Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Part 2

78.1K 3.8K 94
                                    

"I won't stress myself out about things I can't control or change."

-Dicko Marvel Hariandi

Sehari sebelumnya ....

Hampir pukul tujuh malam saat sedan yang Dicko kendarai tiba di halaman rumah ibunya, Merredith Cho. Perempuan itu menempati sebuah rumah besar berlantai tiga yang juga digunakan sebagai kantor dan studio foto.

Merredith berasal dari Negeri Ginseng, Korea. Dia adalah fotografer profesional, sekaligus pemilik studio foto terkemuka di Jakarta. Merredith bertemu dengan ayah Dicko, Jonas Hariandi, di Singapura dan menikah dua tahun kemudian. Lima belas tahun membina rumah tangga, mereka akhirnya bercerai baik-baik tiga tahun lalu.

Sedih? Tentu. Anak mana yang tidak merasa begitu jika orang tuanya berpisah? Akan tetapi, ayah dan ibunya sukses memberikan pengertian, bahwa meskipun bercerai, kedekatan mereka sebagai keluarga tidak akan berubah. Bahkan hingga saat ini, Merredith dan Jonas tetap berteman baik. Jadi bisa dikatakan, perpisahan mereka tidak menimbulkan trauma mendalam terhadap Dicko.

Mengenai hak asuh, Dicko tetap berada dalam pengawasan ayah dan ibunya secara bergantian. Dia menghabiskan tiga hari dalam seminggu bersama Jonas, tiga hari bersama Merredith, dan satu hari di akhir pekan bersama keduanya. Biasanya mereka bepergian ke suatu tempat wisata atau menginap di sebuah vila.

Untung bagi Dicko, Merredith sudah berpindah kewarganegaraan, jadi perempuan itu tetap tinggal dan bekerja di Indonesia. Dicko tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ibunya kembali ke Korea. Dia akan kesulitan memilih untuk tinggal bersama siapa.

Sesuai jadwal, hari ini Dicko akan tinggal bersama Merredith hingga Sabtu. Ibunya tak tinggal sendiri, sepupunya dari Seoul menetap di Jakarta sejak tiga tahun lalu. Namanya Hana Kim, perempuan berusia 25 tahun yang menyukai dunia modelling dan Dicko memanggilnya Nuna.

"Selamat dataaang," sapa sebuah suara ceria begitu Dicko menggeser sliding door. Itu suara Hana yang sudah sangat fasih berbahasa Indonesia.

"Hai, Nuna!" balas Dicko setelah memunculkan diri dari balik pintu.

Hana berdiri di dekat meja resepsionis yang cukup tinggi, dengan sebuah map berwarna kuning tua di tangan. "Dicko!" serunya riang setelah mengetahui siapa yang datang. Dia segera meletakkan map itu ke atas meja.

"Hai, Joong-ki!" Ghina, sang resepsionis yang tubuhnya sedikit tersembunyi di balik meja, menyapa Dicko sambil melambaikan tangan penuh semangat dan senyum merekah.

Perempuan yang berusia sebaya dengan Hana tersebut selalu memanggil Dicko demikian. Katanya, itu adalah nama aktor Korea yang mirip dengan anak bosnya itu. Dicko semakin penasaran, seberapa miripkah mereka? Akan tetapi, sampai detik ini, dia selalu lupa mencari foto artis yang bersangkutan di internet.

"Hai juga, Mbak Ghina," Dicko membalas disertai senyuman yang bisa membuat gadis mana pun tak berkedip. "Tumben jam segini belum dijemput, Mbak?"

"Ban mobil adik Mbak, si Galih, bocor. Barusan nelepon, lagi pasang ban serep katanya," jawab Ghina dengan ekspresi kuyu.

"Kalau gitu, ikut kita ke atas dulu aja. Aku bawa makanan. Pasti belum pada makan malam, kan?" tawar Dicko.

"Iya, kami belum makan. Bawa apa lagi, Ko?" Hana melirik goody bag berwarna putih yang ditenteng sepupunya, terlihat penasaran. Dicko memang selalu membawa makanan yang dibuat oleh Jonas setiap kali datang kemari.

Jonas Hariandi adalah pemilik restoran di kawasan Bintaro. Dulu dia bekerja sebagai head chef sebuah hotel berbintang di Singapura. Setelah menikah dengan Merredith, Jonas mendirikan restoran yang diberi nama Chez Elles yang berarti rumah.

If I Could TURN BACK Time [Flora - Dicko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang