Chapter 11

193 16 6
                                    

...

Jeslyn memandang cemas ke sembilan pemuda itu. Mereka tampak menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda, beberapa dari mereka terlihat tidak peduli dengan ucapan Daniel, dan yang lainnya memilih bungkam.

Gadis itu hanya bisa berharap bahwa jumlah orang yang tidak menyetujui ide itu jauh lebih banyak dibandingkan orang yang menyetujuinya.

"Yah, sejak awal aku memang kurang merasa nyaman berada didekatnya. Jadi kurasa itu bukanlah ide yang buruk" pendapat pertama disampaikan Bobby dengan sangat lancar.

Jeslyn sungguh sudah menduga bahwa pemuda itu akan setuju dengan ide bodoh Daniel, jadi ia tidak terlalu terkejut saat mendengar Bobby mengatakannya. Tapi ia benar-benar terkejut saat mendengar Kelvin yang juga menyetujuinya. Padahal Jeslyn sempat berpikir bahwa pemuda itu akan menolaknya, mengingat ia sudah memperlakukan Jeslyn dengan baik beberapa saat yang lalu.

"Aku tidak keberatan" katanya dengan sikap yang sangat tenang.

'Ternyata dia sama saja dengan saudara-saudaranya!'  batin Jeslyn menjerit, ia bahkan menggumamkan sumpah serapah dengan begitu cepat dan berulang-ulang layaknya seseorang yang tengah merapalkan mantra.

"Bagaimana dengan kalian?" Daniel bertanya pada saudaranya yang lain, mereka memang tidak mengatakan apapun. Tapi Jeslyn sangat yakin, bahwa dirinya melihat beberapa orang di antara mereka menganggukkan kepalanya dengan sangat pelan.

"Ku anggap semuanya setuju," pemuda itu tiba-tiba berdiri. Ia condongkan tubuhnya ke depan, hingga wajahnya berada sangat dekat dengan wajah Jeslyn. "Jadi, apa yang harus ku lakukan denganmu? Apa aku perlu menguncimu di kamar agar tidak melarikan diri atau aku harus mengikat tubuhmu di pohon dan mengumpankannya pada hewan liar?"

"Hah. Seperti kau berani saja melakukan hal itu" ia mendengus saat mendengar perkataan sang pemuda. Mungkin sekarang ia terlihat sangat tenang dan seolah menantang Daniel. Tapi jauh di dalam hatinya, ia sudah menjerit-jerit meminta permohonan untuk tidak ditinggalkan.

"Tentu saja kami bisa melakukan hal itu, meninggalkan mu disini bukanlah hal yang sulit."

Brak

Gadis itu menggebrak meja dengan cukup keras, tak peduli dengan keadaan lengannya yang masih terluka. Tubuh Jeslyn ikut mencondong ke depan, wajahnya pun ia majukan lebih dekat ke wajah Daniel dan menyisakan jarak 5 cm di antara mereka.

"Kalau begitu, coba lakukan.." ia memicingkan matanya, dan memandang sengit ke arah Daniel. Sekali lagi, ia kembali menantang Daniel dengan kata-katanya.

'Jesy bodoh! Apa kau berniat menggali kuburanmu sendiri, huh?! Bagaimana jika mereka benar-benar meninggalkanmu?!'  jeritnya frustasi.

"Kau yang memintanya" setelah mengatakan hal itu, Daniel pergi menyeret Jeslyn dan mengurung gadis itu di dalam kamar.

Blam

Pintu di tutup dengan kasar, tepat dihadapan Jeslyn yang baru saja menyadari kebodohannya. Gadis itu harus belajar untuk lebih memperhatikan perkataannya. Tapi ia sudah terlalu biasa mengatakan hal yang berkebalikkan dengan apa yang dirasakannya, dan kejadian tadi itu benar-benar diluar perkiraannya. Jeslyn sama sekali tidak pernah menyangka bahwa mulutnya itu akan membawa malapetaka untuk dirinya sendiri.

'Sekarang, apa yang akan aku lakukan?'  pikirnya gusar.

Ia mengusap wajahnya kasar, kemudian mendesah lelah. Matanya bergulir gelisah ke sekeliling kamar, mencoba mencari jalan keluar untuk masalahnya ini.

Pada akhirnya, ia tidak menemukan apapun yang dapat membantu dirinya. Jeslyn memilih untuk meletakkan daun telinganya di dekat pintu demi mencuri dengar percakapan para cucu Hilda di luar sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lucky GrandchildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang