Chapter 11

2.5K 307 9
                                    

Tobirama meninggalkan Mutiara Emas dengan terburu-buru. Di waktu siang di hari yang sama, ia mengirim seorang utusan untuk mengantarkan kimono mewah sebagai hadiahnya pada Hinata. Bersama dengan hadiahnya, ia sertakan sebuah gulungan berisi pesan untuk Hinata agar mengenakan kimono indah itu di Malam Perayaan Bulan Penuh.

Saat Michi masuk lagi setelah mengurus banyak persiapan lain bersama Yuka, Hinata tetap duduk di atas bantalannya, termenung dengan tatapan kosong.

Dia melewatkan sarapannya, mendadak kehilangan nafsu makan. Itachi telah pergi entah kapan. Tapi yang pasti, kini Hinata merasa benar-benar sendirian. Ditambah lagi dengan perhatian Kaisar yang meluntur dengan cepat. Atau setidaknya, seperti itulah yang dimengerti Hinata tentang keadaannya.

Hatinya kini sudah tak lagi mendung, tapi sudah terjadi hujan yang turun dengan deras. Ia sudah melewati jembatan kesedihan, dan berada di ujung lain yang gelap tanpa bimbingan, kedinginan, dan sendirian.

Suara panggilan Michi yang sudah meminta perhatiannya sejak tadi baru terdengar setelah Michi dengan sengaja meninggikan nada suaranya. "Hoshako-sama!"

Gerakan lehernya yang menoleh terlihat kaku. Semua otot-otot Hinata berubah keras. Kedua bahunya yang terasa paling berat dengan beban.

"Michi ... sudah berapa lama kau mengabdi pada istana?"

"Semenjak saya masih anak-anak." Jawaban Michi bergulir di udara, namun Michi malah semakin penasaran. "Hoshako-sama, mengapa Anda tiba-tiba menanyakan hal itu?"

"Ceritakan padaku tentang Putra Mahkota."

"Putra Mahkota?"

Hinata menutup kelopak matanya sekali, sebuah gestur pengganti anggukan yang sebelumnya diingatkan Michi.

"Ochitsuka no Miya. Ceritakan padaku tentangnya."

Mata hitam Michi mencoba mencari arti dari balik pertanyaan Hinata. Sayangnya, dia bukan ahli strategi. Meski seorang dayang senior, Michi tak pandai menilai perilaku orang. Khususnya gadis seperti Hinata yang segalanya serba misterius.

Jadi, Michi memutuskan untuk memberi apa yang diminta Hinata. Lagipula, itu sudah menjadi tugasnya.

"Seperti juga anak-anak bangsawan yang menjadi putra pertama, beliau lahir dengan banyak harapan. Tetapi kaisar terdahulu memanfaatkan kelahirannya dengan memberinya nama Itachi, yang langsung ditentang oleh anggota dewan. Beberapa orang yakin, itu adalah cara Kaisar untuk mengubah susunan dewan. Dulu, Dewan didominasi anggota klan Uchiha. Hal ini tentu saja menimbulkan kecemburuan bagi klan lain yang mendukung Kaisar. Nama anak laki-laki itu dijadikan alasan yang paling utama. Kaisar menyebut anggota dewan sebagai pembangkang. Pun meski demikian, namanya dirubah lebih cepat dari yang diperkirakan orang-orang. Putra Mahkota dibentuk untuk menjadi penerus. Beliau didampingi guru-guru terbaik, pelayan-pelayan yang semuanya memiliki kecerdasan istimewa. Jumlah dayang yang ditugaskan di istananya melebihi jumlah dayang yang mengurusi ibu dan adiknya."

Hinata mendengarkan, membayangkan Itachi kecil di dalam ruangan luas yang menyesakkan. "Lalu dia melarikan diri?"

Tanpa sadar, Michi sedikit menundukkan kepalanya. Bahunya menurun dengan kesedihan. "Beliau diibaratkan sebagai tumpuan sebuah kesuksesan yang gemilang." Michi menarik napas, mengatur lagi komposisi emosinya sebelum melanjutkan. "Suatu hari saat beliau ikut dalam perburuan bersama Kaisar, beliau lenyap. Benar-benar lenyap tanpa meninggalkan jejak. Butuh waktu delapan minggu sampai Kaisar akhirnya memutuskan untuk melepas putranya. Kemudian, Pangeran yang tidak tahu apa-apa soal takhta diangkat menjadi penerus takhta. Sampai saat ini, bahkan setelah Pangeran menjadi Kaisar, hamba masih merasa beliau yakin bahwa beliau hanyalah seorang pengganti. Dan bila saatnya tiba, beliau akan mengembalikan takhta kepada pemilik yang seharusnya."

Empress of the SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang