorang teman ayahnya membuat Hun Thian Hi menjadi musuh Rimba Persilatan. Tanpa sengaja menerima sebuah ilmu sesat dari seorang tokoh Iblis memb...