Prolog

49.6K 772 61
                                    

Cerita ini akan saya pindah ke Webnovel. Masuk ke cerita Maybe I Love You. Bila ada yg ingin baca, boleh mampir ke akun MrsDharma. Terima kasih


Daffi

Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal saat kurasakan tangan-tangan kecil mulai mencubiti seluruh tubuhku. "Uggghhh ...." Erangku. Kubalikkan tubuh dengan posisi tengkurap. Kepala kubenamkan di dalam bantal.

Kurasakan sesuatu menimpa punggungku dan diiringi tawa-tawa khas suara anak usia 1,5 tahun. "Ooooommmm ...." Suara bocah-bocah kecil memenuhi apartemenku.

Masih tengkurap, kuacungkan remote tv ke belakang. "Nonton tv aja sana. Om ngantuk." Kataku. "Nonton spongebob sana." Kataku lagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam. Dua keponakanku ini susah sekali diajak tidurnya.

"Ooommm ...." Suara pekikan memenuhi telingaku. Salah satu dari mereka memukuli punggungku.

"Ndaaa ... oommm ... ndaaa ...."

"Au yaaahhh ... oommm .... Yaaahhh ...."

Ugghhh ... kenapa dua anak ini selalu menanyakan orangtuanya? Tidak tahukah mereka kalau orangtuanya sedang bulan madu. Bulan madu yng sesungguhnya setelah mereka dengan sabar menunggu si kembar cukup umur untuk di tinggal. Yah well ... bodoh. Pasti si kembar tidak tahu. Dasar, kejeniusan Daffi berkurang satu. Dan kurasakan kembali cubitan kecil nan sakit di punggung telanjangku.

"Ouuww ... sakit." Erangku. Ck!

"Ooommm ... angun ... omm." Lagi mereka merengek. Astaga! Galihhhh! Anak lo iniiii!!!

"Oke ... oke ... om gantengnya bangun." Gumamku.

Kubuka mataku dan menyingkirkan bantal yang sejak tadi jadi senjataku. Kalau tidak kubuat senjata, anak kembar ini akan menarik-narik rambutku. Dan itu tidak akan keren sama sekali. Tidak akan bisa aku bayangkan kalau kepala indahku ini pitak!

Kutolehkan kepalaku kebelakang dan dua keponakan kembarku menyunggingkan senyumnya. Memperlihatkan deretan gigi mereka yang putih. Kulihat jam menunjukkan pukul enam pagi. Dan ini hari sabtu. "Apaan sih? pagi-pagi udah bangun. Mau ngapain pagi-pagi?"

"Om Ogi. Yuk ...."

Kukerutkan keningku saat Gilang dengan semangatnya meminta bertemu dengan Bogi. Astaga! Keponakan unyuku ini diapakan oleh Bogi? "Ngapain sama om Bogi? Om Boginya masih tidur sayang." Aku bangun dari tidurku kemudian duduk memangku mereka berdua.

"Om Ogi." Kini Galang menatapku. Haisshh ... Jangan ngeliat om begitu. Serasa aku ini melihat Galih yang menatapku dengan pandangan memohon. Yaikkss...

"Kita nonton kartun aja. Oke?"

Kuraih remote tv dan menyalakannya. Spons berwarna kuning dan bintang laut berwarna pink menyapa kami. "Noh ... nonton itu aja. Nggak usah ketempat om Bogi."

Upsss .... Kenapa aku mengingatkan mereka? Astaga! Lupa! Tetapi sepertinya mereka berdua terlalu fokus dengan kartun itu. Kuhembuskan nafas dengan lega. Setidaknya aku masih bisa bersemedi di apartemen. Lelah kalau harus jalan-jalan dengan mereka berdua. Mereka terlalu aktif. Kalau hilang di keramaian, aku bisa di mutilasi oleh Galih. Dan sudah pasti di cincang Diandra. Oke ini ekstrem. Tidak mungkin mereka melakukan itu.

Pikiranku kembali pada beberapa tahun belakangan ini. Kisah hidup dari ayah dan bunda si kembar. Kasihan sekali mereka. Tetapi semua telah terbayar lunas. Mereka telah bahagia pada akhirnya. Kalau kusimpulkan, mereka itu sama-sama keras kepala dan sama-sama egois. Kuhela nafas pelan saat memikirkan betapa kasihannya Galih dan betapa menderitanya Diandra.

Cerita Cinta 4: Bukan Rayuan GombalWhere stories live. Discover now