Semburat Senyum

5.5K 524 85
                                    

"Assalamualaikum."
Ucap Adiva terlebih dahulu, membuat seseorang yang sedang membelakanginya berbalik.

"Kamu.."
Mata Aisya nyalang ketika melihat siapa seseorang itu.

"Hai Ai',"
Seseorang itu menggaruk-garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal.
"Apa kabar?"

Memorinya menguar, disaat dimana dia berjanji untuk tidak menemui seseorang itu sebelum semuanya selesai. Dan kini, Aisya akhirnya harus bertemu dengannya lagi, dengan tiba-tiba.

"Baik."
Jawab Aisya dengan senyum singkatnya.

Sebelum sampai di sekolah tersebut, Aisya sudah mendengar semua penjelasan dari Adiva, dan sudah seperti mata-matanya selama beberapa tahun, Adiva dengan gamblang menjelaskan semuanya tanpa tersisa sedikitpun, apalagi mengenai Arkhan. Ya, Adiva tau segalanya tentang laki-laki itu sekarang. Tapi bagaimana dengan Syarif?

"Ayolah Sya, apa lo masih secanggung itu dengan Kak Arkhan?"
Adiva menepuk pundaknya, memberi isyarat agar perempuan itu bersikap biasa saja.

"Nggak apa-apa, terakhir bertemu, kita memang sedang tidak baik kan. Maklum, kalo Ai' masih canggung."
Seperti dulu, laki-laki itu masih saja lembut.

Aisya menggeleng.
"Aku nggak canggung kok."

"Ooh alhamdulillah."
Yang berbeda adalah saat Arkhan dengan berlebihan mengangkat kedua tangannya keatas, kemudian mengusapnya ke wajah. Mungkin dengan hanya mengusap wajah saja sudah cukup, tidak harus mengangkat kedua tangannya lebih ke atas.

"Apa kamu selama ini dekat dengan Adiva, Kak?"
Tanya Aisya melihat tingkah Arkhan tersebut.
Seketika Arkhan memandang Adiva, dan mereka saling melempar pandangan yang tidak bisa diartikan. Membuat Aisya menyipitkan mata.

"Ke-napa bisa gitu?"
Adiva gugup.

"Gitu apanya? Kak Arkhan nggak pernah bersikap lebay gitu ya, hanya Adiva yang bisa kayak gitu. Jangan-jangan Kak Arkhan udah tertular penyakit alaynya Adiva."
Jelas Aisya. Kemudian tanpa sengaja kedua orang didepannya sama-sama menghembuskan nafas lega.

"Ada apa?"
Aisya mencium bau-bau ketidakberesan.

"Nggak apa-apa."
Jawab Adiva.

"Atau jangan-jangan kalian emang bener lagi deket ya?"
Tebak Aisya dengan tangan menunjuk, dan mata yang mengintimidasi.

"Mmm, berhubung kamu baru balik, aku mau nraktir kamu Ai'.. Sekarang ayo masuk ke mobil."
Ucap Arkhan.

Aisya juga mendengar cerita bahwa Arkhan sekarang sudah sukses dengan usahanya. Tidak heran jika sekarang laki-laki itu sudah mempunyai mobil sendiri.

"Ya, baiklah. Ada bau-bau yang coba disembunyikan."
Sindir Aisya sembari memasuki mobilnya terlebih dahulu. Menyisakan Adiva yang ada dibelakangnya dengan hati yang was-was.

***

Aisya melangkahkan kakinya lebih dalam, menyusuri koridor untuk segera sampai diruang guru. Ini masih pagi, tapi dia harus berangkat lebih awal, agar sebagai guru baru dia patut diperhitungkan kedisiplinannya.
Para murid yang bersimpangan dengannya, dengan seksama memperhatikannya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Risih? Tentu. Tapi dia akan merasakannya mulai hari ini. Mungkin pikir mereka, tidak pernah bertemu dengan Aisya, sehingga saat Aisya datang membuat mata mereka tak lepas melihatinya.
Yang menyita perhatiannya adalah ketika dua siswa-siswi berjalan bareng, seperti yang lainnya, mereka juga memperhatikan Aisya dengan pandangan sangsi. Si cowok terus memperhatikan Aisya, tanpa sadar gadis disampingnya langsung menjewer telinga anak laki-laki itu dengan keras, membuatnya meringis kesakitan.

Remains The Same (Aisya 2) (COMPLETE)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu