delapan belas

1.7K 416 44
                                    

Alora

Senin pagi, gue berjalan melewati koridor dengan wajah kusut, kalo kata Michael kek baju dikucek tapi ga disetrika.

Lemas, lesu, letih. Bayangin aja, Calum dari kemaren ga ngasih kabar.

Padahal tadinya gue mau minta dia jemput gue disekolah, karena waktu itu udah hampir jam tujuh dan sekolah udah gelap.

Lagi-lagi dengan terpaksa gue minta tolong Luke buat ngejemput. Awalnya gue kira Calum kecapean juga, karena katanya rapat osis selesai jam enam.

Tapi aneh, masa dia ga ngabarin gue setelah itu. Malemnya gue iseng nelpon dia, tapi ga diangkat. Gue sih positive thinking aja.

Yang penting, yang disana ga kek anjing aja.

Siangnya sebelum bel pulang, gue dapet kabar kalo katanya Calum sakit.

Akhirnya abis bel pulang, gue langsung pergi ke kantin beli kebab baba rafi buat Calum sama sebungkus ayam bakar Bu Nyinyit.

"Woi, Alora!"

"Loh, Luke? belom pulang?" tanya gue sambil menenteng makanan Calum.

"Nungguin lu." katanya. "Wah, boleh nih makanan." Luke mengambil alih bungkusan yang gue pegang.

"Siniin Luke." perintah gue yang ia balas dengan menjulurkan lidahnya dan mengangkat bungkusan itu keatas.

"Ye. Pendek, tangkep dulu kalo bisa!" remeh Luke yang membuat gue kesal.

"Luke!" ucap gue sambil berusaha meraih bungkusannya. "Kembaliin elah."

Luke masih memegang bungkusan itu, yang membuat gue kesal adalah makanannya bakalan acak-acakan.

"Luke. Itu. Buat. Calum." ucap gue dengan penekanan di setiap kata.

Raut wajah Luke tiba-tiba berubah, lalu ia menurunkan bungkusan itu dan mengembalikannya ke gue.

"Maaf." ucapnya. "Gue anterin pulang, kalo gitu."

Gue menggeleng. "Gue mau kerumah Calum." lagi, raut wajahnya berubah menjadi... kecewa?

Ia tersenyum tipis yang bahkan gue hampir gabisa ngeliatnya.

"Gue anterin, yuk."

Sesampainya gue dirumah Calum, gue disambut dengan keheningan. Gaada siapa-siapa di lantai bawah kecuali Bi Santi yang lagi asik telponan sama pacarnya.

"Calumnya mana, Bi?" tanya gue ke Bibi.

"Ora, aku maunya jalan sama kamu aja Mas!" ucap Bi Santi pada pacarnya diseberang sana. "Mas Calum diatas, Non."

Dengan itu gue langsung berjalan secepat kilat ke lantai dua, lalu mengetuk pintu kamar Calum.

Tok tok tok

Ini kenapa gaada yang nyaut?

Tok tok tok

"Sabodo dah." keluh gue yang akhirnya langsung membuka pintu kamarnya.

Terlihat Calum yang dibalut dengan jaket hitam dan selimut, tertidur pulas, gue tersenyum melihatnya lalu masuk dengan gerakan lambat.

Gue mendekatinya yang tidur diujung ranjang, gue menyisiri rambutnya lalu memegang dahinya.

"Panas." gumam gue pelan.

"Calum.." panggil gue pelan. "Bangun yuk, makan dulu."

Gue membelai seluruh bagian wajahnya yang perlahan membuatnya membuka mata.

Ia tersenyum lalu memposisikan dirinya duduk di kasur. Gue duduk disampingnya sambil membuka bungkusan tadi.

"Liat nih, aku bawain apa." gue mengeluarkan dua buah kebab dan ayam bakar. "Makan ya?"

Ia tidak berbicara tetapi mengangguk lalu gue memberinya ayam bakar dan mengeluarkan tempat makan gue yang berisi nasi.

"Makan." perintah gue yang ia turuti.

Saat Calum makan, gaada hal yang lebih menarik daripada ngeliat dia memakan makanannya. Dari caranya menyendok nasi lalu menyuapkan ke mulutnya dan mengunyahnya secara perlahan.

Sesaat, ia menyadari kalo gue daritadi ngeliatin dia. Mata hitam gue terkunci dengan mata coklatnya, lagi, ia tersenyum.

Ini orang gila kali ya, senyum mulu dari tadi, pikir gue.

Setelah Calum selesai makan, gue meminumkannya obat demam lalu gue mengajaknya ngobrol.

"Tau ga, Cal. Tadi bungkusan itu diambil sama Luke, terus dia ngejailin aku, dinaik-naikkin tuh bungkusan biar aku gabisa ngambil." adu gue pada Calum yang sedang memangku kepala gue.

Gue mendongak lalu melihatnya yang menatap gue dengan raut sedih, apa maksudnya?

Ia mengelus rambut gue bagai menyuruh gue melanjutkan cerita.

"Dia ngatain aku pendek! ih kesel tau ga, aku akhirnya bilang kalo itu buat kamu terus tiba-tiba dia diem. Takut kali ya sama kamu." ucap gue terkekeh diakhir kalimat.

Gue mendongak lagi untuk memastikan Calum mendengar cerita gue tapi tidak, ia menatap kearah lain.

"Calum?" panggil gue. Ia menundukkan kepalanya lalu mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu kenapa?" tanya gue lalu bangkit dan duduk disampingnya. "Kok diem?"

Ia tersenyum tipis, gue mendekat ke Calum, memeluk tubuhnya yang terasa hangat makin hangat karena demam yang dialaminya.

Gue memeluknya erat. "Calum, alu minta maaf. Kamu ga suka kalo aku ngomongin Luke?" gue mengelus punggungnya.

Ia menggeleng


"Maaf Calum, aku gatau."


"Aku yang salah, aku minta maaf." ucapnya tiba-tiba lalu menenggelamkan kepalanya di pundak gue.

Entah seberapa lama kami berpelukan, gue merasakan seragam sekolah gue sedikit basah.

Ia menangis.


•••
calum bajingan tp aku syg

16.59
28/11/16

Sejarah • cth | ✔Where stories live. Discover now