Two face

218 43 5
                                    

Dengan perut yang keroncongan, aku meninggalkan kelas yang sudah sepi. Gara-gara UH dadakan aku jadi telat ke kantin.

"Vann," Vanno berjalan ke arahku.

"Kenapa Vann?"

"Gue denger dari Windi lo minta Arman buat mentorin lo, terus tempo hari juga dia liat lo sama Arman di perpus. Kalo emang lo gak nyaman sama cara belajar gue bilang aja Vann, gue minta maaf Vann."

"Eh? Gu-gue cuma mau jaga perasaan Windi aja kok, Vann. Gue gak maksud bikin lo merasa bersalah, gue minta maaf."

"Tapi lo mau 'kan gue mentorin lagi. Soal Windi gue yang ngomong sama dia, dia pasti bakal ngerti kok. Windi bukan orang yang kayak gitu."

Amasa?? Kalo bukan cewek lo yang ngancem gue pake surat disuasi itu terus siapa dong? Gue juga gak bakal minta Arman buat mentorin gue kalo Windi gak gitu Vann.

"Sorry Vann, tapi--"

"Vanno! Aku cariin daritadi tau nya disini. Hai Vanny!"

Meskipun aku masih sebal tapi aku masih punya tata krama, jadi ku balas dengan senyuman.

"Vanno ayo kita ke kantin."

"Lo mau bareng Vann?" Plis musnah 'kan makhluk bermuka dua seperti ini.

"Gue ada janji sama Jessica dan Zera. Nggak deh."

"Ok, kita duluan ya, Vann." Setelah Vanno berkata seperti itu Windi menyeretnya menuju kantin.

Cewek gandes yang Vanno banggain gak segandes keliatannya. Two face.

#31DaysWritingChallege

10 Desember 2016

31 Days Writing Challenge #1 ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن