Second

1K 106 8
                                    

Ibarat waktu,aku hanya bisa melihat dan jarang bisa mengejarnya. Melihat apa yg kau lakukan setiap detiknya dari jauh

Entah hanya perasaan atau fakta, detik selalu terlewati namun aku tak mampu meraihmu. Begitu sulit kah dirimu yg ingin aku dapatkan?

Busan, 08.35 pm

Pria mungil dengan balutan sweater kebesarannya duduk bersama seseorang yg telah ia anggap berharga. Memang bukan seperti taman namun sebuah tempat dimana keramaian berada. Malam indah bertaburan bintang amat cerah,terselip perasaan hangat diantara mereka berdua.

"Bukankah menyenangkan jika seperti ini?" Pria mungil itu pun menoleh kearah sumber suara

"Tidak" Lalu menunduk dan tersenyum

"Tersiksa lebih tepatnya" lanjutnya sangat lirih

"Katakan padaku apa yg membuatmu tersiksa?"

"Aku dan kau, sama-sama tersiksa Soon"

Diam

Tidak ada yg membuka suara lagi,hening kalut dengan pikiran masing-masing. Walaupun disekitar mereka begitu banyak keramaian,tak sedikitpun menganggu kesenyapan yg mereka ciptakan.

Sampai..

Pria bernama Soonyoung menyentuh dan menggenggam tangan Jihoon

Ia tersentak samar, terkejut dan menoleh

"Kau tahu aku sangat menyukaimu,aku menyayangimu. Bolehkah jika kata teman digantikan oleh kekasih?"

"Aku tak tahu maksudmu"

"Aku yakin kau tahu, sangat tahu maksudku Ji"

Bayangan itu, dimana malam yg indah bersama Soonyoung terngiang kembali. Disebuah bilik menatap hamparan bintang di luar jendela ia menitikkan air mata.

"Mungkin benar,aku terlalu suka melihatmu dari jauh daripada harus menemuimu. Maafkan aku"

Sebenarnya mereka hanya sepasang sahabat yg saling jatuh cinta namun satu pihak tak mau ada yg terikat. Ia adalah Jihoon. Egois,menutupi perasaannya sendiri demi menjaga persahabatannya hingga akhir. Hasilnya? Seperti benang terputus tidak bisa tersambung dengan sempurna.

●●●

Mengayuh sepeda dengan membawa beberapa botol susu diranjang depan, Jihoon merasa hatinya senang saat ini. Setiap berhenti dari satu rumah ke rumah yg lain ia akan bertemu dengan anak-anak balita. Sungguh menggemaskan batinnya.

"Annyeong baby Kim, kubawakan nutrisi untuk pagimu. Dan bibi Kim, ini khusus anda yg um.. sedang menyusui"

Bibi Kim tersenyum "gomawo"

Jihoon melempar senyum kala kembali ke sepedanya "bukan masalah, annyeong"

Ia kembali mengayuh sepeda, namun

Ckiiit

"Gawat" ia segera memutar balik sepedanya,namun suara nyaring membuatnya berhenti

"JIHOON!" Jihoon mendengar derap langkah cepat menghampirinya

"Ashh sial"

"Kenapa kau menghindariku?"

Jihoon menepikan sepedanya lalu menghadap pria yg membuatnya berhenti.

"Karena-"

"Karena apa? Setiap melihatku kau selalu pergi,apa aku hantu kau sampai seperti itu?" Jihoon menggigit bibir bawahnya

"Bukan seperti itu Soonyoung"

"Lalu?" Hatinya bergetar, jantungnya tiba-tiba berpacu cepat

"Ma-maafkan aku, tapi aku harus pergi" Jihoon membalikkan badan namun tangannya segera diraih dan

Grep

"Jangan seperti ini, aku merasa kosong tanpamu" Soonyoung memeluk Jihoon erat,seakan tak ingin si mungil pergi darinya.

"Lepaskan" Jihoon mencoba melepaskan pelukan Soonyoung

"Tidak. Kau tahu, aku menyesal karena setiap detiknya yg kita lalui bersama harus hilang. Dan aku tidak mau itu terjadi, aku ingin setiap detik kita bersama. Dan kau masih ingat malam itu? Aku serius menyatakannya" Jihoon menitikkan air mata,masih bungkam

 Dan kau masih ingat malam itu? Aku serius menyatakannya" Jihoon menitikkan air mata,masih bungkam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maukah kau menjadi kekasihku?" Soonyoung melepaskan pelukannya dan menatap Jihoon

"Hey jangan menangis, kau terlihat semakin imut" katanya sambil menghapus lelehan air mata Jihoon

"Soon"

"Ya?"

"Sebenarnya aku juga menyukaimu dari dulu"

"Woaah benarkah?" Jihoon mengangguk

"Jadi, maukah Lee Jihoon mengikat hatinya untuk Soonyoung?" Jihoon kembali mengangguk

"Ya atau tidak? Itu yg inginku dengar"

"Hmm" Soonyoung mengacak rambut Jihoon

"Hey, Ya atau tidak?"

Jihoon tersenyum "Ya"

"Ya?! Astaga senangnya" kembali memeluk Jihoon.

"Gomawo Ji" Jihoon mengangguk, dan melepaskan pelukan

"Kau tahu, kita menjadi pusat perhatian jika berpelukan terus"

"Aku tidak perduli" Soonyoung mengecup pucuk kepala Jihoon

"Yaak!"

Kau tahu Ji, aku juga sangat menyukai melihatmu dari jauh. Memastikan dirimu baik-baik saja tanpaku. Mungkin memang setiap detik kita tidak selalu bersama tapi yakinlah aku ada dibelakang mu di setiap langkah kakimu-Soonyoung











*END*

Vote+komentarnya ya. Saran masukan diterima.

HoZi DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang