1. Berawal

9 5 3
                                    

Diela POV

Sepeti hari ini, hariku selalu kulalui dengan rutinitas yang terkadang membuatku jengahhhh. Yah! Aku hanya bilang terkadang karena bagiku pekerjaan lebih banyak membawaku pada hal yang positive.

Ini dia ruanganku. Ruangan berukuran 3x4 meter cukup luas lah bagiku yang telah menempatinya selama dua tahun. Bisa dikatakan ini adalah ruangan favoritku. Entah kenapa seperti itu. Tapi disinilah aku mengenang mereka semua termasuk laki-laki itu walau sudah sembilan tahun lamanya.

" Dimana dia? Apa dia sudah bahagia?pastilah dia bahagia. Disana dengan tenang" dengan cairan bening yang telah memenuhi mataku

Sesaat lamunanku terhenti saat terderang suara cempreng dari arah pintu ruanganku

"Unda diela, Abil angen unda auk. Mami nggak pelnah ijin abil ikut unda diela ke umah atit. Mami jahat unda" sudah ku duga pastilah itu yang akan diucapkan ponakanku yang satu ini.

Abil adalah anak dari adikku yah tepatnya adalah kembaranku. Dia yang menikah sekitar enam tahun lalu.

"Emm, oke2 gue jelasin. Bukan ngga ngijinin anak gue buat ketemu lo tapi gue ngga tega ajh liat lo. Kata si congek itu lo padat banget. Belum lagi kan kata lo si haikal lagi sakit kan"

Emng bener sih, pekerjaanku memang padat belum lagi si haikal yang lagi sakit. Mana badan lagi nggak kenak jugak.

Aku menghentakkan bahuku dan memberikan sedikit garis di bibirku. Sebagai tanpa paham

"Oke. Dan sekarang gue bakalan nebak kalo lo kesini pasti udah kepepet dan bakalan nitipin anak lo ke gue " lanjutku sambil memutar bola mataku

Dia terkikik geli dengan ungkapanku " pengertian banget deh kakak gue yang paling cantik ini"

Dan kalo sudah ada tatapan memohon seperti itu aku juga ngga enak hati buat nolak. Apalagi aku juga kangen banget sama abil

**theNewLife**

Aku sudah berada di depan apartemenku. Fiela sudah menjemput abil beberapa jam lalu saat aku masih berada di rumah sakit.

Setelah menekan deretan angka untuk masuk ke dalam apartemenku yang berukuran tidak terlalu besar tapi cukup nyamanlah. Bisa melihat taman kota dari balkon yang berada di apartemenku. Serta udara sejuk walau matahari sudah bisa membakar kulit.

Aku membuka pintu kamar. Kamar yang berwarna orange berpadu putih. Serta hiasan dinding bergambar aneka mobil dan motor.

Malaikatku tertidur disana. Sangat lelap. Dengan keadaannya yang aku aku lihat telah membaik seperti yang bi yuli sampaikan saat aku menelponnya.

Setelah memberi kecupan di kening dan pipi kirinya. Aku beranjak keluar dan segera menuju kamarku yang lebih tampak berwarna biru berpadu putih. Yah aku suka warna biru. Bergegas mandi dan menuju kasur yang berukuran tidak terlalu besar.

**TheNewLife**

"Tidak! Jangan! Jangan lakukan ini padaku! Jangan pergi seperti mereka. Aku mohon jangan lakukan ini. Jangan lakukan ini. Hari yang sudah kita tunggu akan segera tiba tapi kenapa kamu lakukan ini padaku. Aku takut. Jangan pergi. Aku benar takut. TIDAAKKKK!!!!!"

Dan seketika aku terbagun dan menempelkan telapak tanganku pada keningku yang basah.

"Ahhhh... Mimpi itu lagi" ucapku frustasi sampil mengusap wajahku sedikit kasar.

Aku melirik jam beker ku yang ku telakkan diatas nakas samping ranjangku. Sudah pukul empat pagi. Dan iya aku selalu terbangun pagi seperti ini. Entah semenjak ucapan laki-laki itu aku mulai merubah hidupku. Pastinya lebih positif

Flasback on

"Kenapa kamu mau menikah denganku. Beri aku alasan?" Tanyaku pada laki laki itu

" karena aku sayang kamu. Dan tanpa alasan " jawabnya yang telah memelukku dari belakang.

"Oh ya??"

" ya, dan apa alasanmu mau menerima lamaranku?

"Tanpa alasan" jawabku mengejek

" selalu ngikut ngikut" aku terpekik dengan jawabannya

Sesaat hanya keheningan yang terasa.

" apa aku boleh minta sesuatu padamu?" Ucapnya yang menghentikan keheningan

"Hmm, apa?" Jawabku singkat

" aku sangat berharap kamu berubah walau perlahan" aku berbalik dan menatapnya dengan tatapan bingung.

"Merubah kebiasaan hidupmu dan memperbaiki tujuan hidupmu" Dan yah aku sangat mengerti maksud maksud perkataan itu.

Sesaat aku terdiam untuk berfikir. Yah itu benar, aku harus merubah hidupku. Hidupku yang amburadul. Aku yang seorang muslim tapi tak menjalankan kewajibanku bahkan bisa dbilang tidak pernah melakaanakannya mungkin hanya setahun dua kali dan itu hanya saat hari raya.

Dan yang menyebabkan aku seperti ini adalah. Kepergian mereka. Ayah bunda serta kak ari. Keluarga yang aku miliki selain fiela saudara kembarku.

Dan tujuan hidupku yang hanya ingin mencari dan memiliki seseorang agar tak merasa kesepian. Karena aku merasa tuhan tidak adil padaku. Sehingga hidupku ku buat seperti ini.

"Baiklah aku akan berusaha" dia hanya menyunggingkan senyumnya yang amat manis itu laku memelukku dan mencium keningku lama.

Flashback off

Setelah semua selesai termasuk sarapan bersama anakku. Aku dan haikal bergegas untuk pergi ke suatu tempat dimana tempat itu rutin aku datangi setiap seminggu sekali. Yah! Tempat peristirahatan terakhir dua sahabat baikku.

Haii ini cerita pertamaku. Wahh nggak bagus yah ceritanya tapi ngga papalah aku nulis cerita ini cuma buat ngisi waktu senggang ajah sih. Ngga ada niatan buat nulis cerita bagus.

Tapi aki tetap berharap vote dan komen dari kalian.
Ditunggu yaa..

Happy reading...

Perjalanan DielaWhere stories live. Discover now