1. LULUS (part A)

23.8K 685 10
                                    

Mencoba dan berusaha serta dibarengi doa, maka semesta akan ikut serta mengamini harapan kita.

-

dwbrs

Alunan musik Shape of you − Ed Sheeran berdering memenuhi isi ruangan kamar bernuansa biru itu. Putri tidur terbangun dari tidurnya, tangan kirinya mengucek-ngucek matanya yang enggan rasanya ia buka, sedangkan tangan kanannya meraih ponsel cerdas miliknya dan melihat siapa gerangan yang mengacaukan tidurnya.

Dengan keadaan setengah sadar, diangkatnya telepon itu dengan malas. "Hallo Tan, lo sudah siap belum? Lima belas menit lagi gue sampai rumah lo ya, gue gak mau nunggu lagi. Lo harus sudah siap!!" Suara cempreng Gita yang terdengar nyaring dari ponsel yang ia letakkan di telinganya saat ini.

"Iyaaaaa, Ini gue udah siap!" Sahut Tania dengan kesal.

"Hehe oke deh bebikuh, gue otw now," suara cengengesan dari seberang sana terdengar jelas, lalu telpon itu pun terputus.

"Mampus deh gue!" Tania menepuk jidatnya gusar.

Tania melihat jam yang ada di ponselnya, dengan gerakan cepat ia segera bangkit dari tidurnya dan menuju toilet yang ada di kamarnya, tidak lupa merampas sembarang handuk favorite-nya, yang tergantung rapi di tembok.

Gita itu sahabat Tania sejak Sekolah menengah pertama. Namanya Gita Shafilla Amora. Tubuhnya berkulit coklat, dengan bobot badan ramping dan tidak begitu tinggi, dengan rambutnya sebatas bahu yang mengesankan ia semakin imut.

Awalnya mereka berteman karena adanya pertukaran kelas. Entah mengapa mereka berdua masuk kelas unggulan waktu itu, karena mereka berdua sama-sama mendapatkan ranking 5 besar di kelas mereka masing-masing. Jadilah mulai di situ mereka berteman.

Tinnn... tinnn... tinnn...

"Rambut gue belum di kuncir lagi," dengan terburu-buru rambut lurus hitam panjang miliknya ia ikat sembarangan menggunakan jeday ─jepitan baday─ yang baru ia beli dua hari yang lalu.

Tania keluar dari kamarnya dan menemui sahabatnya di luar pagar. Suara klakson motor Gita yang sangat berisik itu, mendadak membuat keributan di area rumahnya. Jangankan Tania, sampai-sampai semut yang sedang tidur pun berlari cepirit untuk bersembunyi tidak ingin mendengarkan keberisikan itu.

"Bisa gak sih Git gak usah lebay? Emang lo gak bisa ya masuk aja ke dalam rumah gue dulu?" Tania kesal setengah mati, ia sudah kebal melihat tingkah sahabatnya itu yang terbilang ajaib.

"Enggak!" Sahutnya seenak jidat.

"Emergency nih. Kita sudah telat, cepetan naik. Entar aja deh kalau elo mau omelin gue." tambahnya dengan mengibaskan tangannya ke depan. Dengan nafas yang masih belum stabil dan juga merasa dongkol dengan temannya ini, Tania naik ke atas motor matic Gita dan memakai helm miliknya.

****

Hari ini adalah hari penentuan kelulusan murid baru di SMA Cahaya. Pagi ini mereka pergi ke sana, beberapa hari yang lalu mereka mendaftarkan diri di sana. SMA Cahaya merupakan salah satu sekolah ter-favorite di kota ini.

Gita membawa motornya dengan kecepatan tidak seperti biasanya ─like a turtle─ tapi kali ini berbeda, dengan kecepatan 100 km/jam membuat jantung orang yang di boncengnya bisa copot. Layaknya seorang pembalap Moto Gp, tancap gas secepat kilat.

"Eh monyet, pelan-pelan bego!" Di tepuknya punggung Gita dengan kencang. Gita tidak peduli atas teriakan Tania.

Ciiiiitttttt...

Suara rem motor itu berbunyi nyaring ke telinga, membuat orang-orang di sekitar mereka merasa ngilu mendengar dencitan itu. Gita menarik rem penuh melihat lampu merah menyala, "Mendadak otak gue pengen nerobas nih lampu merah," Katanya, setan yang ada di sekeliling Gita mulai berbisik halus di telinganya.

Sebenarnya Gita bukan tipe orang yang suka melanggar lalu lintas tapi untuk hal-hal desakan begini mau tidak mau harus dilanggar. Tania mendengus kesal pada sahabatnya ini, "ini sudah jam berapa?" tanya Gita lagi.

Segera Tania mengambil ponsel di dalam sling bag yang dipakainya saat ini dan melirik layar ponselnya "sepuluh menit lagi jam 1 sih, kenapa?" tanya Tania sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam sling bag itu.

"Eh? 10 menit lagi dong ya? Kita telat!" Gita berargumen.

"Saran gue kita trobos aja lampu merah, kayanya gak ada Polisi," kata Tania.

Mereka berdua melirik sekeliling untuk memastikan keadaan. Melihat situasi yang sekiranya aman dari polisi, tangan kanan Gita menarik gas motornya dengan kuat dan melaju dengan cepat.

"Lo pegangan gue."

Tangan Tania langsung memeluk pinggang sahabatnya itu, tanpa ba-bi-bu motor itu melaju cepat menembus kemacetan. Walau pun mereka melanggar lalu lintas, tetapi tidak mengapa. Sekali ini saja.

"Selamaaatttt!" Tania berkata dengan lega sambil mengelus dadanya ketika mereka telah sampai di depan gedung sekolah tersebut.

****

[REVISI]

MEI, 28 2017

April, 17 2018

FOLLOW IG AUTHOR @dwbrs

TANIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang