Chapter 15

2.2K 270 15
                                    


Hinata bisa melihat punggung Nawaki saat menemani Sasuke berjalan keluar menyeberangi paviliun Istana Tujuh Langit. Ini kali pertama bagi Hinata bertemu Nawaki setelah sekian lama. Setelah perjumpaan yang tak sepenuhnya ia sadari pernah terjadi, dan sambutan yang dingin dari sang jenderal.

Laki-laki Senju itu berdiri menghadap halaman memunggungi jalan masuk menuju istana. Di hadapannya, telah berbaris prajurit bertombak dengan wajah-wajah suntuk yang tak seberapa. Kelelahan mereka tampak nyata saat Hinata berada di luar atap paviliun.

Sasuke baru saja selesai menikmati waktu senggangnya di istana milik Hinata. Ia tak akan pernah menduga akan apa yang bisa saja terjadi nanti. Sepertinya Itachi akan melakukan kunjungan yang mendadak, karena semenjak pagi tak ada persiapan khusus dari pihak istana.

Neji terlihat berdiri di dekat undakan menuju paviliun luar. Masih betah dengan pakaiannya yang serba putih dan menolak pakaian kstaria yang merepotkan. 

Rambut panjang Neji tergerai dengan ikatan menggantung dibawah bahunya. Neji membawa aroma musk yang menenteramkan. Dia tak pernah sekalipun mendongak selama menanti kehadiran Hinata. Berbeda dengan Nawaki yang segera berbalik dan kemudian membungkuk pada Sasuke.

Undangan ditawarkan Sasuke pada Hinata untuk menemaninya dalam latihan memanah. Berkat informasi dari Terukage, Sasuke tahu jadwal Nawaki juga sedang longgar. Sudah lama mereka tak menghabiskan waktu bersama. Terlebih setelah usia kandungan sang selir semakin bertambah.

"Ah, ini pengawalmu?" tanya Sasuke pada Hinata.

Sebuah senyuman yang meyakinkan dijadikan Hinata sebagai awal, lalu dia melanjutkan dengan anggukan yang anggun, "Benar, Yang Mulia. Neji adalah kakak sepupu hamba," jawab Hinata tenang.

Dengan satu anggukan itu, yang hanya bisa dilihat Neji melalui bayangan di halaman batu kerikil, Neji melangkah maju dengan masih terus membungkukkan badannya.

"Dia santun dan bisa diandalkan," lanjut Hinata, membanggakan Neji bukanlah hal yang sulit.

"Aku tak pernah tahu kau punya sepupu." Sasuke menggabungkan sarung tangannya menjadi satu, membatalkan rencananya berkuda pagi ini.

Hinata sendiri tak pernah tahu dia punya kakak sepupu. Latar belakang Neji juga masih belum sepenuhnya bisa dipastikan. Seingat Hinata, ayahnya memang punya saudara laki-laki. Kembar, malahan. Tapi belum pernah ada kesempatan untuk bertemu langsung dengan pamannya. Tentu, Hinata juga tidak tahu kehidupan seperti apa yang dijalankan pamannya. Mungkin saja memang dialah ayah kandung Neji, atau mungkin juga bukan. Tapi hubungan darah di antara Hinata dan Neji memang tampak jelas dari warna mata mereka yang nyaris serupa. Juga ciri fisik Neji yang benar-benar mirip Hiashi. Dan dengan itu, Hinata berkesimpulan, bila pamannya yang jelas-jelas adalah adik kembar ayahnya, memiliki seorang anak laki-laki, wajahnya bisa dipastikan akan serupa dengan Neji.

Dan rasanya akan lebih aman bila menambah Neji ke dalam daftar keluarganya setelah terlalu lama menjadi Hinata yang sebatang kara.

"Kami terpisah semenjak anak-anak." Kejujuran yang bisa disampaikan Hinata hanya sebatas itu. Semakin sulit untuk berbohong pada Sasuke.

Sang kaisar mengangguk, mengamati pemuda berambut kecokelatan yang tak terlihat memiliki tubuh seorang pejuang. Neji justru terlihat seperti pemuda biasa, atau malah memiliki ciri bangsawan yang kental. Bahunya yang tegap dengan punggung lebar, dan sepasang kaki jenjang. Darahnya tidak bisa dianggap remeh. Sasuke hanya tidak tahu, Neji memiliki setengah darah bangsawan dari ibu kandungnya. Namun yang mengganggu pikirannya tetap sama seperti yang pernah mengganggu pikirannya saat dia berjumpa Hinata.

Sasuke selalu bertanya-tanya, apa yang dimiliki kedua Hyuuga itu sehingga memiliki pesona yang luar biasa? Padahal mereka jelas-jelas bukan dari kalangan atas.

Empress of the SunWhere stories live. Discover now