Chapter 15

14K 547 27
                                    

"Non bangun.... Bibi khawatir sama keadaan non"

Bi tami terlihat sedang menangis di samping tempat tidurku.

"Non kita ke dokter yuk, Biar kita tau non sakit apa?"

"Ga usah bi, aku gapapa. Aku cuma butuh istirahat aja"

Aku berusaha menolak ajakan bi tami karena aku takut nanti mereka akan tau penyakit aku apa.

"Tapi non muka non itu pucat sekali. Bibi khawatir non"

Sela-sela percakapanku dengan bibi terdengar ketukan pintu dari dalam. Bi tami berjalan mendekati pintu itu untuk membukannya. Ternyata betapa kagetnya aku.

"Permisi bi"

"Iya-iya tuan, silakan masuk"

Papa tersenyum dan langsung masuk. Ia melihat kamarku yang layak untuk ditempati, raut mukanya terlihat sedih.

"Tuan, non saya permisi ke dapur dulu" Bi tami sengaja pergi untuk memberi kesempatan aku berbicara dengan papa.

"Gina... Mama yang suruh kamu tinggal disini??"

"Hmm... iya pa tapi gapapa kok ini udah cukup buat aku"

"Nak, Tapi kamu lihat sendiri. Kamar ini jauh dari layak untuk ditinggali kenapa kamu mau menerimanya"

"Udah pa gapapa" ulangnya "Lagi pula mama...."

"Iya papa tau, papa kesini mau minta maaf sama kamu karena selama ini papa enggak berdaya membela kamu. Karena kamu tau gimana sifat mereka"

"Papa memang bukan ayah yang baik buat kamu, papa hanya diam melihat kamu diperlakukan kasar sama mama dan giselle. Sekali lagi papa mau minta maaf sama kamu. Kamu mau maafin papa kan?"

"Papa ga usah minta maaf sama aku, papa adalah ayah terhebat sampai kapan pun. Aku sayang papa"

Papa mengeluarkan air mata untuk pertama kalinya. Aku langsung memeluk tubuhnya karena itu adalah momen terindah yang pernah aku alami di hidupku.

"Nak, tunggu dulu" papa memegang dahiku "Badan kamu panas banget, ayo kita ke dokter"

"Ga usah pa, aku gapapa mungkin aku cuma kelelahan"

"Ga mungkin, selama ini selalu perhatiin kamu dan setiap papa liat kamu terlihat tidak sehat. Jujur sama papa kamu sakit apa?"

"Sakit apa?? Aku ga sakit. Aku cuma.."

"Ikut papa sekarang" Papa langsung mengangkat badanku dari temoat tidur dan beranjak keluar rumah.

Dalam perjalanan papa mengemudikan mobilnya dengan cepat, Wajahnya terlihat khawatir.

"Pa...."

"Iya??"

"Aku sayang banget sama papa, mama dan ka giselle"

Papa memandang kearahku dengan muka bingung

"Papa, mama dan giselle juga sayang sama kamu"

"Iya aku tau kok pa, aku selalu berdoa untuk kebahagian papa, mama dan ka giselle..... walaupun aku mungkin enggak bisa melihat kebahagian itu di antara kalian lagi nanti"

"Maksud kamu apa, nak?

"Iya, kalau misalnya aku enggak ada di dunia ini lagi. Aku ingin melihat keluarga kita itu selalu bahagia"

"Kamu ngomong apa sih?? Jangan ngomong macem-macem. Papa ga suka itu"

Papa terlihat sangat fokus untuk mengantarku ke rumah sakit.

Kenapa Aku yang Selalu di SalahkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang