5. Kamu Pernah?

184K 14.7K 583
                                    

Bagian Lima

"Sayangnya, banyak orang mencitai tanpa dicintai balik. Salah satu di antaranya adalah aku."

Reina menatap papan tulis di hadapannya dengan pandangan lurus, seluruh pelajaran yang dijelaskan oleh Bu Retno, guru bidang studi biologi yang menjadi mata pelajaran favoritnya selama ini tidak ada satu pun yang diserapnya dengan baik.

Semua perkataan Bu Retno, seperti sedang mencoba masuk telinga kanan lalu belum juga masuk sudah mental duluan. Pikiran Reina sedang bergulung mengenai Gatra, Reina pikir setelah kejadian kemarin Gatra akan menyerah mendapatkannya. Tapi sayangnya semua di luar perkiraan.

Gatra tambah menjadi.

Bahkan tadi pagi, laki-laki itu nekat menjemputnya ke rumah.

"Nggak ini nggak boleh terjadi!" bentak Reina bersama dengan tangannya yang memukul kencang meja di hadapannya. Seluruh penghuni kelas menoleh ke arahnya dengan raut wajah bingung. Reina tersadar dengan apa yang barusan ia lakukan.

Bu Retno menarik napas dalam-dalam, sembari memperhatikan siswinya yang tadi mengangetkannya. Reina ketar-ketir duluan, ia ingat sekali kalau Bu Retno punya riwayat penyakit jantung. Wanita itu tampak mengap-mengap sambil mengusap dadanya.

"Bu, ibu tidak apa-apa?" tanya Reina khawatir sambil berlarian maju ke depan kelas, begitu juga siswa dan siswi yang lain.

Bu Retno mengelus-elus dadanya sembari memberi tatapan membunuh kepada Reina. "Bu, maafin saya ya. Saya benar-"

"KELUAR KAMU!" Katanya setelah degup jantungnya lumayan tenang

Wajah Reina pucat pasi dengan perintah Bu Retno barusan, ia tidak pernah dikeluarkan seperti ini oleh guru bidang studi apapun terlebih Biologi yang mana pada mata pelajaran itu ia bisa mendapat nilai tertinggi satu angkatan. Sekalipun ia sama sekali tidak menyukai sifat Bu Retno yang suka seenaknya.

Reina mengalah, daripada ia semakin membuat Bu Retno jantungan dan ujungnya lebih parah. Maka dari itu Reina memilih keluar. Sempat matanya menangkap tatapan Gita yang tampak prihatin dengan nasibnya. Reina tersenyum sembari mengangguk. Lewat senyuman itu ia menyampaikan kepada Gita bahwa ia tidak apa-apa.

Langkah Reina terlihat gontai saat keluar dari kelasnya, ia sempat membawa buku biologinya. Setidaknya ia harus tetap belajar meskipun harus belajar sendirian dan setelah memikirkan kemana harusnya ia pergi. Akhirnya Reina memilih perpustakaan sebagai tujuannya.

Jam pelajaran seperti ini perpustakaan pasti sepi, kalau nggak minggat ya pasti kena hukuman sehingga menjadikan perpustakaan sekolah sebagi tempat pelarian.

Reina berjalan mengendap dan untung saja penjaga perpustakaan tidak ada, kalau ada urusan makin panjang. Biasanya penjaga perpustakaan bertanya macam-macam bagi anak yang datang saat jam pelajaran.

Reina memilih bagian pojok sekali, ia duduk dan langsung membuka buku biologi miliknya. Ia menarik napas dalam, ia mesti belajar. Semester ini nilainya harus lebih bagus lagi, terlebih pelajaran biologi. Ia sudah punya tujuan untuk masuk kuliah kedokteran dan hal tersebut harus memerlukan perjuangan yang tidak mudah.

Lembar ketiga, Reina mulai jenuh dengan buku Biologi miliknya apalagi bab ini membahas tentang sel yang sebenarnya sudah dipelajari Reina saat kelas satu kemarin. Lalu, karena merasa bosan akhirnya Reina menutup buku biologinya setelah sempat mengulang apa ia dapat dari tiga lembar yang telah ia baca.

Reina bangkit berdiri, lalu berjalan menuju bagian perpustakaan buku fiksi. Biasanya di sana banyak terdapat novel-novel.

Karena terlalu tertarik memilih novel, Reina tidak sadar bahwa kakinya secara tidak sengaja tersandung dengan sesuatu. Ia terjatuh sambil memejamkan matanya.

Flesh OutWhere stories live. Discover now