Part 16

3K 255 21
                                    

"Bisa gak, kalau mutusin itu mikir dulu hah!" Ucap Bastian kepada Nadine.

"Heh, lo pikir gue gak mikir apa? Gue juga mikir kalau misal sponsorship gak di turuti, itu bakal kasih kesan buruk buat kita!" Jawab Nadine dengan suara yang tak kalah tingginya.

"Dan lo gak mikirin kalau ngerubah run down juga ngerubah semuanya. Kalau pengisi acara semua ngebatalin? Buat apa ada acara ini? Mikir ke situ gak? Jernihin otak dulu kalau mikir! Jangan ambil keputusan tanpa mempertimbangkan hal-hal yang mungkin menurut lo kecil," ucap Bastian yang tak kalah emosinya. Terlihat Gita yang mendengarkan hanya bisa menundukkan kepalanya. Sedangkan Nadine, ia sama sekali tidak runtuh, ia masih mempertahankan keputusannya.

"Gue gak bakal ngambil keputusan keburu kalau tadi, orang yang lo bela gak ngotot minta tempat!" jawab Nadine tak mau kalah.

Bastian tersenyum sinis, "lo tau siapa yang lo marahin dari tadi? Dia alumni dari BEM Psikologi."

Nadine berdecak mendengar penuturan Bastian, "Alumni kan? Kenapa harus istimewa? Apa karna mereka dari psikologi? Ingat ini acara Universitas, bukan Psikologi."

"Mereka, Donatur terbesar dari acara ini, dana yang masuk lebih besar dari dana yang masuk dari sponsorship yang lo banggain. Lo bilang kalau harus kasih kesan baik kepada sponsorship? Tapi apa yang lo lakuin? Bahkan lo gak bisa nerapin apa yang lo katakan barusan!" Ucap Bastian dengan emosi yang semakin memuncak.

"Dan lo gak jauh lebih dari anak kecil! Lo berdebat di depan semua mahasiswa, ngelihatin banget kalau kinerja kita buruk. harusnya lo sadar diri dengan tingkatan lo sekarang dan dengan jabatan yang lo pegang!" lanjut Bastian masih dengan nada tingginya.

Kali ini Nadine hanya diam, mungkin dia mulai sadar akan kesalahannya. Sedangkan Bastian hanya mengusap wajahnya kasar. Emosinya sudah di luar kendali.

"Seharusnya lo bisa nanya dulu siapa mereka kan? Emang dasarnya lo aja yang keras kepala. Baru hari pertama, gimana tiga hari ke depan hah?!" Ucap Bastian lagi.

"Acara yang lo pindahin jam 11, hapus dan cari penggantinya, biar gue yang ngomong sama mereka," ucap Bastian dan melangkah meninggalkan Gita dan Nadine.

"Dan ingat nanya dulu, jangan sembarangan," lanjut Bastian dengan nada yang sangat amat menakutkan. Sedikit tapi begitu menakutkan.

Nadine masih diam di tempat, begitu juga dengan Gita. Mereka kali ini begitu cemas dan merasa bersalah. Ingin rasanya meminta maaf kepada Bastian, namun ego masih menguasai dirinya, ego masih menang kali ini.

"Maaf ya Git," ucap Nadine sambil mendekati Gita.

"Gita juga salah kak."

"Yaudah, sekarang ayo kita perbaiki," ucap Nadine dengan memaksakan senyumnya.

Nadine dan Gita menghampiri panitia acara dan membicarakaan beberapa hal. Rapat dadakan antara acara dan Nadine sedang berlangsung. Mereka berusaha mengembalikan acara ke jalan yang seharusnya. Menghitung waktu, mencari pengisi acara pengganti, dan menyiapkan segala sesuatu yang mungkin akan terjadi lagi.

Cukup lama, bahkan 30 menit lagi, pengisi acara penutup yang seharusnya band legendaris dari kampus harus dengan berat hati diganti. Sedangkan, mereka belum menemukam siapa penggantinya. Otak mereka seketika terhenti begitu saja di pertengahan jalan. Entah bagaimana lagi caranya. Bahkan, semua pengisi acara yang pertama tadi sudah melepas  segala kostum yang mereka kenakan.

Nadine sedikit frustasi dengan kesalahan yang ia buat. Namun, tiba-tiba Kennan selaku MC acara menghampiri mereka.

"Sudah  ada pengisi acara buat pengganti teamnya kak Sean, dan mereka sudah siap di belakang," jelas Kennan yang membuat Nadine dan yang lainnya terkejut dan bingung.

"Gak usah bingung, nanti lihat aja siapa yang tampil dan kalian bisa nebak sendiri, saran dari siapa ini," ucap Kennan sambil berjalan ke arah panggung.

Suara kekecewaan dari mahasiswa memasuki telinga para panitia bazar. Hal itu sangat memilukaan bagi panitia yang lain. Namun hal itu tidak berlangsung lama, setelah Kennan mengucapkan beberapa kalimat misterius, semua yang hadir hanya diam dan menatap dengan tatapan bingungnya.

"Dan, inilah mereka,"

Terlihat The flight dan BAT. Iya Bastian Theo dan Angga. Tapi tunggu, mereka bahkan tidak hanya bertujuh seperti penampilan sebelumnya. Team paduan suara juga berdiri disamping kanan panggung.

Musik demi musik beralun dengan sangat merdu. Beberapaa lagu telah dinyanyikan. Bahkan, setiap lagu yang dinyanyikan bertambah lebih dramatis ketika beberapa pelakon dari UKM theater menaiki pentas. Improve yang sangat menarik.

Suara teriakan dari mahasiswa yang menyaksikan begitu antusias. Perpaduan yang sangat apik sebagai acara pengganti. Dikatakan pengganti, berarti mereka melakukan tanpa adanyaa proses latihan sebelumnya. Sungsuh sangatlah menarik.

Nadine dan Gita yang menyaksikan dari samping panggung, hanya dapat diam di tempat. Malu? Bersalah? Bangga? Campur aduk menjadi satu. Apalagi ketika ia menyadari, bahwa Bastianlah pemecah masalah ini.

Tepat pukul 11.30 acara selesai, barisan mahasiswa yang tadi ikut berpartisipasi dalam acara ini mulai sedikit demi sedikit menghilang. Panitia sudah sibuk merapikan kembali perlengkapan penunjang acara.

Setelah sholat dhuhur, panitia kembali berkumpul di auditorium ormawa. Evaluasi acara hari pertama segera dilaksanakan. Dipimpin oleh Bastian, dan masih diawasi oleh beberapa panitia inti dari acara diesnatalis yang siap mengkritik segala kesalahan yang terjadi di hari pertama.

Semua panitia sudah kembali ke rumah atau kost masing-masing, ruangan ini hanya menyisakan beberapa panitia yang menyekesaikan tugasnya di hari berikutnya, tak kecuali Bastian. Ia masih berdiam diri di dalam ruangan. Memikirkan apa yang sudah dia lakukan tadi siang.

"Kenapa harus bentak-bentak si Bas?!" Ucap Bastian pelan sambil menjambak rambut tipisnya.

"Ada yang tau Nadine atau Gita?" tanya Bastian kepada salah satu panitia yang ada di ruangan yang sama dengan Bastian saat ini.

"Gita lagi ngobrol sama MC di bawah, tapi kalau Nadine gue gak tau Bas, udah pulang kali."

Bastian segera menemui Gita untuk meminta maaf akan kejadian tadi siang. Inilah sisi dari  Bastian, meskipun ia benar, tapi kalau sampai mengeluarkan kata-kata kasar atau suara yang keras kepada perempuan, maka sisi hello kitynya akan keluar.

♡♡♡

Tok... tok... tok

Bastian mengetuk pintu rumah Nadine. Iya, Bastian mengampiri rumah Nadine terlebih dahulu sebelum ia kembali ke dalam goanya.

"Nadinenya ada bu?" Ucap Bastian sopan saat seorang wanita paruh baya membukakaan pintu.

"Ah iya non Nadine ada di kamar, silahkan masuk den, biar saya panggilkan non Nadinenya," jawabnya dan perempuan tadi adalah Biyun-Asisten rumah tangga di rumah Nadine.

"Kenapa?" Ucap Nadine ketus. Bukan maksud Nadine ketus, tapi ia belum siap bertemu dengan Bastian setelah kesalahan apa yang ia ciptakan tadi siang.

"Maaf," satu kata yang keluar dari bibir Bastian. Detik itu juga, kegugupan dan penyesalan Nadine semakin bertambah. Bahkan untuk memasang wajah ketusnya saja ia sudah tidak sanggup, ekspresi serba salahnya sudah terlihat jelas dari raut wajah Nadine.

"Maaf udah bentak lo tadi siang, dan maaf kalau ada kata-kata yang nyinggung perasaan lo."

***

Hayo hayoo, ada yang mau dimarahin Bastian? Atau ada yang mau jadi pendamping hidupnya Bastian?

Keep vote and comment ya, thankies.

7 Desember 2016

Merinda Pahlawanti NP

Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang