Chapter 5

302 39 6
                                    

...

Hari itu, benar-benar hari yang cerah untuk berlayar. Dengan posisi matahari yang berada tepat di atas kepala, dan awan putih yang berarak liar diterpa hembusan angin yang kuat. Air laut pun tampak tenang. Sama sekali tidak ada tanda bahwa badai akan datang menghampiri mereka.

Di geladak utama (main deck), Jeslyn berdiri di dekat pagar pembatas sambil memandang hamparan laut biru dihadapannya. Untung saja ia memakai pakaian yang cukup hangat, karena saat itu angin sedang berhembus cukup kuat. Kekebalan tubuhnya memang kurang, membuatnya sering terkena penyakit flu dan sebagainya. Karena itu, Jeslyn harus menjaga dirinya sendiri dengan baik jika tidak ingin jatuh sakit.

Gadis itu kembali menyisipkan anak rambutnya ke belakang telinga, beberapa berterbangan dan menghalangi pandangannya, Jeslyn pun jadi harus memegangi rambut hitamnya yang tergerai bebas. Selain rambutnya, angin nakal juga memainkan syal berserta rok selutut yang dikenakan gadis itu, keduanya berkibar tanpa henti.

"Jeslyn," panggil Hilda, membuat sang gadis menoleh padanya. "Ya, Nek?".

"Apa kau kelelahan? Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, aku jadi mengkhawatirkan keadaanmu. Kau pasti tidak terbiasa dengan semua ini, ditambah lagi kau baru saja sembuh dari mabuk laut mu" tuturnya.

"Aku baik-baik saja, setelah menghirup udara segar rasa mualnya sudah mulai berkurang. Aku juga sudah meminum obat yang Nenek berikan, jadi tenang saja"

"Kalau begitu, baguslah.." Hilda balas tersenyum saat melihat Jeslyn tersenyum kearahnya. Lalu kembali berkata. "Kita akan tiba di pulau itu beberapa jam lagi. Kau pasti akan menyukai tempat itu, karena disana sangat indah".

Setelah mengatakan hal itu, Hilda pergi meninggalkan Jeslyn. Mungkin ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

"Hm. Indah, ya? Tapi.. jika pulau itu benar-benar indah, kenapa mereka tidak mau pergi ke sana?" racaunya tidak jelas. Jeslyn memejamkan matanya sejenak.

Ia berusaha mengingat kembali, kejadian beberapa jam yang lalu. Alasan dirinya bisa terjebak di tempat itu bersama Hilda.

<<<

# Flashback

Pagi itu, Revan berjalan dengan terburu-buru menuju pondok tempat Jeslyn beristirahat semalam. Setelah sampai, ia langsung mendobrak pintu dan membuat seseorang menjerit karena terkejut. Mata berwarna biru terangnya melotot tajam pada sang pelaku yang membuatnya terkejut setengah mati, gadis itu sedang merapihkan barang-barang yang ada disana seperti semula saat Revan datang dengan mendobrak pintu.

"Apa-apaan--"

Sebelum gadis itu menyelesaikan perkataannya, Jeslyn sudah lebih dulu ditarik paksa oleh Revan. Mereka berdua pergi meninggalkan pondok dan mulai berjalan ke arah bangunan besar di depan mereka. Pemuda itu membawanya ke dalam rumah untuk menemui Hilda.

"Bisakah kau berjalan lebih pelan? Aku kesulitan disini, langkahmu itu telalu panjang untuk di ikuti!"

Dari belakang sana, Jeslyn bisa mendengar Revan bergumam. Sebelum mempercepat langkahnya, dan membuat gadis itu harus berlari mengikutinya.

"Maaf. Tapi kita tidak punya banyak waktu lagi," wajah pemuda itu tampak lebih pucat dari biasanya, dan keganjilan itu tertangkap oleh kedua mata jeli Jeslyn. "Semoga saja Nenek belum memutuskan apapun..".

Meski kebingungan, Jeslyn masih mengikuti Revan sampai keduanya sampai di ruang keluarga. Di sana Jeslyn bisa melihat para cucu Hilda yang berkumpul bersama, termasuk Revan yang baru saja tiba. Hal itu, menciptakan tanda tanya besar dibenak Jeslyn.

Lucky GrandchildDonde viven las historias. Descúbrelo ahora