Fariz

16.6K 716 3
                                    


Fariz sedang berada di kantornya, membolak-balik lembaran-lembaran kontrak kerja akan sebuah bisnis yang telah ia persiapkan sejak jauh-jauh hari. Di tengah keseriusannya, smartphone nya bergetar dengan kuat. Ia mengambil smartphone nya dan melihat ada panggilan masuk dari adiknya perempuannya, Susan.

"Hallo Susan" Fariz menjawab telepon sambil terus melanjutkan pekerjaannya.

"Maaf Tuan, Ini Ani, perawat pribadi Nyonya Susan, Nyonya Susan sekarang sedang di umah sakit, persalinanya lebih cepat 3 hari dari yang diperkirakan Tuan." Perawat tersebut menjelaskan dengan setenang mungkin.

"Andri sudah dihubungi?" Fariz berdiri dan mengenakan jas nya. Ia berjalan menuju pintu keluar kantornya dan segera mengambil kinci mobilnya. Ia berjalan melewati sekretarisnya dan memberi isyarat bahwa ia akan keluar dalam waktu yang lama.

"Sudah Tuan, Tuan Andri sedang dalam perjalanan dari luar kota. Sekarang sedang di pesawat menuju ke sini Tuan." Fariz terus mendengarkan. Ia kini sedang di dalam lift khusus yang menghubungkan setiap lantai langsung ke ruang kerjanya.

"Baiklah saya segera ke sana."

"Baik Tuan. Nyonya Susan sekarang di ruang persalinan 3 IGD. Saya akan mengurus administrasi rumah sakit dan menemani Nyonya Susan." Fariz kemudian mematikan smartphone miliknya

Setelah tiba di basement, Fariz langsung menuju mobilnya dan segera menuju ke rumah sakit tempat Susan di rawat.

Setibanya di rumah sakit

Fariz berjalan ke IGD dan mencari ruang persalinan. Ia mengikuti petunjuk yang terdapat di IGD dan tiba di depan pintu ruang persalinan. Saat itu seorang perawat berseragam warna biru tosca berteriak memanggil keluarga Ibu Susan. Fariz kemudian berjalan mendekat dan berkat "Saya keluarga Susan."

Seketika perawat tersebut menarik lengan Fariz dan membawanya ke sebuah ruangan. Saat itu, Susan sedang mengedan dan sesekali mengerang kesakitan. Fariz segera berlari mendekati Susan.

Saat itu Susan sedang dalam proses bersalin dibantu oleh seorang dokter wanita berpelindung lengkap dengan Apron putih panjang menutupi tubuhnya, sepatu boot, sarung tangan hingga ke siku, masker, dan topi berwarna hijau.
Apron dan sarung tangan sang dokter saat itu telah dipenuhi dengan darah. Kasur dan beberapa kain yang berada di bawah Susan serta kain yang mmenutupi paha Susan juga saat itu telah dilumuri oleh darah. Fariz tak bisa bergeming melihat begitu banyak darah yang keluar dalam proses persalinan sat itu. Ia bingung dan mematung.
Bapak, anak bapak akan segera lahir, tolong bantu dan dampingi istri bapak." Suara dokter tersebut terdengar jelas dan tegas, membangunkan Dan menyadarkan Fariz bahwa ia harus segera mendampingi adiknya. Ia bahkan tidak menghiraukan lagi kesalahan dokter menganggapnya sebagai suami Susan. Baginya kesalahan tersebut wajar mengingat Andri, adik iparnya, belum datang menemani susan.

Faris kemudian mnggenggam tangan Susan dan berkata "Susan, ayo berusahalah".
Fariz menyaksikan bagaimana keponakannya lahir. Saat itu ia merasa sangat tidak berdaya. Ia merasa kagum dengan kekuatan Susan dan dokter yang membantu proses persalinan tersebut. Ia pernah membaca bahwa nyeri pada proses persalinan melebihi ambang batas nyeri yang bisa ditahan oleh manusia dan pria tidak akan sanggup menahannya, dan ia mengakui kebenaran hal tersebut setelah melihat perjuangan adiknya.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara tangisan keponakan Fariz, seorang bayi laki-laki yang sehat. Fariz kemudian memotong tali pusat keponakannya secara langsung.

Ia merasa terharu, Ia mengelus kepala adiknya dan mencium pipi keponakannya yang sekarang sedang berada di pelukan Susan.

Perhatian Fariz kemudian beralih ke dokter yang saat itu sedang melanjutkan proses persalinan yaitu melahirkan plasenta. Pada proses ini darah yang mengalir lebih banyak. Ia mengingat bagaimana ketegasan sang dokter saat memimpin persalinan, bagaimana sang dokter bisa kuat dan lentur disaat yang bersamaan saat membantu proses pengeluaran bayi dari jalan lahir, bagaimana dokter tersebut bisa kuat menghadapi banyaknya darah yang keluar saat persalinan, bagaimana terampilnya ia di usianya yang masih terbilang sangat muda dibandingkan dengan posisinya sebagai dokter spesialis kebidanan.

Inikah CintaWhere stories live. Discover now