Sun <> Epilog

27.7K 2.6K 179
                                    

Amsterdam, 10.10

Amma berlari dari koridor satu ke koridor lainnya. Tangan Amma sibuk membawa berkas-berkas yang harus ia berikan kepada Mr. Snow hari ini juga. Jika dia tidak memberikannya tepat waktu, dia harus mengulang semester tiga lagi.

Ketika dia sibuk berlari, lapisan es licin membuat keseimabgan Amma menghilang dan ia tergelincir di lantai.

"Aduh ..." Amma mengusap pinggangnya yang sakit. Matanya menatap nanar berkas-berkas yang sekarang berceceran di lantai. Untung saja koridor ini sepi, jika tidak, Amma tidak mau membayangkan berkas itu harus diinjak oleh orang-orang yang lewat.

"Mau kubantu?" tanya seseorang, membuat Amma yang sibuk memungut berkasnya kini mendongak. Wajah cowok yang menawarinya bantuan terasa familiar di ingatan Amma. Namun, ada hal yang membuat ingatannya terhambat. Amma mengernyit. Jika dia memaksa ingatannya bekerja, dia yakin kepalanya akan pecah sekarang juga.

"Terimakasih," jawab Amma pelan.

Keduanya memungut berkas Amma dalam diam. Ketika semuanya berhasil terkumpulkan, cowok itu memberinya kepada Amma. Amma menerimanya dengan senang hati. "Terimakasih sekali lagi, ya ..." Perkataan Amma menggantung, dia tidak tahu siapa nama cowok di depannya.

"Willam, namaku William," sahut cowok itu seolah tahu apa yang ada di pikiran Amma.

Amma mengangguk-ngangguk, "Kau pasti sering dipanggil Liam, ya?"

William mengerutkan keningnya. "Sebenarnya banyak yang memanggilku Will, namun nama Liam terasa lebih enak didengar."

Mereka berdua berjalan beriringan dalam diam. Tidak ada kata canggung. Malah, mereka merasa nyaman satu sama lain. Entah kenapa.

"Oh, ya. Aku belum tahu siapa namamu," kata William, mereka berhenti berjalan.

"Aku Ammabel, sekali lagi—"

"Amma!" sebuah seruan membuat Amma menoleh ke asal suara, ternyata Wira. Senyum Amma langsung mengembang begitu melihat pacarnya berlari ke arahnya. Dia langsung merangkul Amma seraya mengoceh, "Aku cari kemana-mana ternyata di sini." Senyum Wira menghilang saat melihat Will tak jauh darinya.

"Kena—" Perkataan Wira terpotong.

"Will!" seruan lain membuat ketiganya menoleh ke asal suara. Seorang perempuan berambut pirang berjalan anggung ke arah mereka. Dia memeluk Will. "Aku mencarimu dari tadi, Bodoh."

Will menatap Holly sayang. "Maaf, ya."

Holly cemberut. Tak sengaja dia melihat Amma dan Wira, senyumnya perlahan pudar. "Kena—"

"Oh, ya. Holly, kenalkan. Ini Ammabel. Yang di sebelahnya sepertinya pacarnya," kata Will.

"Aku Wira," ucap Wira sebal.

Ammabel tertawa mendengar suara Wira. "Wira, dia Will. Tadi dia membantuku memungut berkas ini." Pandangannya beralih pada Will, "Besok malam ada acara pertunanganku dengan Wira, kuharap kau dan teman perempuanmu datang. Kau sudah membantuku membawa berkas ini dan aku merasa sangat berterimakasih."

"Tentu saja, aku akan datang bersama Holly," ucap Will senang.

"Jam 8 malam, ya," kata Amma sambil tersenyum.

"Ya, sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Hanya Holly dan Wira yang sadar.

Sebelum hari ini, ada cerita yang belum selesai.

Cerita yang selama ini Holly dan Wira simpan rapat-rapat.

Karena mereka tahu, Will dan Amma hanyalah dua kutub yang bermuatan sama. Pada akhirnya mereka saling menjauh.

= = = END = = =

ST [8] - Summer and Ammabel's PainWhere stories live. Discover now