Part 22

3.3K 196 17
                                    

"Gimana informasinya?"
"Lengkap, nama, semua anggota keluarga dan daftar kekayaan."
"Bagus, kirimkan semua dan terus awasi setiap gerak-gerik mereka, jangan sampe lepas,"

Tittt,

Sambungan telfon akhirnya terputus. Senyum licik kemenangan terukir di bibir kecilnya. Jangan salahkan seseorang jika dendam sudah menyelimuti jiwa raganya.

"Tunggu tanggal main dari gue, sebentar lagi," ucap seorang gadis yang selalu memantau kegiatan Bastian, Nadine dan sanak keluarganya.

"Serius dengan cara ini lo bakal berhasil?" Tanya seseorang yang ada di meja yang sama dengan gadis tadi.

"Gue yakin, kelemahan dia ada dengan gadis lumpuh itu, sejauh apapun dia lari kalau kelemahannya selalu kita pegang, dia akan ketangkep juga."

"Jadi? Langsung ambil?"

"Jangan, biarkan mereka mengadu kasih, setelah itu kita jatuhkan secara perlahan. Gue masih mau main-main sama mereka," jawabnya dengan senyum licik di bibirnya.

•••••

"Sibuk banget sih Bas kamu," ucap Nadine sambil mengetuk-ngetuk meja.

Bastian menatap raut wajah Nadine yang mulai bosan. Ia pun segera menutup laptopnya dan memasukkan semua kertas yang ada di meja cafe ini.

"Maaf ya sayang, sebentar lagi kan UAS, aku harus ngejar tugasku," jawab Bastian sambil menggenggam tangan Nadine.

"Bas," panggil Nadine dan Bastian hanya menatap Nadine.

"Kapan aku bisa jalan?" Tanya Nadine dengan raut kesedihan. Bastian menggenggam tangan gadisnya saat ini, ia tau betapa berat ada di posisi Nadine saat ini. Tugas dialah, tugas dialah saat ini yang harus memberi segala bentuk semangat untuk Nadine. Bukannya dia harus berjuang? Berjuang untuk Nadine, kebahagiaan Nadine, itulah cintanya.

"Hei lihat mataku," ucap Bastian sambil mengangkat wajah Nadine untuk menatapnya.

"Sebentar lagi, sebentar lagi pasti sembuh. Dengar, kamu pernah bilang harus selalu berpikiran positif untuk mendapatkan apa yang diinginkan kan? Kamu juga harus punya tekad kalau besok kamu akan sembuh. Karena memang kamu akan bisa berlari lagi sayang," ucap Bastian dengan penuh rasa kasih sayang.

"Asal kamu tau, apapun keadaan kamu aku tetap cinta kok," ucap Bastian sambil menaik turunkan alisnya, ia berusaha memecahkan situasi sedih ini. Dengan cepat Nadine mencubit lengan Bastian.

"Gak cocok banget buat ngegombal," jawab Nadien dengan tawanya.

•••••

Bastian mendorong pelan kursi roda Nadine menuju kelas Kuliah pertama Nadine. Sesekali Bastian mendorong keras kursi rodanya yang mendapat hadiah pukulan beserta omelan dari Nadine. Banyak pasang mata menatap iri dan ikut tersenyum. Sudah tau kan bagaimana pesona seorang Bastian Reuel di kampus ini? Meskipun gak semua tau juga, tapi kinerja Bastian dalam setiap acara membuat namanya melambung tinggi di satu arena kampus ini.

Saat ia melewati area parkir Fakultas Ekonomi, tiba-tiba tubuh Bastian ada memeluk dari belakang. Nadine yang bingung kenapa Bastian berhenti akhirnya ia menoleh ke belakang dan matanya memanas seketika. Bastian merasa benar-benar diganggu. Ia dengan cepat melepaskan tangan yang memeluknya dengan keras, ia tak peduli siapa yang sedang memeluknya.

Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang