INNOCENT : PART 7

1.4K 120 0
                                    

"Anastasia Creighton? Putri Prof.Creighton? Ta-tapi— Bagaimana bisa?" Ucap Lewis heran.

"Awalnya aku juga tidak percaya. Tapi, ada satu hal yang menarik. Di tengkuk Anastasia terdapat tulisan 'Human-207'. Human-207 atau HMN-207 adalah hasil penelitian Prof.Creighton. Dan juga dia menghilang dari TKP saat malam kejadian sedang berlangsung," Jelas Daniel.

"Dari mana kau tahu bahwa Anastasia menghilang semenjak waktu kejadian sedang berlangsung?."

Daniel menghela nafasnya dan menyandarkan punggungnya di kursi. Ia diam sejenak untuk memikirkan perkataan yang harus ia lontarkan kepada Lewis.

"Gadis itu ada bersamaku."

Lewis membelalakkan matanya. "Apa?."

"Aku bertemu dengannya di malam saat kejadian sedang berlangsung. Tiba-tiba ia pingsan di depanku di tengah jalan."

"Apa dia masih bersama denganmu sekarang?."

"Iya. Dia masih bersamaku."

"Bisakah kau mengajaknya kemari? Kami ingin meminta keterangan kepadanya."

Daniel tampak berpikir. "Aku akan mengusahakannya."

----###---

TING TONG!

Bel pintu rumah Daniel berbunyi. Pelayan Harold segera berlari menuju pintu sambil berpikir, siapa datang untuk bertama sepagi ini? Saat pintu dibuka, sosok pria bertubuh tegap dan mempunyai wajah mirip dengan Daniel berdiri di hadapannya. Pelayan Harold terkesiap dan segera membungkuk hormat kepada Tuan Glanville.

"Tuan Besar," Ucapnya. "Apa yang Tuan Besar lakukan pagi-pagi ini?."

"Dimana anak itu?" Ucap Tuan Glanville dengan nada sedikit di tahan.

"A-apa?"

"Dimana Daniel?"

"Tu-tuan Muda— masih di kamarnya."

Tuan Glanville langsung melesat masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Pelayan Harold yang terus memanggil-manggilnya.

Sesampainya beliau di depan kamar Daniel, Tuan Glanville segera membuka pintunya dan masuk ke dalam kamar Daniel. Ia melihat Daniel yang masih bergelung di balik selimutnya. Tuan Glanville berdecak kesal dan menarik selimutnya. Daniel mengerang karena kedinginan. Lalu, ia mengerjapkan mata sejenak untuk mengatur cahaya yang masuk ke matanya.

"Ayah?" Ucapnya setengah sadar.

"Hei, bangun pemalas! Ayah ingin kau menjelaskan sesuatu kepada Ayah!"

Daniel mengerang. "Ayah—," Daniel memelas. "Kenapa ayah datang kesini pagi-pagi sekali?"

"Apa ayah tidak boleh melihat anaknya sendiri!?" Tuan Glanville memukul lengan Daniel. "Jelaskan kepadaku, kapan kau menikah?"

"Menikah?" Daniel mengendus kesal. "Kan sudahku bilang, suatu saat aku akan menemukan pasanganku sendiri. Ayah tidak perlu khawatir."

"Bukan itu!" Tuan Glanville menghela nafasnya. "Kapan kau menikah dengan Anastasia? Kenapa kau tidak memberitahu ayahmu bila kau sudah menikah?"

"Ha?" Daniel membelalakkan matanya. "Aku sudah menikah? Sejak kapan? Oh, ayah— aku masih bujangan."

"Tapi, semua orang mengatakan bila kau sudah menikah."

Tuan Glanville melempar sebuah majalah ke pangkuan Daniel. Daniel melihat dengan seksama majalah itu. Tertulis di depan sampul majalah : "Pewarsi GlanKingdom Group, Daniel Glanville telah menikah dengan seseorang wanita yang diketahui bernama Anastasia."

"A-Anastasia?" Kata Daniel sambil menoleh tidak percaya kearah ayahnya.

"Iya. Bukankah gadis yang ada dirumah ini juga bernama Anastasia!? Kalian sudah menikah bukan!?"

"Kami tidak menikah!"

"Tapi kabar ini kenapa bisa menyebar pesat di luar sana!? Terutama di perusahaan ayah!"

"Mana aku tahu! Pokoknya aku tidak pernah menikahinya!"

"Ayah tidak percaya," Tuan Glanville berkacak pinggang menatap Daniel dengan tajam.

Daniel menghela nafas dan tersenyum mengejek. "Jadi, ayah lebih percaya dengan gosip murahan itu daripada anakmu sendiri?"

"Bukan— bukan begitu maksud ayah."

"Terserah!" Emosi Daniel mulai muncul. "Terserah dengan apa yang ayah katakan. Aku tidak peduli."

Daniel merengut. Ia menarik selimutnya dan menyelimuti semua tubuhnya hingga ke kepala. Tuan Glanville menghela nafas. Sejenak ia mondar-mandir di kamar Daniel untuk memikirkan suatu hal.

"Dimana gadis itu?" Kata Tuan Glanville tiba-tiba.

Daniel menyibak selimut dari wajahnya. "Apa?"

"Dimana gadis itu?" Ulang Tuan Glanville sekali lagi. Ia menoleh kearah Pelayan Harold yang masih berdiri di depan pintu. "Harold! Katakan, dimana kamar gadis itu!"

"D-dia— kamarnya berada di— lantai dua, Tuan Besar," Jawab Pelayan Harold dengan gagap.

Tuan Glanville keluar dari kamar Daniel. Ia akan pergi ke lantai dua menuju kamar Anastasia. Daniel turun dari ranjang dan menyusul ayahnya. Ia mulai takut bila ayahnya melakukan sesuatu kepada Anastasia.

"Ayah! Ayah!"

Daniel terus memanggil ayahnya. Tetapi Tuan Glanville menghiraukan Daniel dan terus berjalan.

Sesampai di depan kamar Anastasia, Tuan Glanville membuka kamarnya dengan kasar. Ia menatap kearah Anastasia yang masih tertidur di ranjang.

"Ayah!" Daniel menahan lengan ayahnya. "Tunggu, ayah."

"Apa?" Tanya Tuan Glanville.

"Apa yang ingin ayah lakukan kepada Anastasia? Ayah ingin mengusirnya?" Daniel menatap tajam kearah Tuan Glanville. "Tidak ayah! Aku tidak akan membiarkan ayah mengusirnya pergi dari sini."

"Apa maksudmu?"

"Dia tidak tahu apa-apa, yah. Dia hanya seorang gadis berumur delapan belas tahun yang terkena amnesia. Bila kami berdua menikah, seharusnya kami tidur satu ranjang, bukan pisah kamar seperti ini. Dan juga, seharusnya aku memakai cincin pernikahanku."

Daniel memperlihatkan tangannya kepada ayahnya. Dan benar saja, tidak ada cincin di jari manis Daniel. Tuan Glanville menghela nafas. Ia menatap Daniel dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya.

"Ayah minta maaf," Katanya.

"Jadi, ayah bisa keluar dari kamar ini?" Tanya Daniel lagi.

Tuan Glanville menghela nafas. "Baiklah."

Tiba-tiba, mereka berdua mendengar suara erangan Anastasia. Serentak mereka berdua menoleh kearah Anastasia. Tampak Anastasia menyibakkan selimutnya dan mengucek-ucek matanya. Lalu, ia menyipitkan matanya menatap Daniel dan Tuan Glanville.

"Da-Daniel?" Gumam Anastasia.

"Kau sudah bangun?" Daniel menghampiri Anastasia dan duduk di tepi ranjangnya.

"Kau sedang apa disini?" Anastasia memandang ke balik bahu Daniel. "Tuan Glanville?"

Tuan Glanville menghela nafas. Lalu, ia berjalan kearah Daniel dan Anastasia.

"Mungkin ini hanya gosip semata. Tapi, ini sudah waktunya, Daniel," Ucap Tuan Glanville.

Daniel mengerutkan dahinya. "Maksud ayah?"

Ia tampak berpikir sejenak. "Sebaiknya kalian menikah saja."

.

.

Setelah membaca ini jangan lupa voment. Ceritaku membutuhkan perhatian Anda.....

INNOCENTWhere stories live. Discover now